Zophie sedang membuat dua set dari kain yang diberikan Lylia padanya. Dia bersenandung tentang masa depan yang baru. Ia berpikir bahwa dia akan segera keluar dari ruangan gelap ini, cepat atau lambat.
"Aku harus mengenakan pakaian tebal ini untuk sementara waktu, tapi sekarang aku bisa merencanakan dan melanjutkan masa depanku. Hidup dengan rantai pengontrol akhirnya akan berakhir!" gumam dirinya.
Meskipun dia belum melakukan upacara kedewasaan, bagian dadanya telah menunjukkan perkembangan yang memuaskan. Dan hal ini tidak sama seperti Jeanne di masa lalu. Buah dadanya sekarang menjadi tantangan baru baginya.
Zophie tidak memperhatikan suara siapa pun yang memanggilnya saat dia menambahkan kapas ke pinggang kamisol tipisnya. Sebuah pakaian wanita yang membentang dari bahu ke pahanya, untuk menyembunyikan bagian atas dadanya yang mulai terlihat menggairahkan.
"Zophie, apa kau tidak mendengarku memanggil? Meera juga memanggilmu, jadi pergilah dari sini," sahut Layla.
Layla berada di ruang penyangga. Dia datang dan mendesak Zophie yang tidak bergerak bahkan setelah dia memanggil beberapa saat.
"Pemilik teater? Mengapa dia memanggilku?" Zophie mengeluh.
Dia ingin menikmati liburannya sebentar sampai dia mulai bekerja sebagai pembantu. Tapi sayangnya, dia tidak diizinkan untuk bersantai di teater sampai dia benar-benar pergi. Dia mengerutkan kening tanpa menyadarinya.
"Yah, aku tidak tahu. Ayo cepat. Dia tidak suka dibuat menunggu. Berhati-hatilah untuk tidak terlihat menunjukan sikap marah padanya, sampai kau benar-benar keluar dari teater ini," ujar Layla pada Zophie.
Atas desakan tersebut, saat Zophie bergegas ke lorong yang gelap. Dia menemui Meera yang berdiri di depan kamar kecilnya.
"Apa yang kamu lakukan dari tadi, hah? Dan mengapa kamu berpura-pura tidak mendengarku?" singgung wanita itu.
Zophie menjawab dengan cepat dengan suara melengking, "Maafkan diriku. Aku tidak bisa mendengarmu memanggil karena aku sedang berkonsentrasi mempersiapkan pakaian ku untuk dipakai nanti di tempat kerja."
Setelah Zophie meminta maaf dengan sopan seperti yang disarankan oleh Layla, Meera berkata dengan suara yang sedikit lebih lembut, "Aku sudah bilang jangan berhenti bekerja sampai kamu pergi, dan kamu masih harus banyak membantu hari ini. Jika kau tidak ingin melakukannya, maka aku tidak dapat menyepakati perjanjian yang telah kita buat. Karena kau sendiri yang mengatakan ini dalam situasi dengan surat perjanjian, tetapi diriku pikir tidak apa-apa untuk memberi dirimu kelonggaran sehari. Tapi, jika kau memang masih memikirkan kasih sayang yang aku berikan kepadamu, maka lakukan kerjamu dengan baik."
"Apa yang sedang terjadi? kau tidak memiliki konspirasi lain, bukan?" keluh Zophie.
Meera mendengus sambil berpikir, "Jaga mulutmu sebelum kamu melontarkan kalimat."
Wanita ini berujar, "Aku tidak cukup jahat sampai harus menciptakan rencana untuk cerita yang sudah selesai, sayang. Aku adalah seorang yang ringan tangan. Jadi, jangan meragukan niatku. Aku akan mengatakan ini sendiri karena aku pikir kau akan memberontak terhadap seseorang jika aku menyuruh orang lain yang mengatur dirimu. Apakah kamu mengerti?"
Zophie meredakan keraguannya pada ucapan Meera yang sederhana. Dia mengangkat bahu, dan menerima. "Maaf, tapi bukan hal yang buruk jika aku harus tetap berhati-hati pada segala hal, jadi tolong mengerti. Apa yang aku lakukan?"
"Yang Mulia dan Marquis Parveen akan mengunjungi opera hari ini. Saat mereka menonton, kita membutuhkan seseorang yang bisa menjalankan tugas di samping mereka, tetapi para wanita akan berjuang keras, bahkan mungkin saling mencakar rambut demi hal ini. Aku pikir dirimu adalah orang yang tepat, sebab kau memiliki pikiran yang berbeda. Kau adalah satu-satunya yang akan pergi dan melakukan hal-hal yang tidak akan menonjol," ungkap Meera
Tempat bekerja selama seminggu ke depan adalah rumah pribadi Pangeran Lucius Artorius. Zophie menyahut dengan suara gemetar, "Sungguh kebetulan."
"Apakah aku yang harus melakukannya? Diriku mendengar bahwa pangeran sangat menyukai wanita, jadi sepertinya lebih baik kau memilih orang lain yang akan melakukan itu?"
"Pangeran mungkin memiliki banyak wanita, tapi dia tidak cukup menggoda setiap wanita untuk memaafkan siapapun yang bersikap gegabah dihadapannya. Mereka tidak tahu siapa sebenarnya bagaimana sikap seorang bangsawan. Dan kesalahan kecil dapat membangkitkan amarahnya. Jadi, aku tidak bisa mengirim bara api ke tempat di mana mereka mungkin akan mati. Bukan begitu sayang?"
Di bawah bujukan Meera yang terus menerus mengaum, akhirnya Zophie terpaksa mengangguk dan menerima bujukan tersebut.
"Ya, aku akan melayani dan menunggu mereka. Yang harus aku lakukan hanya itu, bukan?" tegas Zophie.
"Nah begitu dong. Iya, kamu tidak akan melakukan apapun lagi. Cukup lakukan saja pekerjaan ini dengan baik. Tidak masalah jika kau ingin menjaga riasan dan penampilan rambutmu, tapi kau harus mengganti gaun jelek yang merusak pemandangan itu. Sungguh memalukan bagi teater ini jika ada seorang yang bekerja di sini tetapi, tidak dapat berpakaian dengan benar," ujar Meera.
Ketika wanita itu melontarkan kalimatnya dengan pedas, Zophie hanya bisa menggerutu lalu akhirnya pergi ke kamar kecil untuk mengganti pakaiannya. Ia memilih satu pakaian yang menarik matanya.
Layla yang menjaga ruang penyangga sendirian, kini mulai merasa khawatir ketika dia mendengar keluhan dari Meera pada Zophie. Ia menunggu cukup lama sebelum akhirnya dia melihat Zophie keluar dengan mengenakan satu-satunya gaun yang menyorok mata.
"Kau sangat berani mengenakan gaun yang diberikan Miya padamu," celotehnya.
Itu adalah sebuah gaun yang biasa dikenakan oleh seorang aktris ketika mereka ingin menarik perhatian semua orang. Namun, terlepas dari kenyataan bahwa seorang aktris memberikan pakaian yang begitu menggoda cukup aneh menurutnya. Pakaian tersebut memiliki aura karakter yang spesifik.
Zophie mengamati dirinya sendiri di cermin di salah satu sisi ruang penyangga, mengira gaun berwarna lavender muda itu tampak tidak cocok dengan wig batu bata miliknya. Dia berpikir bahwa ini ide bagus untuk menunjukkan penampilan yang buruk. Lagi pula jika dibandingkan dengan Miya, buah dada milik Zophie jauh lebih besar. Penampakan dadanya seolah siap meledak karena dibuat begitu tegang.
"Aku pikir ukuran dadamu terlihat jauh lebih besar jika dibandingkan dengan sebelumnya. Terlalu berbahaya berjalan dengan pakaian itu. Apakah kamu tidak punya pakaian lain?"
Lylia mendekat dan menyentuh bagian dada gaun itu, mencoba menutupi semua belahan yang kemungkinan akan terlihat. Dia begitu memiliki kekhawatiran yang besar pada Zophie.
"Tidak ada. Dua gaun lainnya justru begitu longgar dan hanya ini yang biasa diriku pakai. Apakah gaun ini juga terlihat berlebihan?" ucapnya dengan sedikit emosi.
Dia tampak berani, tetapi tidak ada cara lain. Jadi, Layla bergumam tak berdaya, "Kamu tidak punya waktu, jadi kamu tidak bisa menambahkan apapun ke dadamu. Mari kita coba tuk tutupi saja dengan kain ini."
**To Be Continued**