Layla lantas mengambil tindakan sementara. Dia kini memasukkan kain ke garis leher yang bisa terlihat saat Zophie menundukkan kepalanya. Sebuah kain merah tua yang mencolok ditambahkan ke bagian dalam gaun berwarna lavender yang cerah itu.
Setelahnya Zophie meninggalkan ruang penyangga dan menuju kursi VIP. Dia bahkan menghipnotis dirinya sendiri dengan berkata bahwa busana yang dia kenakan itu cocok dengan wig berwarna bata miliknya.
***
Pangeran Lucius Artorius Castus adalah orang paling terkenal di sini. Dia telah mewarisi Kerajaan Lucius Artorius dalam usia muda.
Pria itu juga terkadang mengunjungi Teater Magnum untuk menonton opera yang membosankan menurutnya, sebagai imbalan karena kalah taruhannya melawan sepupunya, Marquis Parveen. Para aktris memang terlihat menggugah seleranya tapi, lagu-lagu yang mereka nyanyikan terdengar sangat buruk di telinganya. Kini, sang pangeran kembali menatap Marquis Parveen dengan wajah penuh rasa jijik pada ekspresi wajahnya.
"Mereka terlalu sering menatapku. Apakah para bangsawan tidak punya harga diri sampai harus mendapat perlakuan seperti ini?" celetuk sang pangeran.
Pria bangsawan itu merasa kesal dengan tatapan yang diterimanya. Jadi, dia memutuskan untuk membenamkan dirinya jauh di bawah kursi dan menyuruh agar tirai yang ada ikut diturunkan hingga pertunjukannya dimulai.
Marquis Mortimer Parveen yang tahu sifat sepupunya itu hanya bisa tersenyum. Dia menatap tingkah kegelisahannya. Dan dirinya selalu terkesan dengan rambut hitam legam yang berkilau milik sepupunya dengan mata yang berwarna perak walau tengah berusaha memejamkan diri, sembari membuat komentar yang tak jelas.
"Itulah mengapa kamu harus menunjukkan ketampananmu sesering mungkin. Karena dirimu suka membatasi diri di rumah, makanya orang-orang menjadi cemas tiap kali kau melangkah keluar," ungkapnya.
Ketika tirai diturunkan dan kini mereka tersembunyi, membuat sang pangeran menghela nafas dengan puas. Dia lantas memerintahkan seseorang untuk membawakan anggur favoritnya.
Sang pangeran memperingatkan Marquis Parveen yang dengan santai melihat pelayannya memesan jenis anggur kepada seorang pelayan lain yang memang berjaga di pintu.
"Kau sebenarnya tahu bahwa aku tidak begitu menikmati hal seperti ini tapi, kau tetap ingin agar aku melihatnya, bukan? Aku kalah taruhan darimu, tapi rasanya ini adalah permintaan yang terlalu sering. Aku sendiri mulai bosan." ujar sang pangeran.
"Kita berada di sini untuk menikmati hiburan yang sedang tren. Ini tidak begitu buruk seperti yang kau pikirkan. Malah kau jadi bisa bertemu Maya. Diriku tidak tahu kapan hubungan kalian akan berakhir, tapi dirinya masih kekasih resmi mu, bukan?" tutur Mortimer menyeringai.
Pria itu kini memanggil pelayannya saat Pangeran Lucius Artorius pura-pura tidak mendengarkan apa pun. "Joseph, saat Faye nanti membawakan buket bunga untuk Miya, ikut dengannya dan berikan satu juga untuk Maya. Sepertinya masih ada karangan bunga cadangan di dalam kereta. Jika tidak ada, maka belilah."
Meskipun sang pangeran hanya menatap dengan dingin, Marquis Parveen mendesak Joseph lagi, sampai Pangeran Lucius Artorius angkat suara, "Kenapa kamu melakukan sesuatu yang tidak berguna? Joseph, hentikan."
"Sebelum rumor buruk tentang majikanmu menyebar, bawakan dia karangan bunga. Cari yang terlihat paling bagus. Jika seorang kekasih datang ke tempat kerja pasangannya, lalu pergi tanpa melihat wajahnya atau meninggalkan hadiah, mereka akan mendapat banyak kritikan. Tidak peduli seberapa banyak kau tidak peduli. Aku tahu kau hanya menganggapnya sebagai mucikari kelas atas, tapi itu tidak akan terlihat bagus. Jadi, Joseph tetap lakukan apa yang aku katakan," tutur Marquis Parveen.
Ketika sang pangeran menutup mulutnya karena komentar pedas dari sepupunya, Joseph kini pergi dengan pelayan yang ada dengan tergesa-gesa. Saat Joseph melangkah pergi, Zophie kembali ke wisma dengan anggur yang dipesan oleh Pangeran Lucius Artorius itu.
Dia membuka pintu berat yang diukir dengan dekorasi warna-warni, lalu secara perlahan berjalan masuk, dan mencari pelayan yang ada dengan tatapan yang tidak menyenangkan. Zophie sudah merasa muak sejak tadi tapi, dia tidak bisa melihat pelayan yang seharusnya menunggu di dekat pintu.
"Bawa kesini!" perintahnya.
Zophie yang berdiri di pintu masuk kini mulai merasa cemas. Mendengar suara dingin dari dalam yang memanggilnya. Dia ragu sejenak atas perintah yang tiba-tiba, sebab dirinya tidak pernah melayani para bangsawan. Namun, dia tidak bisa mengabaikan perintah yang diberikan oleh pria bangsawan kepadanya.
Sesaat Zophie menatap botol anggur itu dengan cemas lalu ia segera bergegas menghampirinya. Dia sangat ingin mendengar pria itu menyuruhnya berhenti membuang waktu, tapi dia memegang botol anggur itu secara langsung dengan tangannya. Mencoba membukanya tapi sayangnya, tak bisa. Dari kelihatannya tutup itu sepertinya hanya membutuhkan sedikit tarikan, rasanya benda itu tak bergerak, dan dia merasa malu dengan kesulitan yang tak terduga ini.
Pikiran untuk menuangkan anggur itu membuatnya mundur dengan cepat sebelum dia diberi perintah lain untuk melakukanya. Dua pria berstatus bangsawan itu yang menunggu lama, membuat pikirannya terganggu .
Dengan tergesa-gesa, dia meletakkan sebotol anggur itu di antara pahanya. Tak peduli apakah kedua pria itu sedang menyaksikan tingkahnya atau tidak. Zophie mencoba menarik penutup yang menyumbat dengan seluruh kekuatannya.
"Pong." Usahanya cukup baik untuk mencabut stekernya, tetapi tenaga yang berlebihan membuat botol anggur itu melayang di atas lutut pangeran yang berada tepat di sebelahnya.
"Tidak!" Suara Meera mendadak bergema di benaknya. Bara api bisa saja langsung terbetik di sini. Jika wanita lain bisa mati karena serangan fisik dari seorang pangeran yang menyukai permainan liar di kasur, bagaimana dengan dirinya? Kesalahan ini bisa membuatnya dipenggal hidup-hidup hanya karena serangan sebotol anggur.
"Yang Mulia, maafkan diriku. Aku akan segera membersihkannya darimu," sahut Zophie dengan tatapan yang pucat.
Saat dia bergegas menuju ke arah pangeran, dia dapat melihat jaket dan celana pria itu terkena anggur merah, dia mencoba menyekanya dengan ujung gaunnya. Kemudian, dengan cepat Zophie mengambil sepotong kain yang menempel di depan dadanya karena roknya menjadi sangat basah sehingga kain itu tidak bisa lagi menyerapnya. Zophie berusaha menyeka dengan baik jaket sang pangeran dengan kain merah tersebut. Secara perlahan, dia mengangkat kepalanya dengan lembut untuk melihat situasi atmosfer yang ada.
Dirinya menumpahkan anggur pada seorang pangeran. Dan pria bangsawan yang ada di depannya bukanlah seorang anggota biasa dari Keluarga Kerajaan. Pangeran Lucius Artorius berada di urutan kedua dari takhta yang ada. Zophie yang terus memikirkan hal-hal buruk membuat tangannya gemetar secara otomatis karena membayangkan ia akan segera diseret.
Bertentangan dengan apa yang dia pikirkan, sang pangeran yang tanpa ekspresi itu tetap duduk diam. Dia membiarkan Zophie yang panik melakukannya. Memiliki keberanian dengan penampilannya, Zophie lantas segera meminta maaf, "Yang Mulia, tolong tunjukkan belas kasihan.
**To Be Continued**