Ketika Zophie dengan santai mengangkat bahunya seolah dia tidak punya pilihan, suara pelayan yang mendecakkan lidahnya terdengar dengan sangat kecil. Dia mengabaikannya saat dia menahan apa yang ingin dia katakan. Dirinya tidak akan dimarahi jadi dia langsung pergi ke kamar mandi tanpa terganggu oleh kekasih pangeran.
Saat pria yang sedang menikmati teh itu berdiri tanpa berkata apa-apa, Zophie malah ingin menjerit maupun menangis, mengira dia takkan bisa beristirahat. Namun, pria itu melepaskan pakaiannya lalu memutuskan untuk tidur.
Dia membungkuk dan membuka sedikit kakinya yang bengkak sembari menunggu pria bangsawan itu tertidur. Pria yang terbaring di tempat tidur itu memerintahkan dirinya untuk keluar dan meninggalkannya saat dia tengah berdoa dengan sungguh-sungguh.
"Dengar, silahkan kau pergi tidur dan biarkan aku beristirahat," ucapnya dengan suara berat.
Setelah itu dengan hati-hati ia memadamkan lampu yang ada di kamar Pangeran. Zophie dengan lembut menarik napas begitu dia menutup pintu kamarnya. Sprei yang baru saja diganti dari kamar pangeran telah diletakkannya pada keranjang kotor. Ruang aula bahkan terlihat begitu sunyi seolah tak ada indikasi bahwa seseorang berada di sini.
Berbeda dengan pelayan, yang tidur di kamar sebelah pangeran, Zophie bergerak menuju ke kamar pelayan di lantai empat. Dia melangkah ke sebuah ruangan kecil tepat di sebelah tangga, membuka pintu lalu melangkah masuk dan perlahan berbaring di atas kasurnya. Gadis itu menghela nafas panjang sambil memikirkan bahwa hari yang berat telah berakhir.
Sudah tiga bulan sejak Zophie memasuki kediaman pribadi dari Pangeran Lucius Artorius Castus. Sosok pangeran yang merupakan seorang keturunan kedua dari tahta Kekaisaran Castus.
Zophie memiliki kepribadian yang dingin dan acuh tak acuh sehingga dirinya bisa menjadi pelayan yang bertugas membersihkan kamar pangeran. Cukup sulit untuk lolos dari seleksi menjadi posisi pelayan langsung dari Pangeran Lucius Artorius. Rumor mengatakan bahwa karena suatu alasan tertentu, orang-orang yang memegang pekerjaan ini sering diganti seiring waktu. Mampukah Zophie mempertahankan posisinya?
***
Apa pun yang dilihat atau dirasakannya, Zophie dikenal karena sikap yang tenang dan rasa ketidakpedulian yang belum pernah terlihat sebelumnya. Gadis itu telah mengemban jabatan alih urusan rahasia pangeran atas rekomendasi kepala pelayan.
Dia bahkan rela mengikuti perang setiap harinya demi menunjukkan kerja keras sebab gajinya berlipat ganda. Dirinya selalu tampil dengan apa adanya dan tak pernah terlihat mengeluh sedikitpun. Sekarang dirinya terbaring di tempat tidur dengan tubuh lelahnya yang basah.
Zophie yang melompat akibat kegirangan, tak sengaja menendang kakinya di tempat tidur. Kini dia melepas pakaian dalam katun tebal dan menciumnya lebih dulu. Dia mengoleskan bagian lembab dari kain itu di hidungnya dengan harapan basah di celananya tidak akan membuat kain itu menjadi kotor, sebab dia harus memakainya lagi besok. Untungnya setelan miliknya tidak berbau.
"Wah, aku takut setengah mati. Diriku akhirnya bisa santai hari ini. Aku tidak percaya aku langsung berbaring tanpa memeriksa tempat tidurku. Ini akan menambah masalah untukku dan mereka akan meragukan integritas ku hanya karena kesalahan mendasar ini."
Dia dengan hati-hati menggantungkan gaun dalamnya yang tebal di dekat jendela. Gadis itu kemudian berbaring dengan selimut di lantai, hanya mengenakan satu lembar pakaian yang cukup tipis.
Ia juga tak lupa melepas kacamata yang terbuat dari besi tebal yang menutupi separuh wajahnya. Dia menghapus semua riasan wajah dan alis yang dia pakai sejak dia berusia lima tahun. Begitu dia menutup mata, tidur menjadi teman terbaik untuknya.
"Ya, aku pergi sekarang. Diriku sedang pergi!"
***
Lylia, seorang penanggung jawab ruang properti di Teater Magnum. Sebuah area hiburan terbaik yang ada pada Kekaisaran Castus. Dia menjungkirkan tatapan tajam saat melihat Zophie berjalan dengan santai.
"Zophie, apa kau tidak mendengarku? Aku bilang aku perlu celana itu diperbaiki hari ini, kamu mendengarku, bukan?" teriaknya.
Jahitan celana berburu yang merupakan kostum milik aktor pria pada acara mendatang yang berjudul "Lady Marionette" telah robek pada saat latihan kemarin. Zophie lupa memperbaiki pakaian yang akan dikenakan pada acara hari ini. Ia kini langsung mengambil celana itu dengan tatapan yang bingung.
"Aku akan melakukannya sekarang," katanya singkat.
"Kita punya waktu kurang dari satu jam sebelum pertunjukan. Apa yang selama ini kamu lakukan? Kamu punya banyak ide konyol baru karena Miya sangat menyukaimu, bukan?" hardik Lylia.
Miya adalah sosok primadona terbaik di Teater Magnum. Lylia biasa mengeluh karena Zophie selalu dimanjakan oleh kebaikan Miya sejak dia masih kecil. Dia bahkan tak berhenti dan terus-menerus mengomeli dengan mengatakan, "Jangan melebih-lebihkan dirimu," atau "Bangun dan dengarkan!" di seluruh aksi yang gadis itu lakukan.
Menunjukkan celana yang sudah diperbaiki, Zophie berkata padanya. "Aku akan memberikan celananya kepada mereka sekarang. Dan perbaikan sederhana ini seharusnya sudah selesai dilakukan jika kamu, Lylia memperbaikinya sendiri daripada harus menunggu dan memanggilku terus-terusan."
Mencibir kelakuannya, tapi tidak mengucapkan sepatah kata pun, dia langsung mengambil celananya dan pergi.
"Saat kamu tumbuh dewasa dan merasa tua, kamu bahkan tidak mau mendengarku lagi," Layla tersenyum dan berkata kepada Lylia yang mendecakkan lidahnya akibat tingkah laku Zophie.
"Dia sudah menjadi gadis dewasa. Dia berumur tujuh belas tahun sekarang," kata Lylia.
"Itu sebabnya aku khawatir. Teater adalah tempat yang berbahaya bagi seorang gadis berusia tujuh belas tahun. Tidak peduli seberapa keras dia menyembunyikan penampilannya, tak ada orang yang tidak ingin mengejar gadis yang sedang mekar. Diriku khawatir para pria terus melirik Zophie," papar Layla.
Lylia hanya berharap Zophie bisa melakukan pekerjaannya dengan tenang di ruang persediaan di belakang panggung. Namun, gadis itu malah senang berjalan mengelilingi teater seperti seekor babi hutan yang dikejar dengan obor. Dan juga Lylia khawatir dia melakukan pekerjaannya dengan kurang baik.
Layla yang sedang mengerjakan 'ruffle' pada gaun Miya (lipatan renda atau kain bergelombang di tepi pakaian atau jahitan), berkata sambil mendesah, "Jika hanya aktor laki-laki, aku tidak terlalu khawatir, sebab mereka harus mendapat izin dari pemilik teater Meera, dan Miya sangat menyayanginya sehingga mereka tidak akan bisa melakukan sesuatu yang gegabah. Aku lebih khawatir jika dirinya dilihat oleh para bangsawan karena sering berjalan-jalan."
Tinggal di teater sejak usianya yang baru menginjak lima tahun, Zophie selalu disembunyikan oleh Meera, sang pemilik teater. Jus dari salah satu bahan pembalut, yakni buah metum, selalu dioleskan pada kulit putih susu gadis tersebut untuk menyamarkan rupanya. Dan rambut pirangnya yang berwarna cerah selalu disembunyikan dengan wig keras berwarna merah bata agar tak ada orang yang mengenalinya.
**To Be Continued**