Chereads / Takdir Untuk Terlahir Kembali / Chapter 4 - Takdir Yang Berubah

Chapter 4 - Takdir Yang Berubah

"Mereka memperlakukannya seperti ini. Sungguh memalukan! Tetapi, ketika dia menjadi seorang aktris populer, mereka akan bersikap manis, bahkan akan mengirimkan sebuah hadiah. Pujian yang datang takkan ada henti-hentinya."

Zophie menyadari betapa sedihnya menjadi orang yang tidak punya uang, kekuasaan, atau ketenaran untuk hidup di dunia setelah melihat hal yang menimpa Ylva. Gadis itu bahkan tidak bisa memprotes bahkan setelah dia diperlakukan dengan begitu rendah.

Sejak saat itu, Zophie tak masalah untuk menyembunyikan dirinya dengan lebih teliti di tempat yang sunyi. Lylia sering memarahinya karena senang berlarian dan bersikap begitu ceroboh dan sembrono. Namun, nyatanya gadis itu hanya berusaha menghindari orang sebanyak mungkin.

"Aku tidak akan pernah menjadi seorang seperti Ylva atau ibuku, Samantha." Kehidupan yang diatur oleh tangan orang lain sudah cukup dirasakannya sejak dia masih berusia lima tahun.

Zophie memperbaiki celananya dan mencoba untuk memberikannya pada Zack, tapi dirinya berubah pikiran. Dia memanggil salah satu anak yatim piatu yang telah ditinggalkan di teater sejak dia masih kecil. Zophie memutuskan untuk membagikan kue yang dia sembunyikan padanya, sebagai gantinya dia menyuruhnya untuk mengirimkan keperluannya itu.

Gadis itu semakin terganggu oleh tatapan mesra dari para anggota teater pria dan mata para bangsawan yang datang dan pergi. Dia menyadari bahwa sudah waktunya untuk mengambil kendali atas hidupnya di luar sana dengan melepas ketergantungan pada Meera demi masa depannya.

***

(Itu satu dari tiga belas tahun yang lalu…)

Beberapa hari yang lalu, Zophie baru saja menginjak usia lima tahun setelah ulang tahunnya di minggu ini. Gadis kecil itu menggumamkan bibir mungilnya yang berwarna merah muda karena dia tidak percaya pada cobaan yang sedang dia hadapi.

Marquise Armand yang baru dia dengar, mendatangi mereka di pagi hari. Dengan sikap yang elegan, wanita itu menyuruh pengawal dan pelayan untuk mengusir Samantha dan Zophie tanpa berpikir panjang. Pertemuan pertama antara dua wanita yang belum pernah bertatap muka sebelumnya, berakhir dengan kemenangan sempurna bagi sang nyonya.

Samantha yang menangis dan menjerit, pada akhirnya pingsan dan terbaring pada post teduh di ujung jalan. Penjaga gerbang merasa kasihan pada seorang ibu dan putrinya yang telah diusir dengan pakaian tanpa mengenakan mantel untuk menutupi diri. Dia memutuskan untuk mendekati Zophie dan berbicara dengannya.

"Nona Muda, Nyonya baru saja tidak sadarkan diri, jadi jangan khawatir. Bukankah ini terasa dingin? Soalnya ini masih awal musim semi, jadi suhu udara pasti masih sangat dingin," tegurnya.

Zophie tersenyum cerah saat melihat penjaga gerbang yang khawatir apakah dia harus melepas pakaiannya dan memberikan padanya. Gadis itu berkata, "Tidak apa-apa, Alisson. Tapi kenapa Marquise Armand tiba-tiba mengusir kami?"

Penjaga gerbang menyeka bagian bawah hidungnya seolah-olah sulit untuk menjawab. Dia melihat mata hijau cerah yang mengingatkannya pada tunas baru.

Dirinya berucap, "Aku mendengar bahwa beliau akhirnya melahirkan penerus kali ini, aku pikir itu sebabnya Yang Mulia dan Nona diusir."

Tanpa penjelasan lebih lanjut, dia dapat memahami segalanya. Dua kata yang terngiang di dalam kepalanya, yakni "penerus" dan "melahirkan" saja sudah cukup untuk membuatnya menebak apa saja yang telah terjadi.

"Aha, istri utama akhirnya melahirkan seorang anak laki-laki yang akan menjadi penerus, lalu mengusir selir yang selama ini dia benci?"

Dia sendiri masih tidak percaya bahwa dirinya dipanggil Nona Muda. Penjaga gerbang itu merasa malu dan dia terbatuk-batuk karena kebingungan mendengar kata-kata pintar dari seorang anak yang hanya berusia lima tahun itu.

"Itu sebabnya aku tidak pernah melihat Marquise Armand selama berbulan-bulan."

Saat dia menganggukkan kepalanya sangat serius dengan tangan di dagunya, dia bisa mendengar suara yang gemerisik, saat Samantha akhirnya tiba-tiba sadar.

"Zophie? Sayang?" panggilnya.

Samantha yang nyaris tidak berhasil bangkit dari posisinya, hanya bisa meringis. Namun, di saat yang sama, dia merasa sangat lega ketika dirinya menemukan putrinya berjongkok tak jauh darinya.

"Oh, Zophie. Sayang, apa yang kita lakukan sekarang?" cetus sang ibu.

Saat gadis itu melihat ibunya yang menangis, Zophie tampak ikut frustasi, lalu berdiri. "Bu, kita tidak bisa tinggal di sini sekarang, jadi kita harus memikirkan tempat untuk pergi. Hari akan menjadi gelap sebentar lagi."

Mendengar kata-kata itu, Samantha tidak bisa berkata apa-apa, menitikkan air mata. Sementara Zophie merasa sedikit gugup melihat ibunya yang berjuang untuk memikirkan apa yang harus dilakukan. Samantha nyaris tidak bisa berdiri, tapi dia merangkak untuk memeluk putrinya.

"Ya, ayo pergi sekarang. Sepertinya tak ada lagi yang bisa kita lakukan untuk tinggal di sini. Mengapa aku tidak dapat menebak bahwa ini akan terjadi?" tuturnya lirih.

Samantha yang bergumam dengan perasaan yang kacau, mencoba meraih tangan Zophie dan melanjutkan perjalanan. Sedangkan Alisson yang melihat mereka, berkata, "Nyonya, sudah waktunya bagi diriku untuk segera pulang. Jika kau menunggu sebentar di dalam pos penjagaan, aku akan membawa kalian ke tempat di mana kalian bisa pergi."

Alisson dengan baik hati mencoba membantu seorang ibu dan putrinya yang kesepian.

"Terima kasih. Jalan yang kau tempuh sudah cukup jauh untuk kembali, sekali lagi terima kasih banyak," Samantha berterima kasih kepada seorang penjaga gerbang atas kebaikannya dan menyesali situasinya, di mana dia kehilangan rumahnya dalam sekejap.

Rumah besar Zophie dan ibunya berada di Aalto Street, tempat tinggal para selir cantik dan bangsawan kelas atas. Aalto Street adalah kawasan pemukiman mewah yang memakan waktu sekitar tiga puluh menit perjalanan dari arah selatan jika menggunakan kereta.

Lokasi itu berada tak jauh dari Abercorn Street, jalan teramai yang ada di Kekaisaran Castus. Samantha yang tiba-tiba kehilangan tempatnya setelah diusir, memutuskan tujuannya ke sebuah teater di Abercorn Street, tempat di mana dia menjadikan namanya sebagai aktris kala itu.

Di sisi lain, Jeanne, seorang wanita muda yang berasal dari Asia sekarang memiliki tubuh Zophie. Dia merasa tercengang atas situasi yang dialaminya dengan cara yang sama sekali berbeda dari yang bisa dia pikirkan.

Karena sebelumnya dia merupakan salah satu mainan dari Marquis Armand, maka ia tidak harus khawatir akan masalah kekurangan di masa depan. Namun kasusnya telah berubah sekarang. Dia sadar bahwa ia bukan lagi seorang permata untuknya. Sayang sekali pria itu bertalian darah dengannya. Sosok yang dia panggil sebagai ayah juga telah meninggalkannya.

Dia diusir menjadi gelandangan sebulan setelah pria itu mendapat seorang anak yang menjadi penerus. Dengan tubuh gadis kecil yang belum pernah mengenal olahraga sebelumnya, dia berjuang berdiri tegak di gerbong tua penjaga gerbang, tapi tetap mencicipi mabuknya perjalanan.

**To Be Continued**