Wanita yang dia panggil sebagai ibunya hanya bisa menangis seolah Ia telah kehilangan akal sehatnya. Dia terus saja memandangi putri kecilnya dengan tatapan yang tertekan, seolah-olah dia tidak punya keinginan untuk mengurus dirinya sendiri lagi.
Sungguh melegakan melihat dia memberitahu penjaga gerbang ke mana mereka pergi, tetapi dia tidak punya pilihan lain selain merasa depresi memikirkan bahwa kehidupan masa depannya seperti lilin yang telah oleh tertiup angin. Semuanya akan redup dan selesai.
"Dasar brengsek sialan! Jika kau bermaksud memberikan hadiah kepada diriku, kau harusnya memberikan hadiah yang tepat, bukan sesuatu yang tidak berguna. Dengan begitu, aku akan menggunakannya dalam situasi ini."
Jeanne tidak bisa melepaskan kebenciannya pada orang yang membuatnya seperti ini. Bahkan, walau dia merasa sangat kelelahan, kutukan dalam hatinya takkan pernah sirnah. Sementara itu, dia bisa merasakan keretanya berhenti, akhirnya mereka telah tiba di suatu tujuan.
"Nyonya, Nona Muda, kami di sini."
Dia tersandung dengan tubuhnya yang terhuyung-huyung dan berhasil turun dari kereta. Jalanan yang gelap dipenuhi dengan suara bising dan lampu yang menyilaukan. Saat dia melihat ke arah gedung bertingkat lima di depannya, Samantha meraih tangan Zophie.
"Ayo masuk. Ini tempat ibu dulu bekerja. Aku akan meminta pada pemiliknya untuk mengizinkan kita tinggal walau sebentar sampai setidaknya kita menemukan tempat untuk pergi."
***
"Apa kamu hanya akan mengatakan itu lagi?" Seorang wanita dengan penampilan busana warna-warni dengan rambut coklat pucat mengerutkan kening saat dia meletakkan rokok panjang yang dia pegang.
"Aku bertanya kepada dirimu, berapa banyak uang tebusan yang akan kau terima? Berapa jumlah uang yang seharusnya kau peroleh dari Adipati Alexon?"
Melihat sosok Zophie yang melontarkan kata-kata seperti itu dengan kepala terangkat tajam, membuat Meera hanya bisa tersenyum kecil dan mengambil puntung rokok yang telah diletakkannya.
"Mengapa? Bisakah kamu mendapatkan uang jika aku memberitahumu?" tegur sang pemilik teater.
"Aku akan mencoba sejauh yang diriku bisa. Kau tidak akan kehilangan apa pun. Bukankah hasilnya kau akan tetap memiliki nilai yang sama jika kau mendapatkannya dari Adipati Alexon, atau kau mendapatkannya dari diriku," balas gadis tersebut.
Tempat Zophie sekarang tinggal adalah kediaman Meera. Sebuah area terdalam dari Teater Magnum. Itu juga yang menjadi tempat di mana Samantha, yang telah diusir dari oleh sang kekasih dan keluarga bangsawan yang tinggal sebelumnya. Kini mereka berada di sana dan kali ini dia tinggal bersama dengan anaknya, Zophie sampai akhir hayatnya.
Zophie mengunjungi tempat rahasia Meera yang penuh dengan kenangan buruk dalam waktu yang lama. Dia sedang bernegosiasi dengan pemilik teater, mengumpulkan keberanian untuk mengambil kendali atas hidupnya.
"Oh, tidak, tidak… kamu masih naif. Mengapa dirimu sangat yakin ini akan segera berakhir? Jika Adipati Alexon menyukai dirimu, hubungannya denganku akan semakin terus menjadi baik. Jika tidak, bukankah akan ada bangsawan lain? Jika Adipati hanya menginginkan satu malam, maka rasanya itu takkan menjadi suatu masalah. Kamu adalah simbol kecantikan yang langka," tutur wanita itu.
"Meera, aku tidak naif. Justru sebaliknya, aku pikir kamu lah yang naif. Jika aku mendapat keuntungan atas kehidupan bangsawan dari Alexon, maka yakinlah aku akan berbisik ke telinga pria itu dan diriku tidak akan meninggalkan dirimu sendirian. Aku yakin bisa memberikanmu pelukan bangsawan yang sama. Dan kau pastinya akan selalu merasa cemas tentang bagaimana aku akan membalas dendam di belakang dirimu. Namun, ada opsi lain, bukankah kita semua tahu lebih baik mencegah bahaya bagi satu sama lain?" papar gadis itu dengan berani.
Meera mendecakkan lidahnya saat melihat Zophie berbicara besar dengan pakaian yang lusuh dan norak. Dia bahkan masih mengenakan wig batu bata dan menyamarkan wajahnya dengan warna kusam.
"Kamu bahkan tidak tahu terima kasih. Aku yang membesarkan dirimu. Kau tahu siapa yang bertanggung jawab atas semua kebutuhan dan keamanan sejauh ini? Aku orangnya. Dan lihatlah sekarang kau begitu sombong dihadapanku. Tolonglah panggil dia dengan sebutan Adipati. Kenapa kamu begitu ceroboh? Bagaimana jika seseorang mendengarnya?" sebut wanita itu.
"Ini hanya masalah antara dirimu dengan diriku. Aku akan berhati-hati di tempat lain. Dan yah aku hanya akan bersikap sopan karena aku tahu betapa bersyukurnya kau saat ini. Diriku melakukan ini untuk membayar kembali kebajikan yang telah dirimu berikan kepadaku. Sementara itu, Mengapa kamu tidak memberitahuku apa saja hal yang masih aku hutangi padamu?" ucapan nakal Zophie membuat Meera mendengus dan mengangkat rokoknya lagi, sembari memikirkannya dengan baik.
"Jika kau berkata demikian, maka aku akan menunjukkan simpati milikku. Lima ribu sepertinya harga yang cukup. Bagaimana menurut dirimu? Ini lebih besar dari yang kau pikirkan, bukan? Aku bahkan tidak menampilkan dirimu secara langsung tapi, kemurahan hatinya sungguh luar biasa. Dia menawarkan uang dalam jumlah besar hanya karena aku merekomendasikan dirimu," celetuk wanita itu.
Zophie sangat terpukul ketika dia menyipitkan matanya dan tersenyum puas. Dia tidak pernah mengira dirinya berharga semahal itu. Tapi dia tidak bisa menunjukkannya di depan pemilik teater. Jadi, Zophie mengurangi sikap lancangnya dan berkata dengan sopan, "Terima kasih atas hal itu. Namun aku akan mencoba yang terbaik."
Meera terkejut melihat Zophie berbalik dan menolak untuk mengalah, meskipun sebenarnya dia menyebut harga dua kali lipat dari jumlah yang ditawarkan padanya. Dia mengira gadis itu tidak normal sejak dia masih kecil. Namun, Zophie selalu membuatnya takjub. Gadis itu seolah memiliki tangan yang selalu terbuka. Dia akan menjadi aktris yang luar biasa jika dia naik ke atas panggung, tetapi dia harus menyerah karena dia pikir Adipati Alexon tidak akan membiarkannya pergi.
"Siapa yang ingin putri dari seorang bangsawan yang katanya sudah mati? Akan sangat mengejutkan jika dia terlihat kembali hidup di depannya. Itu sangat buruk."
Zophie meninggalkan kamar Meera, tidak mengungkapkan pikiran batinnya sebanyak yang dia bisa. Dia memutuskan bersikap bungkam setelah mendengar jumlah yang Meera katakan. Dia menyembunyikan dirinya di ruang penyimpanan di sebelah ruang penyangga. Berusaha menghindari perasaan depresi, dan rasa derita yang dihadapinya secara serius.
Beberapa hari yang lalu, ketika dia memberi tahu Meera bahwa dia akan meninggalkan teater, dia malah menemukan fakta yang mencengangkan. Pada upacara kedewasaan Zophie yang akan datang di usia tujuh belas tahun, wanita itu akan menjual keperawanan miliknya kepada Adipati Alexon.
Hal itu memuakkan, dengan demikian gadis itu memutuskan untuk membayar kembali segala kebaikan yang telah Meera berikan selama ini. Walau wanita itu bilang bahwa kehidupannya akan mekar sepenuhnya jika dia menyenangkan di mata sang adipati, Zophie sama sekali tak tertarik pada narasi tersebut.
**To Be Continued**