Batin Ahmad menjerit sejujurnya dia tidak tega untuk meninggalkan ibunya, namun dia punya tanggung jawab lain yaitu mencari keberadaan istri dan anknya. Akhirnya meskipun perpisahan itu terasa berat bagi Ahmad, dia tetap pamit pada ibunya dengan tangis, dia berpelukan cukup lama dengan ibunya, setelah itu dia mulai melangkahkan kaki menjauh dari rumahnya dan dari pandangan ibunya.
"maafin aku bu, aku harus pergi demi tanggung jawabku sebagai suami dan ayah untuk istri dan anakku." Gumamnya
Ahmad berjalan dengan ransel yang cukup besar. Menggantung dipunggungnya dan tangannya membawa bungkusan plastik dari ibunya. Dari jauh Fatma memandangi kepergian anaknya tanpa mengedipkan mata sedikitpun, hingga bayanganya sudah hilang barulah Fatma masuk ke rumah.
Di dalam rumah Fatma tidak bisa lagi menutupi kesedihannya atas kepergian anak semata wayangnya. Fatma sesenggukan karena tidak bisa mencegah anaknya untuk pergi, sejujurnya dia tidak ingin jauh dari Ahamad. Namun dia juga tidak ingin melihat anaknya berlelah-lelah bekerja di kampung hanya untuk menafkahi keluarganya.
Jauh dari relung hatinya yang terdalam, Fatma menginginkan anaknya bisa seperti yang lain, bisa melanjutkan pendidikannya hingga dia bisa menjadi orang yang sukses dan bermanfaat bagi banyak orang.
"Ahmad anakku, ibu do'akan semoga kamu mendapatkan apa yang kamu cita-citakan, semoga di kota sana kamu bisa menjadi lebih baik dan semoga kamu bisa menjadi orang sukses." Gumam Fatma dalam sendunya.
*
Ahamad juga matanya berkaca-kaca, karena bagi dia pun ini adalah kali pertama dia harus pergi meninggalkan ibunya sendiri. Ada perasaan bersalah namun dia tetap tekadkan kuat bahwa dia akan kembali secepalatnya.
Ahamad terus berjalan menuju jalan raya, setelah melihat ada ojeg yang lewat dia pun mencegatnya untuk menumpang sampai pinggir jalan Raya. Tentu saja bukan sekedar menumpang, karena Ahmad bukanlah tipe orang yang suka merepotkan. Tentunya dia pun pasti akan membayar ojeg yang mengantarkannya, meskipun dia kenal dan dgratiskan, pasti Ahmad akan tetap membayarnya.
Sesampainya di jalan Ahmad berdiri di pinggir jalan menunggu bus datang. Sambil menunggu, pikirannya mulai kembali mengingat Siska,
"Siska sayang aku akan datang, aku akan segera menjumpaimu dan juga menjumpai anak kita, Siska rasanya aku tidak sabar ingin segera sampai di Jakarta dan bertemu denganmu.
*
Sementara di keduaman Siska masih terjadi perdebatan anatara Siska dan kedua orang tuanya. Siska menolak keras permintaan ayahnya,
"Yah pokoknya Siska gak mau dijodohin, Siska akan tetap menunggu Ahmad yah." ungkapnya dengan sedikit emosi.
Siska bersedih karena dirumahnya sendiri dia merasa terpojok, bahkan ibunya sendiri pun tidak memberikan pembelaan untuknya, malah mendukung ide ayahnya.
Karena Siska merasa kesal, akhirnya pergi dari hadapan kedua ornag tuanya, dia Izin untuk ke kamarnya, padahal sarapannya pun belum dihabiskan. Siska pun berdiri dan pamit.
"Maaf yah, ibu sepertinya aku harus ke kamar, takut anakku terbangun dan menangis." Ungkap Siska dengan datar.
"Hei nak, kamu mau kemana? Itu nasimu saja belum habis, lagian kalau Adnan nangis nanti pasti kedengaean ke sini kok." Ungkap Sri saat melihat anaknya berdiri.
"Lagian yah Siska, Ayah tuh belum selsai bicara, gak sopan yah kamu orang tua lagi bicara bukannya didengerin ini malah mau pergi." Ungkap Firman kemudian.
"Maafkan Siska bu, Siska sudah kenyang dan untuk ayah maafkan aku juga karena sampai kapanpun aku tidak mau untuk dijodohkan.titik." Jawab Siska sambil berlalu dan berlari menaiki anak tangga menuju ke kamarnya.
Melihat kelakuan Siska, Firman sedikit marah,
"Tuh lihat anakmu, masa dia mau mencoba membangkang, padahal apa yang aku lakukan adalah untuk kebaikan dan kebahagiaan dia dan anaknya. Lah ini dia malah masih mengharapkan lelaki miskin seperti si Ahmad. Apa bagusnya anak itu, sekolah saja hanya tamatan SMP." Grutu Firman.
"Sudah lah yah bersabar dulu, mungkin Siska masih syok mendengarnya, mungkin anak kita masih butuh waktu yah makanya dia menolak. Semoga saja dalam waktu dekat ini anak kita itu akan berubah pikiran, ibu nanti akan bicara padanya untuk mencoba menasehati dan mencoba untuk membujuknya suapaya dia mau." Ungkap Sri pada suaminya.
"Ayo yah lanjutkan saja sarapannya, keburu dingin nanti malah gak enak." Ungkap Sri kemudian.
Akhirnya Sri dan Firman melanjutkan sarapan mereka yang terhenti, mereka mencoba untuk bersabar dengan sikap Siska, mereka berharap Siska bisa berubah pikiran esok, lusa atau lebih cepat lebih baik yang pasti.
Sementara Siska di kamarnya dia menangis didepan cermin riasnya.
"Bang cepatlah jemput aku, aku gak mau dijodohkan oleh kedua orang tuaku. Meskipun kamu orang miskin, tapi kamu orang baik dan aku sudah terlanjur cinta padamu, pokoknya aku tidak ingin dipisahkan denganmu apalagi dijodohkan sama ynag lain." Gumam Siska sambil terisak.
Siska tidak habis pikir dengan niat kedua orangtuanya untuk menjodohkannya, padahal keduanya tahu kalau Siska masih istri sah dari Ahmad. Siska benar-benar merasa kecewa dengan keduanya, namun Siska sadar keduanya tetaplah menjadi orang yang harus senantiasa dia hormati dan sayangi.
Siska mulai gamang ketika mengingat ibunya Ahmad yang tidak begitu baik memperlakukannya, jika ingat perlakuannya kadang dia pun merasa putus asa untuk mengharapkan Ahmad untuk datang. Bahkan seandainya dia datang tentu Siska akan berpikir dua kali untuk kembali serumah dengan ibu mertuanya itu.
Karena Siska sudah pusing, akhirnya dia hanya bisa menangis dan pasrah,
"Ya Allah aku hanya hambamu yang lemah, aku mohon petunjuk darimu." Ungkap Risti berdo' a pada Rab_Nya.
Kemudian dia memastikan terlebih dahu anaknya, dan ternyata anaknya masih tidur pulas. Siska pun segera ke kamar mandi untuk berwudhu, berharap hatinya lebih tenang sesudah berwudhu.
setelah keluar dari kamar mandi dia menggelar sajadah dan dia memakai mukena, dia akan mendirikan shalat duha.
"Ya Allah dari pada aku galau berlebihan seperti ini, lebih baik aku shalat dhuha, semoga setelah shalat dhuha aku bisa lebih waras." Gumam Siska sambil mengusapkan kedua telapak tangannya ke wajah.
"Shalat Dhuha adalah shalat sunah yang dilakukan setelah terbit matahari sampai menjelang masuk waktu zhuhur. Afdhalnya dilakukan pada pagi hari pada saat matahari sedang naik (kira-kira jam 9.00). Shalat Dhuha lebih dikenal dengan shalat sunah untuk memohon rizki dari Allah, berdasarkan hadits Nabi yang artinya:
"Telah menceritakan kepada kami Adam telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari 'Amru bin Murrah Aku mendengar 'Abdurrahman bin Abu Laila berkata: Tidak ada dari orang yang pernah menceritakan kepada kita bahwa dia melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melaksanakan shalat Dhuha kecuali Ummu Hani' yang dia menceritakan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah memasuki rumahnya pada saat penaklukan Makkah, kemudian Beliau shallallahu 'alaihi wasallam mandi lalu shalat delapan raka'at" seraya menjelaskan:
"Aku belum pernah sekalipun melihat Beliau melaksanakan shalat yang lebih ringan dari pada saat itu, namun Beliau tetap menyempurnakan ruku' dan sujudnya"(HR. Bukhari no hadits 1105).
"beruntunglah aku pernah membaca haditz itu di bukunya punya bang Ahmad, semoga aku bisa mengamalkannya sekarang," Gumam Siska
Shalat dhuha yang akan dia tunaikan saat itu adalah shalat dhuha pertama dalam hidupnya.
sebelum-sebelumnya sudah bisa sholat lima waktu saja sudah bersyukur. Memang keluarga Siska tidak anti agama, namun juga kurang suka dengan hal-hal yang dianggapnya kolot seperti mengenakan hijab misalnya. Siska dari kecil tidak pernah diajarkan untuk mengenakan Jilbab, karena kedua orangtuanya selalu menekankan cukup menjalankan sholat lima waktu dan jangan berbuat aneh-aneh itu sudah cukup. Tapi soal hijab mereka menganggapnya itu terlalu kolot jadi Siska dilarangnya untuk mengenakan jilbab.
Siska pun menunaikan Shalat Dhuha pertamanya, meskipun baru pertamakalinya dia mendirikan Shalat dhuha tapi Siska tetap Khusu dan merasakan ketenangan setelahnya.
Bersambung...