Ahmad nyengir
"Oh sudah mau jam 12 yah, Ok deh bu kalau gitu Ahmad mau siap-siapa dulu yah."
Sebelum Fatma keluar dari kamar Ahmad, dia berpesan sesuatu pada Ahmad.
"Ya udah mandi sana, nanti sehabis Shalat jangan lupa makan siang dulu yah sebelum kamu bertugas dampingkn para mahasisa."
Ahmad mengacungkan jempol sebagai isyarat jawabannya.
*
Selsai menunaikan Shalat Dzuhur, Ahmad mengabil tas slempang paforitnya yang tergantung di belakang pintu kamar. Lantas menuju ruang keluarga.
"Bu, ibu sudah makan belum?"
"Belum, ibu kan nunggu kamu Ahmad. Makan sendiri apa enaknya." Ujar Fatma.
Lalu Fatma mendekat ke tempat makan, mereka duduk lesehan di tikar yang sudah digelar oleh Fatma. Ada bakul berisi nasi, tahu goreng dan juga tempe bacem serta sambal dan lalapan.
"Maaf ya Ahmad ibu hanya bisa memasakan kamu seadanya."
Ahmad mengambil piring lalu diisi nasi dan lengkap dengan lauk pauknya.
"Ya Allah ibu, bersyukur bu, ini bukan seadanya bu tapi ini tuh nikmat sekali, apalagi ini sambal buatan ibu sangaat nikmat."
Ahmad mencoelkan tahu goreng pada sambal, dia begitu lahap, bahkan menambah satu centong nasi. Fatma senang melihat Ahmad begitu lahap.
"Syukurlah kalau kamu suka, kalau kamu memang suka sambal buatan ibu, insyaallah akan ibu butakan tiap hari."
"Wah jangan pula tiap hari bu, bisa buncit nanti perut Ahmad."
"Ah kamu Ahmad baru makan segitu saja sudah dibilang akan buncit." Fatma terkekeh
"Bener ya bu kata orang, kalau sambel itu bikin nafsu makan meningkat." Ucap Ahmad sambil kembali menambah satu centong nasi dan satu sendok sambal ke piringnya.
*
Sekitar pukul 2 siang Ahmad berencana untuk menemui Siska di rumah yang ditinggalinya. Ahmad berencana untuk meminta maaf karena sudah membuat Siska kecewa padanya.
Sebelum sampai ke rumah itu, Ahmad duduk di kursi di bawah pohon yang cukup rindang. Matanya tertuju ke rumah tempat dimana Siska berada.
"Hmm...kira-kira Siska lagi sibuk gak yah, hmm...apa dia mau berbicara denganku setelah kejadian tadi pagi."
Tangan Ahamad menggasak rambutnya beberapa kali dengan kasar.
"Kenapa juga aku harus menghindarinya dengan cara berbohong."
Ahmad berdiri lalu dengan ragu dia mulai melangkahkan kakinya menuju tujuannya. Belum jauh kakinya melangkah terlihat Siska dan kedua sahabatnya keluar dari rumah dengan menenteng tas kecil. Langkah Ahmad pun terhenti sejenak dan degg...ada perasaan yang tidak nyaman dirasanya.
"Duh belum juga ketemu sudah deg degan kaya gini, temuin gak yah?"
Pikiran Ahmad sibuk mencari alasan untuk bisa memberanikan diri menghadap Siska. Tapi kenyataannya tidak seperti itu, nyalinya begitu ciut, dia malah memutuskan untuk balik arah dan kembali ke rumah.
Saat Ahmad membalikakan tubuhnya, kedua sahabat Siska melihatnya, dan memberitahukan pada Siska.
"Sis bukannya itu Kak Ahamd yah?"
Mita mencolek Siska.
Siska mengedarkan pandangannya menuju arah yang dimaksud oleh Mita.
"Kayanya sih iya, tapi sudah ah males gue ketemu sama dia,"
Lain dimulut lain dihati,
"Kak Ahmad ngapain yah di situ, hmm...apa jangan-jangan dia mau ke sini untuk nemuin aku, tapi ada perlu apa yah?" Siska bertamya-tanya dalam hatinya.
Mita seolah tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Siska. Mita menarik tangan Siska dan mengajak nya untuk menemui Ahmad.
"Daripada kamu penasaran, ya udah ayo mending kita tanya langsung sama kak Ahmad lagi ngapain dia di situ."
Siska diikuti oleh Reina pun berjalan menuju tempat Ahmad yang masih ragu untuk bergerak.
Sesaat kemudian dengan begiu cepat Siska dan kedua sahabatnya sudah ada dibelakang Ahamad. Mita mengawali menyapa Ahmad karena Siska ogah-ogahan untuk menyapanya.
"Siang kak Ahmad, sedang apa di sini kak, apa lagi nunggiin Siska?"
Replex Siska menginjak kaki Mita, dan Mita pun teriak, dan langsung menggeser kakinya.Bbw Bu Bu Bu
"Awww....ih apan sih kamu Sis, sakit tahu."
Ahamad menoleh, menahan sedikit tawa karena kelakuan Siska.
"Eh ada kalian ruapanya, aku di sini cuma kebetulan saja lewat dan sejenak menikmati angin di sini."
"Ya elah nikmatin angin aja pake ke sini segala, gak salah loe Ahamad, palingan juga mau nyamperin Siska kan?" Cletuk Reina sambil memicingkan matanya.
Ahmad terbatuk dengan celotehnya
"Uhuk...uhuk...uhuk..."
Siska malah segera mengambil tumbler air minumnya pada Ahmad dengan replex, lupa kalau dia sedang ngambek sama Ahamad.
"Ini kak Ahmad minum."
Mita dan Reina saling sikut dan mencebikan muka mereka. Sedangkan Ahamad dia enggan untuk menerima tumbler yang di ulurkan padanya. Ahamad malah menatap Siska sejenak lalu kembali menunduk.
Karena melihat Ahamad enggan mengambil tumbler miliknya, akhirnya Siska menarik kembali tangannya dan menyimpan tumblernya ke dalam tas.
"Ya udah kalau gak mau, gak maksa kok."
"Cie yang salting." Ucap Mita.
Mita langsung menarik lengan Reina, melangkah ke depan menjauh dari Ahamad dan Siska. Reina kurang setuju jika Siska berdekatan dengan Ahamad. Reina pun mencoba menolak saat ditarik tangannya oleh Mita.
"Ih Mita, loe kenapa sih narik narik gue segala, gue gak mau ya kalau mereka sering berduaan kaya gitu."
"Ih kok gitu sih Rei, hmm...jangan jangan kamu naksir juga ya sama Ahmad?"
"Ish....ogah tujuh turunan, sory yah Mit, Ahmad memang ganteng tapi dia gak masuk dalam kriteria gue."
"Kalau gitu ya udah biarin Ahamad sama Siska nyelsaiin masalah mereka dulu, biar Siska gak galau, entar kita juga yang kena amukannya kalau Siska kesel."
Reina pun mencebi, dan berjalan menjauh dari Siska dan Ahamad.
"Hmm...iya juga sih"
Siska menatap punggung kedua sahabatnya dan menghentakan satu kakinya.
"Ish...kenapa mereka ninggalin gue sendiri di sini."
"Ehmm....kamu gak sendiri kok, kan ada aku juga di sini." Gumam Ahmad mencoba mencairkan suasana yang begitu kaku.
Siska pun beranjak hendak menyusul kedua sahabatnya, tapi Ahmad menahannya.
"Tunggu Sis, apa kamu masih marah sama aku?"
Siska menghentikan langkahnya lalu menoleh pada Ahmad yang sedang menatapnya.
"Ya pikir aja sendiri."
"Maafin aku Sis, aku hanya tidak ingin kita sama-sama kecewa."
"Terus loe pikir dengan cara itu, gue gak kecewa gitu, malah gue kecewa banget."
"Iya makanya aku minta maaf."
Siska terdiam, masih mempertimbangkan permintaan maaf dari Ahamad. Sejujurnya hatinya berbunga-bunga saat bisa melihat dan bisa mendengar suara Ahmad.
"Plis loe jangan natap gue kaya gitu, bikin jantung gue mau copot aja." Siska membatin
Ahmad menggerak-gerakan tangan kanannya di depan Siska yang sedang terdiam tanpa kata.
"Hei Sis, kamu baik-baik saja kan, kamu mau kan maafin aku."
"Lihat nanti saja, bye." Ucap Siska sambil tersenyum, kemudian dia berlari mengejar kedua sahabatnya yang sudah menjauh pergi darinya.
Ahamad tidak mengerti dengan sikap Siska, tapi melihat senyum Siska padanya, dia mencoba berbaik sangka kalau Siska sudah memaafkannya.
"Aneh, tapi gak apa-apalah yang lenting sekarang kamu sudah bisa tersenyum kembali padaku."
Bersambung...