Chereads / Terjerat Cinta Lokasi / Chapter 8 - Apa Cinta Serumit itu?

Chapter 8 - Apa Cinta Serumit itu?

Sesampeinya di rumah, Fatma terkejut melihat ujung bibir anaknya yang lebam dan juga ditempeli plester, dia menghampiri anaknya dengan begitu khawatir.

"Ahmad anakku, ada apa, kenapa mulutmu terluka seperti ini, bukannya kamu tadi diminta untuk menyambut rombongan tamu dari kota?" Tanya Fatma dengan serius.

Ahmad mengerti dengan rasa khawatir yang ibunya rasakan, dia tersenyum dan mencium punggung tangan ibunya.

"Ibu ini kalau nanya satu-satu dong, lagian aku belum salim eh ibu malah nyerocos aja." Jawab Ahamad sambil menggandeng ibunya untuk duduk di kursi diruang tamu plus ruang keluarga.

"Sini kita duduk dulu bu,"

Setelah mereka duduk, Ahmad memberikan bungkusan kresek ditangannya pada Fatma.

"Ahmad bawa sesuatu buat ibu, makanan kesukaan ibu, ibu pasti suka, ayo makan dulu bu keburu gak enak kalau dinanti nanti" ujar Ahamad sambil menyodorkan bungkasan kresek itu.

Fatma menerimanya, lalu menyimpannya diatas meja, Ahmad merasa aneh karena biasanya kalau dia membawakan makanan untuk ibunya pasti langsung disantap oleh ibunya.

"Bu kok malah di taroh, makan dong bu nanti keburu dingin gak enak lho."

"Ibu gak akan makan sebelum kamu cerita, kenapa kamu bisa terluka seperti ini." Ungkap Fatma sambil memegang plester yang ditempel diujung mulut Ahamad

"Oh ini Bu, tenang aja ini gak kenapa-kenapa, Ahmad gak berantem kok, ini tadi gak sengaja kena ..."

"Kena apa, kamu jangan berbohong sama ibu." Ucap Fatma memotong pembicaraan anaknya.

"Sudahlah bu, ini tu gak apa-apa tadi hanya salah faham aja kok, lagian ini sudah diobatin, paling sebentar lagi juga plesternya Ahmad buka. Mending ibu makan ini yah, biar aku suapin." Jawab Ahamad sambil membuka bungkusan ketoprak di atas Meja.

Denga sedikit kecewa, Fatma pun memakannya meskipun masih ada rasa penasaran dengan luka diujung bibir anaknya.

*

Siang itu rombongan KKN belum ada kegiatan mereka diberikan waktu satu hari oleh pembimbing untuk  merapikan barang-barang mereka dan sisanya diberikan keluasan, boleh istirahat atau digunakan untuk bersilaturahim ke rumah-rumah warga.

Tentu saja bagi mereka lebih memilih untuk beristirahat, karena perjalanan yang mereka tempuh lumayan jauh sehingga tubuh mereka terasa begitu remuk dan membutuhkan istirahat yang cukup untuk memulihkan tenaga mereka.

Demikian juga dengan Fransiska, meskipun pikirannya masih sibuk memikirkan Ahmad karena dia sebenarnya sedikit merasa bersalah terhadapnya. Gara-gara dirinya Doni jadi salah faham sehingga membuat Ahmad terluka.

"Huuh...dasar yah si Doni, gak di kampus gak di sini selalu bikin perkara," gumam Fransiska geram sambil menggepalkan tangan.

Ada Nadia temannya yang mendengar gumaman Fransiska meski pelan tapi terdengar olehnya.

"Hei Sis, itu tandanya si Doni serius kali sama kamu, dia gak suka kalau lihat kamu dekat-dekat dengan lelaki lain apalagi lelaki kampung kaya Ahmad, hmm...emang sih ganteng tapi kan itu bukan level kamu. Oh iya Sis kok Ahmad manggil kamu dengan sebutan Frans sih, aneh deh dia itu kan jadi terdengar kaya manggil cowok," Ungkap Nadia sambil mendekat ke arah Siska yang sedang duduk.

"Haha...sembarangan, bukan dia yang aneh tapi nama gue nya memang kaya nama cowo. lagian Emang kemarin juga gue kenalan dengan nama Frans wkwkwkwkw..." Jawab Siska sambil terbahak.

"Pantesan dasar kamu Sis ada-ada saja, eh btw tumben kamu mau kenalan sama orang yang baru kamu kenal, jangan-jangan..." Ungkap Nadia menggantungkan kata-katanya.

"Jangan-jangan apa heeeh...udah deh loe jangan ngawur, gue kemarin kenalan sama Ahamad karena dia sudah bantuin angkatin tas dan koper gue, anggap aja itu rasa terimakasih gue sama dia, sudah ah Nad, gue mau mandi gerah." Ungkap Siska.

Berdiri meninggalkan Nadia yang sedang rebahan. Siska mengambil handuk dan sabun dari tas besarnya.

*

Keesokan harinya di balai desa mengadakan pertemuan antara mahasiswa dan juga seperangkat petugas desa dan sebagian para warga, kegiatan itu dilaksanakan guna memperkenalkan mahasiswa pada warga.

Satu persatu mahasiswa itu memperkenalkan diri secara singkat, dan kini tibalah giliran Fransiska untuk memperkenalkan dirinya.

"Selamat siang, bapak-bapak dan juga ibu-ibu semuanya, perkenalkan nama saya Fransiska Wijaya, selama satu bulan ke depan saya akan mengadakan KKN di desa ini, mohon bimbingannya." Ungkap Siska dengan sopan.

Ahamad menyaksikannya, dia terheran saat mendengar Frans yang ternyata itu adalah Siska yang bicara,

"Pantesan nama lengkapnya ternyata Fransiska, kok mirip nama cowok yah, dan kenalan sama aku denga nama Frans doang, ya bagusan juga dipanggil Siska." Gumam Ahamad

" Aku pikir kamu juga tidak bisa ngomong baik dan sopan seperti itu, beda banget sama Frans yang kemarin kenalan sama aku hehehe...atau jika kamu jadi Frans kamu songong kaya cowok, tapi kalau jadi Siska kamu jadi anggun seperti itu kali yah." Ahamad berdiaolog dengan dirinya sendiri

Ahamad menahan tawa jika membayangkan Siska seorang perempuan yang galak tiba-tiba berubah jadi perempuan yang anggun, dia pikir itu adalah sebuah kemustahilan, tapi nyatanya ada dan dia lihat sendiri hari ini.

"ajaib memang."

Selsai acara Siska menghampiri Ahmad untuk menanyakan keadaan luka dibibirnya.

"Hei Ahmad, gimana luka loe, udah sembuh kan?" Tanya Siska basa basi.

Ahamad reflex memegang ujung bibirnya dengan jari jempolnya.

"Alhamdulillah sudah baikan kok, karena sudah diobati oleh kak Siska kemarin jadi langsung sembuh deh." Canda Ahamad

Siska tersenyum sinis, ujung mulutnya saja yang terangkat.

"Apaan sih loe Ahamad lebay banget,"

"Kok lebay sih, emang bener kok karena langsung diobatin jadi lukanya cepet kering, nih lihat."

Ahamad menunjukan lukanya pada Siska.

"Oh iya, btw perasaan kemarin ada yang kenalan deh sama aku, namanya Frans, tapi kok baru sehari sudah berganti nama jadi ada tambahannya sih lebih tepatnya, udah gitu kemarin begitu sangar, lah kok sekarang beda yah." Sindir Ahamad kemudian.

Siska spontan mencubit perut Ahmad

"Apa loe bilang gue sangar, emang gue nama lengkap gue Fransiska kok, masalah buat loe?" Jawab Risti sambil membentak Ahamad.

Ahmad menepis cubitan dari Siska, dia berharap Siska yang ada dihadapnnya ini memang benar-benar perempuan yang anggun bukan malah sangar dan membuat Ahmad ngeri saat bersamanya.

"baru dipuji dikit eh sangarnya udah balik." Ahmad membatin

"Woy, kenapa bengong, katanya mau nganterin kita buat keliling kampung?" Teriak Siska di telinga Ahmad yang masih sedikit terheran dengan sikap Siska yang kadang sangar dan kadang anggun seperti cewek sungguhan.

Siska mencoba menagih janji kata-kata Ahamad yang memgatakan bahwa dia adalah pemandu yang ditugaskan pihak desa kampung untuk memandu perjalanan mahasiswa selama berada di kampungnya untuk mnegabdikan diri.

"Maaf-maaf, iya kak Siska, mau diantar kemana memangnya?" Masih dalam keadaan kaget Ahmad malah balik bertanya.

Dari sinilah semua bermula, kedekatan Ahmad dengan Siska semakin hari semakin bertambah. Hingga Siska pun merasa nyaman dengan sosok Ahmad, demikian juga dengan Ahmad. Namun sampai detik ini Ahmad masih berusaha untuk tidak memupuk perasaan itu, dia mencoba untuk bersikap biasa saja pada Siska.

Ternyata tidak demikian dengan Siska, justru Siska selalu memanfaatkan moment apa pun untuk bisa terus berdekatan dengan Ahmad. Yang membuat Ahmad bersedih adalah disaat dirinya juga merasakan rasa suka pada Siska, tapi saat itu juga dia harus menjauhi Siska karena tidak ingin larut terlalu jauh dengan perasaannya itu.

Hingga siang itu Ahmad semakin merasa bersalah pada Siska, karena justru kini Siska lah yang menghindarinya karena marah dengan kebohongan yang dibuat Ahmad.

Waktu Dzuhur tinggal 10 menit lagi, Ahmad masih duduk menghadap jendela di kamarnya.

"Kenapa semuanya jadi seperti ini, perasaan ini begitu rumit, apa ini yang disebut cinta?"

Ahamad berdiri dan mengusap wajahnya lalu tangan kanannya beralih menggasak rambut dengan kasar.

terdengar suara Fatma memanggil-manggil namanya dari balik pintu kamarnya.

"Ahamad, kamu di dalam kan, ayo bangun sudah mau Dzuhur ini."

Fatma mengira bahwa Ahmad sedang tidur siang, karena tidak mendengar jawaban, lalu membuka pintu kamar Ahmad dan masuk. Melihat Ahamad yang sedang mematung di depan jendela, Fatma pun gegas menghampirinya.

"kamu di sini ternyata, kenapa kamu gak jawab panggilan ibu? malah ibu pikir kamu tidur tadi makanya gak jawab-jawab."

Ahmad tersadar ada ibunya disampingnya, dia menoleh sambil memaksakan diri untuk mengulas senyuman.

"Eh ibu, emangnya ibu manggil yah, kok gak kedengaran yah, ada apa bu?"

"lah kok malah nanya, lihat itu jam berapa, ayo wudhu sana biar kamu gak linglung kaya gitu." ucap Fatma, telunjuknya menunjuk ke dinding kamar Ahmad.

bersambung....