Fransiska alias biasa dipanggil Siska berusaha sekali lagi untuk menanyakan nama lelaki yang sedang berjalan bersamanya,
"Hei siapa namamu?" Ungkap Siska untuk yang keduakalinya.
Ahmad tersenyum ke arahnya,
"Kamu penasaran banget yah, mau tahu nama aku sampai maksa gitu dari tadi." Jawab Ahmad sambil bercanda.
"Hei-hei, hati-hati yah kalau ngomong, siapa pula yang penasaran denganmu, gue nanya nama loe karena gue bingung manggil loe apa, ogah banget kalau gue harus manggil loe dengan sebutan kakak." Ungkap Siska sambil nunjuk-nunjuk ke arah Ahmad.
Ahmad malas berdebat dengannya, dan selera bercandanya sudah hilang karena lelahnya perjalanan menemani perempuan sombong dihadapannya. Akhirnya dia menyerah dan memberitahukan namanya.
"Aku Ahmad." Jawab Ahmad sangat singkat.
"Nah gitu dong, kan adil." Jawab Siska dengan singkat pula.
Kemudian keduanya kembali berjalan, dan selama diperjalanan setelah kenalan mereka malah lebih banyak diam. Namun semakin lama Siska merasakan kebosanan dan akhirnya dia mematahkan rasa gengsinya untuk memulai perbincangan lagi dengan Ahmad
"Hei Ahmad, nama loe ternyata lumayan bagus juga enak dibilangnya. Jangan geer loe ...yah masih jauh gak, gue haus nih." Ungkap Siska sambil berhenti dan duduk dipinggir jalan dialasi dedaunan yang cukup lebar.
Wajah Siska sedikit memerah karena hari itu matahari begitu terik, tangannya meraih dedaunan yang cukup lebar lalu dia kibas-kibaskan ke arah wajahnya.
"Haddeh gila gila seumur-umur baru kali ini gue harus jalan kaki sampe gempor kaya gini. Heran deh gue kok bisa yah orang-orang di sini pada betah. Mana akses ke jalan raya jauh pula, hadduh nyerah deh gue gak bakalan mau kalau di suruh ke sini lagi." Grutu Siska
Ahmad mengernyitkan keningnya, lantas mendekat duduk di sebelah Siska.
"Hei nona jangan ngomong seperti itu, nanti kalau kamu kualat gimana, atau bisa jadi kamu dapat jodoh orang sini, nah loh gimana hayoo." Canda Ahamad sambil menunjuk ke arah Siska.
Siska mendelik ke arah Ahmad, lantas mengetuk-ngetukan tangannya yang terkepal kekepalanya sendiri sebanyak tiga kali.
"amit-amit jabang bayi" Ungkapnya.
Ahmad tak kuasa menahan tawa melihat kelakuan Siska yang dianggapnya lucu.
Wajah Siska semakin memerah dan keringatnya pun mulai bercucur dikeningnya, tak henti-hentinya Siska mengibas-ngibaskan daun itu ke wajahnya untuk menghilangkan rasa gerah dan hausnya.
Melihat Siska yang kelelahan, rasa iba Ahmad kembali muncul, tanpa banyak bicara dia mengeluarkan botol minumnya yang dia simpan ditas selempang yang selalu dibawanya.
"Nih minum aja dulu, tenang aja ini airnya bersih kok, gak kalah sama minuman kemasan, malah lebih bersih ini, dan aku juga belum meminumnya jadi aman untuk kamu minum. Pokoknya dijamin ini bersih dan halal" Ungkap Ahmad sambil menyodorkan botol minumnya pada.Siska.
Siska awalnya gengsi untuk menerimanya tapi karena kerongkongannya sudah mengering, Siska pun tanpa pikir panjang dia langsung menyambar botol dihadapannya itu dan langsung meneguknya dengan cepat.
Glek...glek...glek...Siska meminumnya dengan semangat. Walau bagaimana pun, meskipun gengsi tapi Siska tetap tahu diri, setelah selsai minum dia mengucapkan terimakasih pada Ahmad.
"Makasih banyak yah, sumpah ini seger banget." Ungkapnya sambil mengembalikan botol minumnya pada Ahmad.
Mendengar kata terimakasih dari mulut Siska adalah sebuah keajaiban bagi Ahmad, kini dia mulai tersenyum kembali karena merasa kalau perempuan yang ada disampingnya saat ini adalah perempuan yang baik hanya saja sedikit sombong dan angkuh.
Baru saja Ahmad mau berdiri dan berniat melanjutkan perjalanannya, eh Siska menahannya.
"Tunggu dulu, kita istirahat dulu di sini sebentar, gue capek tahu, emangnya loe gak capek apa" Ungkap Siska sambil menarik ujung kemeja Ahmad.
Langkah Ahmad pun otomatis terhenti karena kemejanya ditarik oleh Siska. Ahmad pun duduk kembali memberikan kesempatan kepada Siska untuk istirahat.
Saat mereka sedang menikmati istirahatnya tiba-tiba ada ulat yang jatuh ke bajunya Siska, dan otomatis dia teriak. Selain Ahamd yang kaget, rombongan di depan pun ikut mendengar teriakan Siska.
Ahmad dengan replek menghadap ke arah Siska dan berusaha untuk mengambil ulat yang jatuh ke bajunya. Di saat bersamaan Beberapa orang mahasiswa laki-laki berlari ke arah mereka.
Mereka dari kejauhan melihat Ahmad menghadap ke arah Siska yang sedang duduk ketakutan, Keadaan Ahmad dilihat mereka sambil memegang kerah baju Siska. Tanpa aba-aba salah seorang diantara mereka berlari menuju tempat Siska berada.
Bek...satu pukulan dihantamkan ke tubuh Ahmad, Ahmad pun terjengkang, belum sempurna Ahmad bangkit, disusul satu hantaman kembali diarahkan ke mukanya. Ahmad pun tak bisa melawan dia tersungkur, darah segar pun mengalir dari ujung mulutnya karena kena hantaman tadi.
Saat kaki lelaki itu mau menghantam kembali tubuh Ahamd, tiba-tiba Siska mencoba menahannya dan berteriak sejadinya.
"Stop...berhenti gue bilang, apaan sih kamu main hantam sembarangan." Teriak Siska sambil mencoba melindungi Ahamd dari hantaman teman lelakinya.
"Sis, kamu ngapain bela lelaki kampung ini, lelaki mesum ini." Teriak teman lelaki Siska sambil menunjuk ke arah Ahmad.
Sejenak Siska mengabaikan ucapan teman lelakinya itu, dia lebih memilih membantu Ahmad untuk berdiri.
"Ayo Ahamad, gue bantu berdiri, maafin teman gue yang kurang ajar itu." Ungkap Siska sambil mengangkat lengannya Ahamad.
Teman-teman Siska protes dan tidak terima dengan perlakuan Siska seperti itu,
"Hei ada apa ini, kamu malah belain lelaki kampung yang sudah berniat jahat padmu Sis?" Teriaknya sambil mengangkat kedua telapak tangannya.
Setelah Siska membantu Ahmad berdiri, Siska maju ke arah temannya itu.
"Hei, siapa yang mesum, siapa yang bebuat kurang ajar padaku, makanya loe jangan so tahu. Nih dengerin gue baik-baik supaya loe-loe semua tahu. Tadi tuh gue teriak bukan karena mau dijahatin sama Ahamad, tapi gue takut karena ada ulat yang jatuh ke baju gue. Terus Ahamd berusaha untuk membuang ulat itu, makanya dia narik baju gue, faham loe semua." Teriak Siska sambil nunjuk-nunjuk dada lelaki yang ada dihadapannya.
Lelaki temannya Siska itu jelas tidak terima dengan perlakuan Siska, merasa harga dirinya direndahkan.
"Oh jadi sekarang kamu gitu yah, so jual mahal sama aku, terus sekarang so akrab sama lelaki kampung ini, pake sebut namanya lagi, siapa tadi kamu bilang?" Ungkap Lelaki itu ketus pada Siska.
Siska tentu saja tidak mau mengalah begitu saja.
"Hei loe Doni, dengerin gue yah, lelaki yang loe bilang lelaki kampung dia namnaya Ahmad dan dia lebih baik daripada loe. Catet itu." Ucap Siska sambil pergi membopong Ahmad yang masih kesakitan karena hantaman dari Doni.
*
Sesampainya di tempat Bu Aisah, Ahmad pun mengantarkan mahasiswa perempuan sampai di depan rumah yang akan mereka tempati selama KKN.
"Baiklah, kakak-kakak, inilah rumah yang akan kakak-kakak tempati, dan perkenalkan ini Ibu Aisah. Jika apa-apa bisa bicara pada bu Aisah." Ungkap Ahmad sambil meringis karena menahan perih diujung mulutnya yang sedikit terluka.
Melihat Ahmad yang kesakitan, Siska merasa tidak enak dan timbul rasa kasihan padanya, dia pun akhirnya menawarkan untuk mengobati dulu lukanya Ahamad.
"Ahamad, duduk lah dulu di sini, biar gue obati dulu luka loe itu." Ungkap Siska dengan kaku.
Ahamad berusaha menolaknya,
"Gak usah kak, aku baik-baik saja, ini gak seberapa kok, aku bisa obatin sendiri nanti di rumah."Jawab Ahmad.
Saat Ahmad mau melangkah, tangan Siska menyambar tangannya,
"Sudahlah jangan bandel, duduk di sini sebentar, gue ambilkan dulu betadin sama plester. Diem loe di situ awas kalau pergi." Ungkap Siska mencoba menahan dan memaksa untuk mengobati Ahmad.
Siska pun membuka Ranselnya dan mengambil tas kecil dari dalamnya, lalu mengeluarkan betadin dan pelester. Kemudian dia mengobati luka diujung mulut Ahamd dengan hati-hati, sampai-sampai Ahamad merasa tidak enak, hatinya berdebar tidak menentu saat wajah Siska begitu dekat dengan wajahnya hanya berjarak hitungan senti saja.
Bahkan sejenak mata mereka sempat beradu pandang dan keduanya merasakan perasaan yang sama dan menjadi begitu canggung. Siska tergagap.
"i..ni su..sudah selsai gue obatin, semoga lukanya lekas mengering." ucap Siska sambil menundukan kepalanya dan segera mundur dari hadapan Ahamad.
Melihat hal itu, teman-temannya Siska mencie-ciekan Siska dengan serempak.
"Cie...romantisnya." Teriak mereka pada Siska dan Ahamad.
Sementara Doni merasa cemburu melihat perlakuan Siska pada Ahmad, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa, karena tidak enak sama Bu Aisah yang ada si sana sebagai tuan rumah.
"Awas aja loe Ahamad, sekarang loe bisa aman, lihat saja nanti." Gumam Doni dalam hatinya.
Bersambung...