Mobil Elvan memasuki hotel tempat dimana pesta pernikahan Tias dengan Anjas berlangsung, hotel mewah menjadi pilihan Tias dan Anjas, Elvan mengikuti langkah Tasya yang berada disampingnya dengan anggun. Elvan mengangguk saat Tasya meminta izin untuk menemui Tias yang masih ada di dalam kamarnya.
"Tasya? kemarilah nak, Tante menunggu sejak kemarin tapi kamu tidak ada kabarnya? apa sesuatu terjadi padamu?"
"Tidak Tante aku baik-baik saja, bagaimana kabar Tante?"
"Kabar Tante seperti yang kamu lihat ini nak, kapan kamu membuka hati untuk ayah dari anak yang sudah menguasai hati dan jiwamu, nak? Tante ingin melihat kamu hidup bahagia dengan laki-laki yang kamu cintai." kata Mala ibu Tias.
"Aku masih enggan untuk memikirkan hal itu Tante, aku hanya ingin fokus dalam bekerja,"
"Tasya, Tante tahu apa yang kamu rasakan tapi Tante harap kamu tidak larut dalam ketakutan karena," Mala menghentikan ucapannya saat Tias keluar dari kamarnya.
Tasya memeluk sahabatnya yang kini bagaikan ratu dengan busana pengantin yang mewah.
"Tasya, Kenapa sejak kemarin kamu tidak ada kabarnya? aku sangat mengkhawatirkan keadaan kamu, masalah atas lamarannya yang kamu terima dari ayah anak yang merebut perhatian kamu dariku, apakah kamu tidak memberi jawaban sampai saat ini? Tasya akhiri ketakutan kamu masa lalu hanya masa lalu ia akan mengingatkan kita tapi bukan berarti kamu larut di dalam hatinya, lihatlah masa depanmu aku berharap kamu bisa menerimanya dan hidup bahagia bersama dengan laki-laki yang sangat mencintai kamu, Aku yakin dia benar-benar tulus menginginkan kamu sebagai istrinya bukan hanya sebagai ibu untuk anaknya, pikirkanlah masa depanmu aku tidak ingin kamu terus seperti ini tidak semua laki-laki sama seperti pamanmu percayalah padaku, kamu lihat bagaimana aku sekarang bersanding dengan kekasihku kami hidup bahagia dia sangat menyayangiku, aku yakin kamu akan mengalami hal yang sama seperti yang aku alami saat ini Tasya,"
"Sayang, aku perkenalkan kamu dengan rekan bisnisku, Tasya kamu bisa bergabung dengan kami, maaf sudah mengganggu perbincangan kalian berdua." kata Anjas saat Elvan menemui Anjas dan berniat untuk memperkenalkan dengan Tasya sahabat dari istrinya, Elvan mendekati mereka membuat dua wanita saling menoleh kearah pintu.
"Apa kabar tuan Adhitama, perkenalkan Tias istri saya, sayang perkenalkan tuan Adhitama rekan bisnis yang aku ceritakan padamu."
"Anda?"
"Sayang kamu mengenali tuan Adhitama?"
"Ya, dia laki-laki yang aku ceritakan padamu dan dia adalah bos dari Tasya,"
"Wah ini kejutan sekali ternyata yang sering dibicarakan oleh istri saya ternyata anda dan saya benar-benar tidak tahu maafkan saya dan Tasya ini adalah sahabat dari istri saya dan saya, kami sudah lama kenal dengan Tasya, tuan maaf saya benar-benar tidak tahu jika yang sering dibicarakan oleh istri dan sahabatnya adalah anda." kata Anjas yang terkejut jika laki-laki yang mereka bicarakan adalah orang yang sama dengan rekan bisnisnya.
"Tidak apa-apa saya memahaminya silahkan anda lanjutkan, Tasya bisakah kamu ikut dengan saya?" kata Elvan.
"Sayang jadi yang selama ini kamu ceritakan itu adalah Tuan Adhitama? itu artinya selama ini Tasya bekerja di kediaman Tuan Adhitama? ya Tuhan," Anjas tidak menyangka jika bos besar seperti Adhitama menyukai Tasya gadis sederhana yang mampu menghancurkan tembok yang di bangunnya.
"Ya, apakah kamu tidak menyukainya?"
"Tidak, Bukan itu maksudku aku sangat setuju jika Tasya berhubungan dengan tuan Adhitama, beliau adalah orang yang sangat baik, Tasya beruntung jika Tasya menikah dengannya." sahut Anjas.
Tasya menghindar saat berapa tamu undangan ingin memberikan ucapan selamat untuk dua sejoli yang kini tengah berbahagia, mereka kelaut dari kamar banyaknya tamu yang datang ke kamar membuat Tias tidak nyaman.
acara pesta yang berlangsung dengan meriah, Tasya yang tidak mungkin meninggalkan Nara yang bersama dengan Sukma memilih untuk pulang lebih awal, Elvan dengan senang hati mengiyakan keinginan Tasya, setelah berpamitan pada sahabatnya Tasya masuk kedalam mobil Elvan, Tasya menolah pada Elvan yang menghentikan mobilnya di depan sebuah restoran yang bernuansa alam terbuka.
"Ayo turun, aku tahu kamu tidak menyentuh, ini sudah malam ayo turun."
"Aku tahu ini sudah malam, kalau kita makan itu artinya kita akan lebih lama lagi, bagaimana dengan Nara?"
"Nara ada sama oma, untuk apa kamu mengkhawatirkan Nara, seharusnya kamu memperhatikan aku yang ada di depan kamu." kata Elvan mencairkan suasana yang terasa kaku.
"Apa kita mau makan disini?" Tasya menunjuk sebuah taman dan dua kursi yang ada di tengah.
"Ayo kita kesana,"
"Mau makan apa?" tanya Elvan saat mereka sudah duduk, Tasya yang merasa tidak nyaman makan malam banyak berdua dengan Elvan menoleh kearah yang berbeda.
"Tasya aku tahu kamu tidak nyaman dengan situasi ini, tapi aku mohon tetaplah disini ada yang ingin aku katakan padamu,"
Elvan meraih tangan Tasya dan menggenggamnya dengan erat.
"Tasya maukah kamu menikah denganku? menjadi ibu untuk Nara dan juga anak-anak kita nanti, aku tahu sikapku selama ini begitu buruk padamu, tapi semua aku lakukan hanya untuk menutupi perasaanku yang sebenarnya terhadapmu aku berusaha untuk tidak tergantung denganmu tapi kenyataannya aku benar-benar tergantung denganmu,"
"Aku tahu jika kamu meragukan apa yang aku katakan ini tapi jauh di lubuk hatiku aku benar-benar mencintai kamu aku ingin menikah denganmu menjalin rumah tangga bersama denganmu, percaya aku menikahimu bukan karena Nara tapi karena perasaanku terhadapmu aku nyaman denganmu aku merasakan ketenangan saat bersama denganmu aku merasa bahwa aku adalah orang yang salah tidak tahu arah jalan, dan kamu adalah penunjuk jalan itu, Rosalind Anastasya untuk kesekian kalinya aku melamar kamu aku ingin menjadikan kamu sebagai istriku ratu dalam rumah tanggaku aku mencintaimu, jika kamu menerima cintaku maka ambillah bunga ini tapi jika kamu menolaknya maka kamu bisa kembali ke dalam mobil." kata Elvan yang berlutut di bawah kaki Tasya.
Tasya terdiam mendengarkan apa yang dikatakan oleh Elvan dan mengingat kembali apa yang dikatakan oleh Tyas dan juga ibunya bahwa dirinya harus mengubur semua rasa takut dan melangkah ke depan dengan laki-laki yang benar-benar tulus mencintainya dan kini ia berusaha untuk menyelam kejujuran dari kata-kata yang dilontarkan oleh Elvan, perlahan tangan atasnya menyentuh bunga pemberian Elvan.
"A.. aku, takut menjalin hubungan dengan orang asing, maaf jika yang aku katakan ini akan membuatmu sakit
hati tapi itu yang aku rasakan sejak lama aku takut menjalin hubungan dengan laki-laki aku tidak bisa aku takut dengan sebuah hubungan,"
"Tasya, aku tahu apa yang kamu alami sejak dulu dan aku akan mencoba untuk mengobatinya dan aku berjanji bahwa apa yang kamu lihat apa yang kamu rasakan dulu tidak akan pernah terjadi karena aku sangat mencintai kamu dan aku akan berubah takdir dan rasa trauma yang ada dalam dirimu aku bersumpah jika aku bukan laki-laki yang seperti kamu katakan, aku akan membuang semua ketakutan mu dengan sebuah hubungan, aku benar-benar menginginkanmu untuk menjadi istriku bukan hanya untuk menjadi ibu untuk Nara tapi, aku lebih membutuhkan dirimu, kamu adalah wanita yang pantas untuk menjadi istriku, Tasya apa yang aku katakan ini adalah benar haruskah aku seribu kali mengatakannya padamu agar kamu percaya dengan apa yang aku katakan ini? Tasya buang trauma kamu buang semua yang pernah kamu lihat dari pamanmu terhadap kamu dan juga bibirmu aku yakin dengan berjalannya waktu hubungan kita akan memberikan kenyamanan untuk kamu dan mari bersamaku jalani masa depan dengan kebahagiaan, kita ukir masa depan kita yang indah, kita dan anak-anak kita nanti, anggaplah ini lamaran aku yang ke-dua untukmu sayang,"