Chapter 17 - 17. Pergi

Setelah kejadian dimana Tasya yang melihat Varsha yang bisa berdiri dan menghubungi seseorang dengan kata-kata manis, Tasya tidak lagi bertemu dengan Varsha, kabar yang ia denger jika Varsha tidak enak badan dan membuatnya tidak keluar dari kamar.

"El, sampai kapan kamu memanjakan dia?"

"Mama bicara apa?"

"Kamu jangan pura-pura tidak tahu, kamu tahu apa yang Mama maksudkan bukan?" Elvan memilih diam ia tahu jika ibunya sangat marah, saat dirinya memanjakan Varsha.

"Kenapa kamu pura-pura tidak dengar?"

"Mama disini ada Tasya, apa Mama tidak malu jika terus mengajakku berdebat, masalah ini tidak akan pernah berakhir jika Mama terus menuduh yang tidak-tidak pada Varsha,"

"Kamu bilang apa? Mama menuduh istrimu? Elvan Mama benar-benar kecewa padamu." Sukma meninggalkan . Elvan!" mengejar

"M.. Mama!!" Elvan menghentikan Sukma namun sayangnya, Sukma yang kecewa dengan ucapan putranya memilih kembali kerumahnya, dan berjanji tidak akan kembali kerumah Elvan.

Elvan menatap dingin Tasya yang tengah membersihkan meja makan.

"Apa yang sudah kamu katakan pada Mama?" Tasya menoleh pada Elvan.

"Kamu bicara denganku?" Tasya menghentikan aktivitas anda mendekati Elvan yang kembali keruang makan.

"Apa ada orang lain disini?"

"Kamu bicara apa? seharusnya kamu tanyakan pada Mama? jika perlu kamu tanyakan pada istrimu, atau kamu lebih percaya pada wanita itu, maksudku istrimu."

"Aku tahu jika kamu menuduh Varsha yang tidak-tidak dan menceritakan semuanya tentang keburukan Varsha pada Mama, kalau tidak mana mungkin Mama berubah bersikap dingin pada Varsha."

"Kenapa kamu menuduhku mengatakan yang tidak-tidak pada Mama? tanpa harus aku katakan pada Mama sepertinya Mama tahu banyak tentang istrimu karena Mama jauh lebih mengenali istrimu daripada aku, dan aku tidak perlu mengatakan apapun pada Mama untuk menghancurkan ataupun membongkar semua kebohongan Varsha istrimu, karena tidak ada untungnya untukku. sekarang aku tanya padamu untuk apa aku menceritakan kejadian di rumah ini pada Mama? apakah kamu pikir dengan aku mengatakan aku bisa mendapatkan cintamu tentu itu tidak. apa dengan caraku menjatuhkan istrimu, kamu akan menjadikan aku istrimu yang seutuhnya? dan kamu akan memilih aku? tentu itu tidak akan terjadi bukan? jadi kamu sudah tahu karena itu tidak ada untungnya untukku, berhentilah untuk menjatuhkan ku waktu kita tinggal tiga bulan lagi dan itu artinya sebentar lagi kita akan berpisah jadi aku minta padamu untuk tidak mencari kesalahanku. yang seharusnya kamu lakukan adalah kamu menjadi suami yang sesungguhnya untukku dan perhatianmu hanya untukku dalam tiga bulan ini dan kamu pernah berjanji padaku jika dalam satu tahun ini kamu akan menjagaku, kamu akan memperlakukan aku seperti istriku tapi faktanya itu tidak akan pernah terjadi sekalipun aku tidak mengharapkan cinta darimu, tapi setidaknya hargai aku sebagai istri bukan aku yang sebagai baby sister dan pelayan untuk istrimu." kata Tasya yang mampu membungkam Elvan.

"Kamu mau kemana?" Elvan menahan pergelangan tangan Tasya, ada rasa sesal dan rasa bersalah namun ego yang menguasai dirinya sehingga mengabaikan kebenaran di depannya.

"Menjemput Nara, Elvan apa yang kamu lakukan." Tasya berusaha untuk melepaskan diri dari cengkeraman tangan Elvan yang semakin kuat, namun tenaganya kalah dengan Elvan yang menariknya kearah kamar Nara.

"Elvan lepaskan aku!!" Tasya memberontak dari Elvan yang mendorongnya hingga tubuhnya membentur dingin yang ada didepannya keningnya mengeluarkan darah tanpa sengaja keningnya membentur hiasan yang terpasang di dinding kamar Nara.

"Elvan apa yang akan kamu lakukan? tolong lepaskan aku, pergilah aku harus menjemput Nara sekarang." Tasya berlari ke arah pintu namun sayangnya, Elvan lebih cepat mengunci pintu dan membuang kuncinya di sembarang tempat, berlahan mendekati Tasya yang ketakutan.

"El, menjauh dariku, jika tidak aku akan berteriak."

"Lakukan jika kamu bisa, inikan yang kamu inginkan?" dengan sekali tarik pakaian Tasya robek membuat Tasya semakin ketakutan dengan tatapan Elvan yang merah padam, dirinya di selimuti amarah dan dendam karena ibunya pergi dan penyebabnya adalah Tasya.

"El.. tolong, lepaskan aku, a..." Tasya berusaha mencari kunci kamarnya agar terbebas dari Elvan.

"Tunggu, kamu tidak akan bisa lepas, kamu harus melayaniku sekarang,"

"Argh!! Elvan lepaskan aku, aku mohon jangan lakukan ini padaku," Elvan menjatuhkan tubuh Tasya dan melepaskan semua pakaiannya dengan kasar, tangisan Tasya kata-kata memohon tidak lagi ia dengarkan kemarahannya tidak dapat ia pendam lagi tanpa belas kasihan Elvan memasuki tubuh Tasya dengan kasar dan paksaan, teriakan dan tangis Tasya bagaikan suara erangan yang indah untuk di dengarnya, semakin Tasya berteriak kesakitan semakin menggebu hasrat Elvan.

"Sayang kamu sangat sempit, aku menyukainya sayangku Varsha, kamu benar-benar hebat, aku ssstt.. aahhhhh sayang, kenapa kamu berhenti sayang. Varsha sayang, aku mencintaimu aku sangat mencintaimu sayang," Elvan menghujam milik Tasya dengan kasar, dirinya benar-benar seperti kesetanan Tania bekas kasih Elvan menodai Tasya istrinya.

"Ouhhh.... sayang kamu, aaahh!!" erangan panjang Elvan menghentikan goyangannya pinggulnya, tubuhnya jatuh kesamping Tasya yang masih terisak tanpa tanpa suara, air matanya tidak hentinya mengalir.

"Thank you my wife Varsha, I love you." tubuh Elvan jatuh kesamping, dan tertidur pulas. berlahan Tasya turun dari tempat tidur, dengan langkah tertatih ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, Tasya menggosok tubuhnya dengan kasar, rasa sakit tidak lagi di rasakannya, namun rasa terluka yang teramat dalam hatinya yang semakin membuat dirinya mengingat apa yang dilakukan oleh Elvan padanya, harga diri yang telah hancur jiwanya telah tercabik-cabik oleh laki-laki yang berstatus sebagai suaminya namun sayangnya ia diperlakukan bagaikan wanita yang murahan, tatapan sendu Tasya saat mendapati tubuhnya penuh dengan tanda merah keunguan, satu jam Tasya berada di dalam kamar mandi, rasa dingin tidak ia hiraukan yang ia inginkan saat ini adalah menghapus semua jejak sentuhan Elvan.

"Maafkan bunda Nara, bunda tidak bisa melanjutkan lagi hubungan Bunda dengan ayah, yang mengharuskan bunda pergi, bunda terpaksa harus meninggalkan rumah ini. Elvan terima kasih luka yang sudah kamu torehkan untukku. terima kasih karena aku tidak akan pernah bisa melupakan hari ini di mana kamu sudah merenggut milikku yang paling berharga terima kasih dengan kejadian ini aku semakin yakin dan aku semakin memahami jika pantas untuk diberi kesempatan, aku membencimu begitu juga dengan kalian aku sangat membenci kalian yang bersikap sewenang-wenang pada perempuan, Aku membencimu. selamat tinggal Nara sayang, Selamat tinggal semuanya." Tasya meninggalkan kediaman Elvan, tidak ada yang tahu ketika Tasya keluar dengan tertatih dari kediaman Elvan hingga sore terdengar kegaduhan di ruang keluarga.

"Bunda!! bunda dimana?!" suara nyaring Nara membuat Elvan yang tertidur terkejut.

"Argh!! kenapa aku disini?" Elvan terkejut dengan tubuhnya yang toples tanpa sehelai benangpun ingatan kembali dimana saat dirinya memaksa Tasya dan menodainya dengan kasar, Elvan terkejut saat melihat bercak darah di atas seprai, pakaian Tasya yang berserakan membuatnya kembali mengingat akan kebrutalan dirinya pada Tasya.

"Apa yang sudah aku lakukan pada Tasya? kenapa harus terjadi seperti ini."

"Bunda!!!" suara tangis Nara membuat Elvan bergegas memakai pakaiannya dan menyimpan pakaian milik Tasya kedalam lemari pakainya.

"Sayang, ada apa nak? kenapa kamu berteriak?"

"A.. ayah, bunda jahat. bunda sudah janji untuk tidak pergi tapi, bunda ingkar, ayah bunda pergi!! bunda!!!"