Elvan menatap ruang keluarga dan ruang tamu yang berantakan akibat kemarahan putrinya yang terus memanggil Tasya. tidak ada satu orang pun yang bisa menghentikan tangisannya selain Tasya yang datang untuknya.
"El, Ayah dengar jika Tasya meninggalkan rumah ini? apakah yang Ayah dengar ini benar?" tanya Gaffi yang baru saja menjatuhkan tubuhnya di atas sofa setelah mendengar kabar bahwa cucunya telah menangis karena Tasya tidak ada di rumah, Gaffi meninggalkan rapat yang diadakan berapa kali dalam sebulan di kantornya.
"Ayah, Aku tidak tahu jika Tasya meninggalkan rumah. mungkin saja dia pergi hanya untuk mencari sesuatu," Elvan tidak meyakini bahwa Tasya tidak meninggalkan rumahnya tapi Tasya pergi hanya sekedar untuk bertemu dengan temannya yang ia katakan saat berada di ruang makan.
"El, apa yang sudah kamu katakan pada Mamamu? apakah begini caramu untuk berbicara dengan orang tua? apa yang terjadi denganmu? kenapa kamu begitu kusut? bahkan kamu pakai baju sampai terbalik, apa kamu sedang beraktivitas bersama dengan Varsha" pertanyaan bertubi diajukan oleh Gaffi membuat Elvan salah tingkah.
"Ayah, aku tidak bermaksud untuk menyinggung perasaan Mama tapi di sini Mama yang salah dan dia tidak bisa mengakui kesalahannya ataupun meminta maaf pada istriku Varsha. dan semua ini karena asutan yang dilakukan oleh Tasya pada Mama, jika dia tidak mengatakan yang tidak-tidak pada Mama aku rasa Mama tidak mungkin marah pada istriku."
"Karena masalah yang kamu sendiri tidak tahu apa penyebabnya dan kamu tega mengatakan hal buruk kepada ibumu, bahkan kamu sendiri mengatakan jika kamu,"
"Ayah, apa yang dilakukan oleh suamiku sudah benar jangan menyalahkan dia jika ayah ingin menyalahkan maka salahkan aku karena semua penyebabnya adalah aku, Tasya tidak salah karena semua bermula dari aku yang datang tiba-tiba setelah empat tahun aku menghilang tapi bukankah Ayah sudah tahu apa penyebabnya, aku menghilang dan apa yang sebenarnya terjadi denganku ayah sudah tahu, bahkan sampai detik ini pun aku tidak bisa berjalan tanpa bantuan orang lain, aku tidak bisa beraktifitas apapun selain duduk di atas kursi roda ini." kata Varsha memperlihatkan wajah sendunya.
"Lagi pula jika Tasya pergi bukankah itu sesuatu yang diharuskan, karena aku sudah kembali dan tidak ada lagi yang namanya pelakor? dan satu lagi pernikahan mereka hanyalah pernikahan kontrak jadi aku sama sekali tidak keberatan jika dia pergi dari sini dengan begitu aku tetap menjadi istri satu-satunya Elvan, bukankah ayah sendiri tidak menyukai poligami? dan itu artinya Ayah seharusnya bahagia karena Tasya telah pergi. wanita yang sudah merusak rumah tangga putramu akhirnya meninggalkan rumah ini walaupun aku tidak menginginkan hal itu, tapi ini yang seharusnya terjadi." lanjut Varsha.
"Diam kamu Varsha!! jika kamu merasa menjadi istri satu-satunya Elvan, itu artinya kamu adalah ibu kandung dari Nara bukan? jadi sekarang diamkan putrimu dan katakan apa yang bisa kamu katakan agar dia tidak lagi menangis." Gaffi mengarahkan tangannya ke arah Nara yang tidak berhenti menangis yang terus meminta untuk mencari Tasya.
"Diamkan dia, ketika kamu adalah ibu yang baik untuknya dan tentunya istri yang pantas untuk diperjuangkan." lanjut Gaffi meninggalkan kediaman Elvan, memilih kembali ke kantor, untuk mengetahui hasil rapat yang ia tinggalkan.
"Varsha sekarang bisakah kamu menenangkan Nara? aku akan," ucapan Elvan terhenti saat suara Varsha mengejutkan Elvan.
"Ada apa denganmu Elvan? jika dia memutuskan untuk meninggalkan rumah itu artinya, kamu tidak perlu merasa bersalah karena Tasya yang memilih melarikan diri. sekarang kita kembali memperbaiki rumah tangga kita yang seperti sebelumnya dan aku yakin pengobatan kakiku akan segera sembuh selama bersama dengan kalian, dan aku minta padamu untuk tidak mencarinya, kepergian dia adalah kemauan dia sendiri bukan karena aku atau kamu yang mengusirnya dengan begitu kita tidak perlu untuk memikirkan dia di luaran sana."
"Kamu benar sayang, tapi kamu akan sibuk karena harus mengurus Putri kita dan dengan keterbatasan kamu ini apakah kamu yakin bisa mengurusnya dan tentunya aku? Aku tidak ingin jika kamu kelelahan dan akan memperlambat pengobatan kamu?" Varsha mendorong kursi rodanya untuk mendekati Nara yang menangis dalam pangkuan salah satu pelayan di rumahnya.
"Nara sayang kemarilah bersama dengan Mama, agar Mama bisa bacakan dongeng terbaru dan Mama akan memberikan yang terbaik untuk kamu sekarang kita akan menghabiskan waktu bersama dengan putri Mama, bagaimana jika kita pergi ke kamar Mama dan kita akan banyak bercerita." Varsha berusaha menguatkan hatinya saat melihat putri kandungnya yang engga untuk mendekatinya dan memilih memanggil Tasya madunya.
"Sayang bisakah kamu membantuku untuk merayu Nara? kita ajak dia untuk masuk ke dalam kamar Kita habiskan waktu bertiga seperti sebelum aku mengalami kecelakaan ini." kata Varsha.
"Sayang Nara, Bunda pergi karena ada urusan, mungkin beberapa bulan ke depan Bunda tidak ada di sini tapi bukan berarti Bunda tidak sayang sama Nara, tapi bukankah bunda sudah mengatakan padamu tadi pagi saat berada di sekolah dan saat kita sedang sarapan? kenapa sekarang kamu menangis mencari Bunda kamu tidak perlu menangis di sini ada ayah dan juga Mama yang sangat menyayangi kamu dan Mama juga yang akan menggantikan Bunda membacakan dongeng untuk kamu biarkanlah Bunda pergi, dia akan kembali jika waktunya tiba, kamu juga harus memberikan waktu untuk Bunda agar Bunda bisa mengurus keluarganya bisa bertemu dengan orang tuanya bisa menyelesaikan semuanya, setelah itu bunda kan kembali dan bertemu dengan kamu benarkan apa yang ayah katakan ini?" kata Elvan.
"Apakah yang dikatakan Ayah benar? jika bunda akan pulang menemui Nara lagi? ayah tidak berbohong kan kalau Bunda tidak akan pernah melupakan Nara?" pertanyaan yang membuat Elvan menggeleng dan Varsha yang jengah untuk mendengarkan apa yang dikatakan putrinya.
"Tentu sayang, ayah pastikan itu." Elvan akhirnya mampu membuat Nara terdiam dan akhirnya menuruti apa yang dikatakannya. mereka berkumpul di kamar utama sehingga Varsha bisa membacakan dongeng sebelum tidur pada Nara.
waktu berjalan dengan cepat tiga hari berlalu, kehidupan keluarga Elvan tidak lepas dari drama putrinya Nara, Sukma yang mengetahui kepergian Tasya dari rumah putranya membuatnya ingin mendatangi Elvan namun kemarahannya pada Elvan menghalangi langkahnya untuk bertemu dengan Nara, dua hari sudah Nara merengek padanya untuk datang ke rumah, sebagai seorang nenek Sukma tidak bisa mengabaikan permintaan cucunya. Sukma yang ingin memberinya kejutan memilih datang tanpa memberitahukan siapapun. setelah membawa makanan kesukaan cucunya.
"Nyonya apakah perlu saya tunggu?" tanya sopir Sukma.
"Tidak perlu kamu pergilah, suamiku yang akan menjemput."
"Baik, Nyonya saya pergi."
Sukma memandang sekeliling kediaman putranya namun terasa sepi tidak satu orang pun yang ada di depan bahkan pintu tidak di kunci. dengan perlahan Sukma menelusuri ruang tamu hingga ke halaman belakang tapi tidak ada satu orang pun ia temui bahkan dua pelayan di kediaman putranya pun tidak terlihat. saat Sukma melangkah ke kamar Nara untuk beristirahat langkahnya terhenti saat mendengar suara seseorang yang berada di kamar yang menjadi kamar Elvan setelah kepulangan Varsha.
"Varsha, bicara dengan siapa?" gumam Sukma dengan hati-hati membuka pintu kamar Varsha yang terlihat terbuka, nama pemandangannya di depannya membuatnya terkejut bahkan tubuhnya tiba-tiba tidak mampu untuk digerakkan.
"Varsha apa yang kamu lakukan?"