Tasya menatap kertas yang ada didepannya tangannya bergetar saat membacanya dadanya gemuruh sakit yang teramat, mungkin inilah yang di namakan sakit tapi tidak berdarah istilah itulah yang menggambarkan hati Tasya saat ini.
"Tasya tolong tanda tangani surat ini, aku tidak bisa menceraikan kamu." suara berat Elvan membuyarkan lamunannya.
"Aku tidak mau." sahut Tasya.
"Tasya jangan keras kepala aku melakukan ini demi kebaikan kamu." Tasya tersenyum mendengar perkataan Elvan.
"Apa maksudmu Elvan? kebaikan mana yang kamu maksudkan? menjadikan aku sebagai istri kontrakmu atas sebagai istri simpanan mu? dua-duanya bukan hal yang terbaik untukku." Elvan menurunkan wajahnya melihat senyum indah namun penuh luka dari Tasya. wanita yang sebenarnya telah mengobrak-abrik hatinya namun sebagai seorang laki-laki dan sebagai seorang suami dia tidak bisa membohongi perasaannya jika hatinya masih mencintai istrinya Varsha.
"Tasya apa yang aku katakan ini hidupmu, apa yang aku lakukan ini setidaknya kamu akan lebih baik saat kamu bercerai denganku setelah satu tahun nanti, percayalah aku akan memberikan yang terbaik untuk kamu memberikan hak atas dirimu sebagai seorang istri dan aku akan menafkahi kamu, tapi aku berjanji tidak akan menyentuhmu aku ingin melepaskan dirimu dengan jiwamu yang masih utuh tanpa tersentuh olehku."
"Hahaha, Elvan kamu ingin memberikan nafkah padaku? tapi sebelum nafkah itu kamu berikan padaku kamu sudah berikan nafkah menyakitkan seperti ini padaku apakah aku harus bertahan berdiri disampingi kamu? menjadikan budak untukmu atau menjadikan baby sister putrimu? mengurus anakmu tapi itu semua tidak ada artinya tidak ada gunanya lagi karena istrimu sudah kembali Ibu dari anakmu sudah datang dan itu artinya aku tidak ada gunanya lagi di sini, pernikahan ini hanya karena putrimu dan aku tahu itu, tapi sekarang aku minta kamu menceraikan aku dan aku tidak akan pernah menandatangani surat perjanjian ini ataupun surat kontrak pernikahan kita." kata Tasya meninggalkan kamar yang ia tempati dengan Nara, namun langkah kakinya terhenti saat suara lirih memanggilnya.
"Bunda, jangan pergi, Nara mau Bunda.." suara lirih di sela isak tangis mengentikan langkahnya.
"Tasya, kali ini aku mohon padamu demi Nara tanda
tangan surat perjanjian ini aku berjanji setelah satu tahun aku akan menceraikan kamu, semua ini aku lakukan hanya untuk Nara dan juga untuk Varsha Aku ingin Nara terbiasa dengan Varsha ibunya dan setelah itu aku berjanji akan melepaskan mu, aku tidak akan mengganggu kehidupanmu lagi tapi kali ini aku mohon lakukanlah demi Nara."
"Nara? Kenapa semua yang aku lakukan demi Nara? bukankah dia putrimu? bukankah dia ada ibu dan ayahnya? lalu untuk apa kamu menahan aku di sini? Elvan jangan bersikap egois, aku tidak ada hubungannya dengan kalian, apa lagi dengan putrimu, jika kamu ingin mendekatkan mereka maka lakukan buat putrimu dan ibunya mendekat, apakah kamu lupa jika ikatan antara ibu dan anak itu kuat?" Nara berbalik tapi kakinya tidak bisa bergerak saat Tasya melihat kebawah dimana Nara memeluk kakinya.
"Nara sayang, bunda mau keluar dulu ya.. sekarang Nara tidur sama ayah dulu." kata Tasya lembut, Elvan berdiri kita jauh dari Tasya hatinya seketika membeku mendengar perkataan Tasya pada putrinya.
"Nara mau sama bunda, Nara tidak mau sama ayah. kalau bunda nyuruh Nara sama ayah, bunda harus bersama Nara disini," kata Nara di sela isak tangisnya.
"Mas, tolong ajak Nara bersamamu, aku hanya ingin sendiri." kata Tasya tidak ingin Nara sedih.
"Nara sayang, benar yang di katakan bunda malam ini Nara sama ayah dulu ya," Elvan mencoba untuk membujuk Nara namun sayangnya Nara semakin menangis histeris dengan memanggil Tasya. Elvan memaksa membawa Nara ke dalam kamarnya tanpa memperdulikan tangisan Nara.
Di kamar Tasya mendengar tangisan Nara, yang memilukan namun ia sadar jika ada orang yang lebih berhak bersama dengannya dan ia harus melepaskan laki-laki yang haru saja menjadi suaminya. Tasya menutup pintu kamar Nara menyembunyikan dirinya di balik selimut tebalnya.
Keesokan harinya Tasya merasakan sentuhan lembut dari jari mungil di sampingnya.
"Selamat pagi bunda," tawa Nara membuat Tasya melupakan yang terjadi dengannya semalam.
"Pagi sayang, bagaimana tidurmu, nak?" Tasya mengangkat tubuh mungil Nara, menggelitiknya hingga tertawa, wajah sendu dan kelopak mata yang sembab tidak lagi terlihat kini hanya tawa riang bersama dengan Tasya.
"Kamu sudah melihatnya El, apakah kamu benar-benar ingin menceraikan Tasya? Mama merasa ada yang di sembunyikan oleh Varsha, apa kamu tidak curiga padanya?" kata Sukma lirih.
"Mama berhentilah mencurigai Varsha dia itu istriku, Mama tahu bukan jika Varsha sudah kembali, aku tidak bisa menyakitinya Mama tahu posisiku saat ini, aku tidak bisa membagi cintaku pada wanita lain salain Varsha."
"Itu bukan urusan Mama, El. kamu harus dengarkan Mama jika Varsha terluka lalu kenapa selama ini dia tidak menghubungimu, tapi kenapa di saat kamu menikah dengan orang lain tiba-tiba dia datang dan menghancurkan semuanya dan tanpa bersalah dia kembali dan mengatakan padamu jika selama ini dia terluka seharusnya dia menghubungi kamu dan kita bisa melakukan apa saja dengan menyembuhkannya tapi buktinya dia baru datang di saat kamu akan memulai kehidupanmu yang baru dengan kondisi kakinya masih lumpuh? bukankah ini sangat aneh bukan seharusnya ini menjadi tanda tanya untuk kamu kenapa kamu hanya diam?"
"Mama tolong mengerti kondisi Varsha, dia sedang sakit aku tidak mungkin menyakitinya, aku tidak bisa melanjutkan pernikahan ini tapi aku tidak bisa menceraikannya, aku ..."
"Aku apa El?"
"Aku mengajukan syarat padanya," Elvan menundukan wajahnya, ia siap menerima amukan Sukma apa yang di lakukan adalah kesalahan yang tidak bisa di maafkan, Elvan menyadari akan kesalahannya.
"Syarat apa lagi hah?"
"Pernikahan kami hanya berjalan satu tahun dan setelah itu kami akan bercerai,"
"Mama benar-benar tidak bisa mengenali kamu El, Mama tidak tahu dari mana kamu memiliki ide gila seperti ini? atau jangan-jangan ini adalah ide Varsha? Mama benar-benar kecewa padamu El, darah siapa yang mengalir di tubuhmu El, kamu tidak seperti ayahmu, dia tidak pernah bersikap seperti ini pada Mama, bahkan Mama sendiri tidak pernah melakukannya tapi kenapa aku melahirkan anak sepertimu, anak yang memalukan anak yang tidak tahu diri dan kamu anak yang tidak bertanggung jawab kamu tega menyakiti hati gadis lain hanya demi wanita yang jelas-jelas meninggalkanmu."
"Mam, Varsha kecelakaan dan dia menderita di luaran sana dan saat ia kembali kenapa Mama menuduhnya Varsha tidak meninggalkanku?"
"El, sekarang jelaskan pada Mama bagaimana mungkin dia terluka selama dua tahun di luaran sana tanpa bisa menghubungi kita? jika benar dia terluka saat kecelakaan siapa yang orang yang pertama harus di hubungi tapi kenapa dia kembali disaat kamu menjadi suami untuk wanita lain? Mama peringatkan kamu suatu saat kamu akan menyesal telah melakukan ini pada Tasya."
"Mama, kenapa Mama bicara seperti itu? kenapa Mama membelanya? bukankah aku adalah istri sah dari Elvan? itu artinya aku adalah menantu Mama satu-satunya?"
"Varsha kamu tidak lupa bukan jika Tasya adalah istri dari suamimu?"
"Akh.. Mas sakit..." Varsha meringis kesakitan, Elvan bergegas mendorong kursi roda Varsha dan membawanya ke dalam kamar.