Chereads / Cinta Rosalind Cinta Dalam Belenggu / Chapter 16 - 16. Fitnah

Chapter 16 - 16. Fitnah

Varsha ingin keadaan berbalik padanya dengan segala cara dilakukan olehnya untuk mencari perhatian Elvan dan kedua orang tuanya, namun sampai detik ini pula tidak ada satu orang pun yang berusaha mengerti keadaannya, bahkan kedua orang tua Elvan terus saja menyindirnya dengan kata-kata yang membuat Varsha geram.

"Mama biar aku bantu," Tasya menyiapkan berbagai menu untuk sarapan mereka, bukan untuknya tapi untuk seluruh keluarga yang tinggal di kediaman Elvan, dua jam Tasya berhasil menyelesaikan semuanya dan membantu Nara, Elvan mendorong kursi roda mendekati ruang makan sesekali menatap wajah Tasya yang cekatan mengambil nasi goreng untuk Nara, melihat Tasya yang mengambilkan makanan untuk Nara dan orang tuanya Elvan melihat kearah Varsha yang menikmati nasi goreng tanpa memikirkan Elvan yang tengah menunggu untuk di ambilkan.

"Berikan piringnya padaku," Elvan terkejut mendengar suara lirih Tasya namun masih bisa didengar oleh mereka yang berada di ruang makan, sejenak Varsha menoleh ke arah Tasya yang mengambilkan nasi goreng untuk Elvan.

"Terima kasih,"

"Nak, hari ini apakah kamu memiliki kesibukan lain selain mengantar Nara?"

"Ada Ma, hari ini aku akan bertemu dengan temanku sudah lama kami tidak bertemu dan kebetulan dia baru kembali dari luar kota."

"Bunda, bisakah Nara ikut dengan Bunda?"

"Sayang, Nara harus sekolah jadi anak yang pandai Bunda janji akhir pekan nanti bunda akan mengajak Nara untuk berlibur, bersama dengan Oma dan kakek, bagaimana? apakah Nara mau?"

"Hore!! bunda Nara mau, Yee!! Nara jalan-jalan!!" Tasya membelai rambut Nara, dan memintanya untuk kembali duduk.

"Bunda janji ya, akhir pekan nanti kita jalan-jalan?" Nara kembali mengulangi perkataan Tasya.

"Ya sayang, bunda janji." Elvan terdiam melihat bagaimana sikap Nara yang begitu manja dan sangat dekat dengan Tasya, berbeda dengan sikap Varsha yang tidak peduli walaupun Nara adalah putri Kandungnya, tanpa memikirkan anak dan suaminya yang meminta perhatian Varsha lebih memilih untuk menikmati nasi goreng tanpa di terganggu oleh siapapun, dengan sikap acuh Varsha meminta Tasya untuk membuatkan susu untuknya dan air dingin yang baru di ambil dari lemari pendingin.

"Kenapa kamu menyuruh Tasya? dia bukan pembantu di rumah ini, Varsha kamu bisa memanggil bibi Sri dia yang akan melayanimu jadi berhenti menyuruh Tasya." kata Sukma tidak menyukai cara Varsha yang memerintah Tasya tanpa memikirkan perasaannya sebagai istri Elvan.

"Mama, apa Mama lupa jika aku sakit bahkan saat kesini aku harus di bantu oleh suamiku, Mama tahu itu bukan? bagaimana aku bisa mengambil air dan membuat susu jika keadaan ku seperti ini." sahut Varsha memelas.

"Mama, sudahlah biar aku ambil air untuknya Mama sarapan saja," Tasya mengurungkan menyantap nasi goreng yang ada di sendok ia bergegas kearah lemari pendingin dan membuatkan susu untuk Varsha.

"Ada lagi?" tanya Tasya.

"Tidak ada, kamu bisa sarapan." sahutnya tanpa menoleh kearah Tasya.

"Sayang kamu sudah siap? ayo bunda antar ke sekolah."

Setelah berpamitan dengan Sukma dan Gaffi, Tasya menuju mobil yang telah di siapkan oleh sopir khusus mengantar jemput Nara.

"Pak jalan sekarang."

"Tunggu!!"

Elvan mengejar mobil yang membawa Nara dan Tasya kesekolah Tasya yang sebenarnya melihat jika Elvan memanggilnya dan mengejarnya namun ia tidak ingin ada salah paham lagi di antara Elvan dan Varsha, ia telah memutuskan untuk mengurus Nara sampai batas waktu yang telah di tentukan oleh Elvan, mengurangi interaksi antara ia dan Elvan terlebih pada Varsha, baginya saat ini adalah Nara dan masa dengannya berusaha untuk mencari cara agar Nara tidak bergantung padanya, mengingat akan sulit jika waktunya tiba, ia harus pergi dari keluarga suaminya.

"Bunda, nanti bunda akan jemput Nara?" tanya Nara saat berada di ruang kelasnya.

"Hari ini Oma yang menjemput Nara, bunda pergi dulu tapi bunda janji jika urusan bunda selesai, bunda akan segera pulang," Tasya memastikan jika Nara tidak akan menangis jika ia pergi, dalam waktu yang ia sendiri tidak tahu kapan jika Tias memintanya untuk menginap maka ia akan menginap di sana, tapi jika tidak maka ia akan pulang lebih cepat dari biasanya.

"Bunda, Nara pasti akan merindukan bunda," ucap Nara membuat hati Tasya terasa nyeri.

"Bunda juga akan merindukan putri bunda sayang," Tasya melepaskan pelukannya, meninggalkan ruang kelas Nara, saat acara belajar sedang mulai Tasya menemui sopir yang di tugaskan untuk menunggu Nara.

"Nyonya apakah anda akan pergi?"

"Ya, tolong jaga putriku dengan baik, aku akan berusaha untuk cepat kembali sebelum jam pelajaran selesai."

"Baik Nyonya, saya antar anda pulang nyonya."

"Tidak perlu kamu tetap disini, aku sudah pesan taksi online," Tasya yang melihat taksi yang di pesannya telah datang, dengan langkah lebar meninggalkan gedung sekolah. tiga puluh menit mobil berhenti di depan rumah Tasya turun dari mobil dengan langkah lebar menuju kamarnya untuk berganti pakaian sebelum menemui Tias.

"Sudah cukup," ucapnya, Tasya menyambar tasnya menelusuri seisi rumah namun keadaan tetap sepi tidak ada satu orangpun yang ia temui, Tasya mencoba mencari salah satu pelayan yang di percaya oleh orang tua Elvan, langkahnya panjangnya menuju kamar bibi Sri namun sayangnya bibi Sri tidak ada di kamarnya, sehingga Tasya memutuskan untuk pergi tanpa berpamitan, ia tahu jika Varsha berada di kamarnya sehingga ia memutuskan untuk melihatnya, Tasya mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu kamar Varsha saat pintu tidak tertutup dengan rapat Tasya memanggil Varsha namun ia terkejut saat melihat sosok wanita cantik berdiri dengan gaun tipis, terlhat ia tengah menghubungi seseorang Tasya menutup mulutnya mendengar perkataan Varsha.

"Aku merindukan permainan kamu sayang, apakah kamu akan membiarkan aku terlalu lama kesepian?"

"Kamu jangan bercanda, Elvan tidak menyentuhku ia takut melukai tubuhku, sayang bagaimana jika kita bertemu di luar? aku akan menyiapkan rencana agar kita bisa bertemu, aku sangat merindukan permainan panas kamu sayang, "

"Brakkkk!!"

"Argh!!"

Tasya tersungkur kedalam kamar Varsha di barengi dengan pekikan suaranya, pintu yang ia gunakan untuk bersandar tiba-tiba terbuka sehingga tubuhnya tersungkur kedepan.

"Varsha, kamu?"

Varsha yang terkejut dengan kehadiran Tasya disaat dirinya tengah menghubungi seseorang yang ia rindukan, setelah ia memilih untuk kembali pada Elvan ia meninggalkan seseorang yang selama ini cintainya.

"Varsha jadi kamu bisa berjalan? dan selama ini kamu berpura-pura lumpuh?"

"Tasya jaga bicaramu!! jangan sembarang menuduh!!" Varsha menjatuhkan tubuhnya di atas lantai, dengan susah payah berusaha untuk duduk keatas tempat tidur.

"Sudah hentikan sandiwara mu Varsha!! aku tahu kamu berpura-pura!!" Seru Tasya memekikkan telinga.

"Tasya kenapa kamu memfitnah aku hah? salah aku apa sama kamu Tasya? katakan apa salahku? aku hanya ingin belajar berdiri aku ingin mengurus Nara dan suamiku Elvan, aku hanya melatih kakiku tapi kamu menuduhku yang tidak-tidak," tangis Varsha pecah, Tasya memandang jengah Varsha yang pandai berakting.

"Aku tidak fitnah kamu Varsha!! apa yang aku lihat tadi kalau kamu sedang berdiri, dan kamu sedang menghubungi seseorang? bahkan kamu berjanji akan bertemu, dengannya bukan?"