Tasya yang kini menghindari Elvan, setelah kejadian dimana Elvan yang melamarnya selama itu pula Tasya menghindar bertemu dengannya, membuat Elvan laki-laki yang telah lama di tinggal istrinya yang meninggal dalam kecelakaan kini terbakar rindu pada Tasya. entah apa alasan Tasya yang menolak lamaran Elvan laki-laki tampan dengan berjuta pesona,
namun tidak mampu meruntuhkan tembok yang dibangun oleh Tasya untuk makhluk yang bernama laki-laki.
"Bunda!" Tasya terkejut dengan suara teriakan Nara, panggilan baru untuk Tasya, semua Nara lakukan tanpa suruhan dari siapapun.
"Ya sayang, ada apa nak?"
Tasya mendekati Nara yang berada di kolam renang bersama dengan Elvan.
"Bunda sini!" Tasya berusaha untuk mengangkat tubuh mungil Nara, namun sayangnya Nara menarik pergelangan tangan Tasya sehingga tubuhnya masuk kedalam kolam renang.
"Horeee, ayah kita berhasil!!" seru Nara membuat Elvan tertawa lepas, mereka telah bekerja sama untuk menarik Tasya kedalam kolam renang.
"Apakah ini ide ayahmu?" tanya Tasya saat ia berhasil keluar dari air.
"Ya bunda," sahut Nara menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
belum sempat Tasya kembali menanyakan pada antara, tiba-tiba suara Mama Sukma terdengar dari dari ambang pintu.
"Hahaha, cucu Oma sedang berenang ya nak? wah, ada Bunda juga?" tawa Sukma tidak kalah seru melihat keluarga kecil putranya berada di dalam kolam renang.
"Nara, ayo kamu sudah lama berenang, biarkan bunda dan ayah berenang." lanjut Sukma.
"Nyonya, Ma ... biar saya yang memandikan Nara." kata Tasya yang berharap dirinya bisa terbebas dari kolam renang.
"Tidak, biar Nara saya yang mengurusnya sebaiknya kamu berdua dulu bersama dengan Elvan, kalian membutuhkan waktu berdua agar kalian bisa menyelesaikan masalah kalian, apa yang menjadi penyebab kamu menolak lamaran putraku? kami sudah memberikan waktu untuk kamu bahkan sudah selebih dari satu bulan kamu tidak kunjung memberikan jawabannya kepada kami? apakah kamu tidak mencintai putraku? apakah kamu tidak menyayangi Nara seperti putrimu sendiri? Tasya Aku tahu kamu sangat mencintai dan sangat menyayangi cucuku dan aku juga sangat memahami apa yang kamu rasakan saat ini, tapi setidaknya berikanlah jawaban itu apapun terhadap putraku, tapi kami sangat berharap jika jawaban itu adalah kamu menerima lamaran Elvan." Kata Sukma saat Tasya membantu mengangkat tubuh Nara, Sukma meninggalkan kolam renang, Elvan yang mendengar perkataan Mama Sukma mendekati Tasya.
"Kamu tidak perlu pikirkan apa yang dikatakan oleh Mama, Aku tidak akan pernah memaksamu dan aku tetap berharap semoga kamu tetap menyayangi putriku sekalipun kita tidak bisa bersama dan aku akan mencoba untuk tidak mengharapkan jawaban iya darimu." Tasya terdiam menatap laki-laki di depannya dengan tatapan kebingungan.
"Mandilah, aku tidak ingin kamu sakit, aku masih ingin berenang." Tasya tidak menjawab perkataan Elvan namun ia bergegas meninggalkan kolam renang dengan tubuh basah kuyup.
Tasya menemui Elvan yang tengah sibuk diruang kerjanya, hari ini ia meminta izin untuk menghadiri pernikahan sahabatnya Tias dengan kekasihnya Anjas.
"Masuk!" Tasya masuk kedalam ruang kerja Elvan setelah ia mengetuk pintu.
"Permisi pak, Malam ini saya meminta izin untuk menghadiri pernikahan sahabat saya."
Elvan mendongak dilihatnya wajah Tasya yang masih sama dengan tatapan dingin dan enggan untuk menatapnya.
"Malam ini saya ada undangan juga, bagaimana dengan Nara? malam ini Mama juga pergi ada undangan makan malam dengan rekan bisnisnya." sahut Elvan bingung antara memberi izin atau tidak karena malam ini ia akan menghadiri pernikahan rekan bisnisnya.
"Tapi pak, saya tidak bisa untuk tidak hadir dalam pernikahan sahabat saya, dia bukan hanya sahabat tapi juga saudara untuk saya, saya harus menghadiri pernikahannya pak, tolong kali ini saya minta izin pada anda." Tasya memelas pada Elvan.
"Baiklah, jam berapa kamu pergi?"
"Jam delapan, acara mulai jam sembilan saya ingin datang lebih awal untuk bisa berbincang-bincang dengannya apakah anda akan mengizinkan saya untuk pergi, pak?"
"Ya sudah kalau begitu kita pergi bareng, aku antar kamu lebih dulu sebelum saya menghadiri pesta rekan bisnis saya, bagaimana? kamu tidak perlu lama berfikir, ya atau tidak?"
"Baiklah pak, saya ikut bapak jika anda tidak kerepotan,"
"Kamu pikir aku bawa barang yang harus di tenteng, makanya kerepotan?" Tasya memutar bola matanya jengah mendengar perkataan Elvan, ucapannya yang belum selesai tiba-tiba di hentikan olehnya.
"Permisi pak, saya ingin menemani Nara."
"Kamu ingin menemani Nara, tapi kamu tidak ingin menemani ayahnya?"
"Hah! maksud anda?" Tasya menghindar dari tatapan Elvan.
"Ya maksudku sudah jelas kan, jika aku ingin kamu menerima aku sebagai suamimu," kata Elvan.
"Permisi pak,"
Elvan menatap punggung Tasya, helaan nafas terdengar berulang kali, Elvan menjatuhkan tubuhnya di kursi kebesarannya dipandanginya foto wanita yang tengah menggendong bayi tatapannya sendu terlihat jelas di matanya, rasa rindu kehadiran wanita yang di cintainya.
"Varsha maafkan aku, kali ini aku benar-benar ingin memiliki keluarga yang utuh untuk putri kita, aku tidak tahu apakah hati ini benar-benar mencintainya atau hanya karena hatiku yang kesepian, tapi dia berani mendobrak dinding yang aku bangun untuk menjaga cinta untukmu, Varsha aku akan berusaha untuk mendapatkan cintanya untukku dan anak kita." gumam Elvan bulir bening keluar dari sudut matanya.
"El, bangun."
Elvan tersentak sentuhan lembut di pundaknya membuatnya terbangun dari tidurnya.
"Kamu kenapa? sejak siang kamu tidur di sini?"
"Jam berapa sekarang Ma?"
"Mama tanya, kamu balik tanya."
"Kamu kenapa sih? sudah jam tujuh malam, Nara akan ikut Mama, tadi Tasya minta izin sama Mama kalau dia akan menghadiri pernikahan sahabatnya."
"Hah! Mama akan mengajak Nara pergi?"
"Ya sudah, sepertinya kamu tidak bisa di ajak bicara, Mama pergi sekarang El, ayahmu sudah menunggu." Elvan mencerna ucapan Mama Sukma, dan ia baru menyadari jika ia akan mengantar Tasya ke pesta sahabatnya. Elvan bergegas menuju kamarnya mengingat waktu tinggal empat puluh menit untuk bersiap.
Di kamar Nara, Tasya yang sudah bersiap keluar dari kamar tidak mendapati siapapun di ruang keluarga ataupun ruang tamu mengingat Elvan yang sudah berjanji akan mengantarnya. Tasya menunggu di ruang tamu namun hingga jam delapan malam Elvan tidak kunjung keluar dari kamarnya, Tasya memilih memesan taksi online lagi-lagi semua taksi online yang di pesannya tiba-tiba cancel.
"Terpaksa jalan ke depan dulu." Tasya keluar dari kediaman Elvan, saat ia akan keluar dari pintu pagar tangannya di cekal seseorang.
"Aku akan mengantarmu, naiklah." Tasya masuk kedalam mobil Elvan, kali ini Tasya tidak duduk di belakang melainkan duduk di samping kemudi dimana Elvan sendiri yang mengendarainya.
"Berikan alamatnya padaku," Tasya memberikan undangan pada Elvan, suara decitan terdengar keras membuat Tasya berteriak kencang.
"Apa bapak ingin bunuh diri? jika ya sebaiknya turunkan aku lebih dulu!" kata Tasya di sela nafasnya yang tersengal-sengal.
"Maafkan aku Tasya, aku tidak sengaja. aku hanya terkejut saat kamu memberikan undangan ini," kata Elvan tanpa sengaja memeluk tubuh Tasya yang bergetar ketakutan.
"Maaf,"