Hati siapa yang tidak tersentuh dengan tangisan seorang anak kecil yang memintanya untuk tinggal bersama, Tasya menatap wajah sembab gadis kecil yang berada dalam pelukannya berlahan dengan lembut mengecup keningnya. Elvan yang berada di samping Tasya sejenak tersentuh dengan ketulusan Tasya pada putrinya.
"Sudah sampai, biar aku yang mengangkatnya." kata Elvan saat mereka sampai di kediaman Elvan, Tasya membiarkan Elvan mengambil alih Nara yang tertidur pulas dalam pelukannya.
"Hati-hati jangan sampai Nara bangun, El." suara lirih dari samping mobil membuat Tasya mengangguk pada wanita paruh baya yang menyambut kedatangan mereka.
"Nak Tasya, terima kasih sudah mau datang, ayo masuk." Tasya mengikuti langkah Bu Sukma mereka, Tasya memandang takjub kemewahan rumah milik Elvan.
"Nak Tasya masuklah ke kamar istirahatlah, tante tahu kamu lelah, ayo tante antar ke kamar Nara." Tasya menaiki tangga menuju kamar Nara yang ada di lantai dua, hatinya tersentuh saat mendapati kamar gadis kecil yang kini terlelap dengan memeluk bantal guling kesukaan.
"Nak istirahatlah anggap rumah sendiri, selamat malam," Sukma meninggalkan kamar cucu kesayangannya, dan kembali ke dalam kamarnya yang berada tidak jauh dari kamar Nara.
"Kenapa perutku sakit? ya Tuhan aku belum makan dari siang pantas perutku melilit." Tasya memilih memejamkan matanya di samping Nara agar rasa laparnya hilang, dengan lembut Tasya memeluk tubuh Nara yang memeluknya dengan erat, seakan-akan tidak ingin kehilangan Tasya.
di kamar mewah seorang laki-laki tengah memperhatikan melalui cctv yang terpasang di kamar putrinya agar bisa memantaunya setiap saat Elvan kembali tersentuh dengan perlakuan Tasya pada putrinya Nara, namun ada pemandangan yang membuatnya mengurutkan kening di mana Tasya yang memegangi perutnya, Elvan tersadar apa yang terjadi dengan wanita yang kini tidur di kamar putrinya.
"Ya Tuhan, bukankah dia belum makan? saat Nara menangis dia.." Elvan bergegas keluar dari kamarnya untuk menemui Tasya yang berada di kamar Nara, sesampainya di depan pintu kamar Nara Elvan berlahan membuka pintunya, beruntung kamar tidak di kunci Elvan membangunkan Tasya dengan menggoyangkan tubuhnya.
"Ssstt, jangan berisik bangunlah dan ikut denganku, jangan menimbulkan suara aku tidak ingin Nara terbangun." berlahan Tasya bangun dari tidurnya dan mengikuti langkah Elvan yang keluar dari kamar Nara.
Tasya mengerutkan keningnya saat mereka ke arah dapur.
"Duduklah," Tasya diam memilih duduk tidak ingin membantah perkataan Elvan, wajahnya seketika merona saat Elvan memberikan satu mangkuk mie instan dengan potongan sayur dan telur.
"Makanlah, aku tidak ingin disalahkan karena membawa gadis orang sampai kelaparan, habiskan dan setelah itu kembali ke kamar." kata Elvan sebelum meninggalkan Tasya sendiri di ruang makan.
"Hah! aneh, Kenapa dia tidak minta maaf padaku? bukankah aku kelaparan juga karena dia, coba kalau dia membiarkan aku menghabiskan mie yang kubuat tadi, aku juga tidak akan kelaparan seperti ini." gumam Tasya yang masih di dengar oleh Elvan.
"Diam dan habiskan, jangan lupa kamu cuci bersih mangkuk yang sudah kamu pakai dan kompor juga kamu bersihkan, seharusnya kamu berterima kasih padaku karena aku bersedia membuatkan satu mangkuk mie untukmu jika bukan karena putriku, aku tidak akan sudi masuk ke dapur." kata Elvan tanpa berbalik menatap Tasya.
di meja makan Tasya yang perutnya lapar mengabaikan perkataan Elvan yang membuat rasa laparnya hilang seketika.
"Jika aku tidak memikirkan hari esok, aku juga tidak sudi menyentuh makanan ini, tapi sudahlah aku kasihan dengan putrimu, jika buka karena dia aku akan minggat."
Sukma yang sejak tadi melihat apa yang di lakukan putranya pada Tasya hanya mengulas senyum seandainya ia tidak kehausan mungkin pemandangan ini tidak pernah ia lihat, bagaimana putranya yang tidak pernah menginjakkan kakinya ke dapur, tapi kali ini ia sendiri yang membuatkan satu mangkuk mie instan untuk Tasya bahkan dia sendiri yang melakukannya tanpa perintah dari siapapun dan ia berhasil menyalakan kompor yang tidak pernah ia sentuh.
'Tuhan aku berharap ini adalah awal yang baik untuk mereka, aku hanya ingin membuat cucuku bahagia dan Tasya adalah wanita yang cocok untuk dijadikan istri sekaligus ibu untuk Nara, dia adalah wanita yang engkau kirimkan untuk Nara.' Sukma menyembunyikan dirinya dibalik tembok, saat Tasya melewatinya tidak ingin jika apa yang dilakukannya di ketahui oleh Tasya. bibirnya kembali tersenyum saat Tasya yang kebingungan mencari kamar Nara, Sukma mendekati Nara namun sayangnya Tasya lebih dulu masuk kedalam kamar yang membuatnya menutup mulutnya dengan tangan saat Tasya salah masuk kamar
Tasya membuka pintu kamar dirinya terkejut saat tidak mendapati Nara yang tertidur melainkan Elvan yang tengah berdiri dengan tubuhnya yang hanya memakai celana piyama sedangkan tubuhnya bagian atas di biarkan tanpa memakai apapun.
"Aaarrggghhh!!" Tasya berteriak tangannya menutup wajahnya, untuk pertama kalinya ia melihat tubuh laki-laki tanpa pakaian walau hanya bagian atas namun hal itu membuatnya terkejut.
"Hei!! apa yang kamu lakukan disini?" Elvan terkejut dengan kehadiran Tasya yang tiba-tiba ada di dalam kamarnya sedangkan ia tanpa memakai pakaian hanya bagian bawah yang memakai celana.
"Seharusnya aku yang tanya apa yang anda lakukan disini? bukankah ini kamar Nara?"
Elvan baru menyadari jika Tasya benar-benar tidak tahu dimana kamar Nara, sehingga ia salah masuk kamar.
"Kamu benar-benar tidak tahu kamar Nara atau kamu sengaja ingin melihat aku? aku tahu aku tampan dan tubuhku atletis jadi wajar saja jika kamu terpesona denganku, tapi aku tidak percaya jika kamu mudah sekali jatuh cinta." wajah Tasya merah mendapatkan perkataan dari Elvan.
"Sepertinya Anda terlalu percaya diri sebaiknya Anda pergi ke dokter diperiksakan otak anda, seharusnya anda tahu jika aku baru saja datang ke sini dan wajar jika aku tidak tahu di mana kamar Nara, lagi pula rumah ini kamarnya memiliki cat warna yang sama sehingga untuk aku orang yang baru datang kesulitan mencari kamar Nara, bukankah itu wajar jika aku salah masuk kamar? dan seharusnya anda mengerti itu."
"Hahaha, benarkah? kamu tidak tahu kamar Nara? oke, akan aku tunjukkan agar kamu tidak lagi salah masuk kamar." kata Elvan di sela tawanya, membuat wajah Tasya merona.
"Tante ibu, kenapa di kamar ayah?" Tasya terkejut dengan kehadiran Nara yang tiba-tiba sudah ada di depan pintu.
"Sayang, Tante tadi salah.." Sahut Elvan, namun dengan cepat Tasya menyela perkataan Elvan.
"Nara sayang, maafkan Tante ya tadi Tante hanya..." ucapan Tasya terhenti, tidak tahu apa yang akan di katakan pada anak sekecil Nara, tidak mungkin jika ia mengatakan bahwa salah masuk kamar ayahnya.
"Sayang Tante, tadi minta tolong sama ayah untuk buang tikus yang masuk ke dalam kamar Nara. sekarang katakan apa yang membuat Nara terbangun sayang?" Tasya mengangkat tubuh Nara dan membawanya ke kamar.
"Tante ibu, aku tadi mau minum, air habis aku lihat Tante ibu tidak ada di samping Nara, Nara takut.." sahut Nara dengan suara khas anak kecil.
"Maafkan Tante sayang," Tasya mengangkat tubuh mungil Nara dan membawanya ke kamar, Elvan mengikuti langkah Tasya menuju kamar putrinya hatinya tersentuh untuk kesekian kalinya bagaimana sikap Tasya yang begitu lembut dan terus menyayangi putrinya.
"Ayah, tidurlah disini. Nara mau ayah sama Tante ibu tidur disamping Nara,Tante ibu mau yaa?"