Tasya berusaha untuk membuat Nara bahagia gadis kecil yang mencuri hatinya, seperti hari ini sejak dua hari yang lalu Tasya memasukan Nara di salah satu Playground ternama, Tasya ingin jika Nara memiliki teman yang banyak dan tidak cenderung tergantung dengan orang-orang sekeliling walau masih dalam pengawasan yang ketat olehnya.
waktu yang tidak terasa membuat Tasya kini telah tiga bulan tinggal di kediaman Elvan sebagai baby sister untuk Nara, gadis kecil yang membuat hidupnya kembali berwarna dengan permintaan yang membuat Tasya mengusap dadanya, permintaan yang terjadi setiap menjelang tidur, seperti malam-malam sebelumnya malam ini Nara kembali meminta Elvan untuk menemaninya tidur bersama sehingga membuat Tasya kembali di buat gelisah.
"Tante ibu ayo tidur," suara manja Nara kembali membuat Tasya yang sejak tadi memperhatikan apa yang di lakukan oleh Nara bersama dengan Elvan di atas tempat tidur.
"Sayang Nara tidur sama ayah ya, biar Tante ibu tidur di kamar yang lain, bagaimana? Tante ingin Nara dan ayah ..."
"Tidak, Nara mau Tante ibu tidur disini! sama Nara dan ayah."
Tasya meminta bantuan pada Elvan yang hanya menatapnya sekilas dan kembali bermain dengan Nara seakan Elvan setuju dengan permintaan Nara.
"Tuan, pak Elvan..." panggil Tasya lirih agar Nara tidak mendengarnya.
"Ikuti apa yang di inginkan oleh putriku." kata Elvan membuat Tasya menghentakkan kakinya, rasa kesal yang di rasakan oleh Tasya membuat Elvan terkekeh.
Tasya merebahkan tubuhnya di samping kiri Nara tangannya memeluk tubuh gadis kecil yang berbaring di tengah-tengah antara ia dan Elvan.
'Kenapa bisa begini? ini bukan kisah yang ada di novel romantis, ini hidupku yang terikat dengan seorang anak kecil yang tidak tahu sejak kapan ia menguasai hatiku.' ucapnya dalam hati.
tidak jauh dari Tasya, Elvan merasakan apa yang dirasakan oleh Tasya, ia sangat memahami apa yang dirasakannya jika putrinya sudah melampaui batas. dan benar apa yang dikatakan oleh ibunya bahwa gadis belia yang saat ini berada di samping putrinya adalah wanita yang pantas untuk di jadikan ibu untuk putrinya, tapi ia tidak ingin menjadi egois hanya karena putrinya ia menikahi wanita yang tidak ia cintai, namun apa yang dilakukannya selama tiga bulan bersamanya adalah bukti jika Tasya nama gadis yang telah mengambil hati putrinya, telah layak untuk di cintainya, ia tahu seperti apa gadis yang saat ini memeluk putrinya. berlahan Elvan bangun dari tidurnya dengan hati-hati tidak ingin gerakannya membangunkan putrinya.
Elvan terkejut saat keluar dari kamar putrinya Sukma tengah berdiri di depan pintu.
"Mama? sejak kapan Mama disini?"
"Ikut maka El,"
"Ada apa Ma?" tanya Elvan saat mereka berada di taman belakang.
"El tidakkah kamu melihat tulusnya cinta Rosalind? dia benar-benar menyayangi putrimu." kata Sukma.
"Ma, menikah itu mudah tapi aku tidak bisa memaksakan kehendak hanya demi Nara, aku tidak ingin menjadi pria egois, dia gadis baik-baik aku tidak mau merusaknya." kata Elvan.
"Mama tidak menyuruh kamu merusak gadis itu El, tapi Mama ingin kamu menikah dengannya, apa kamu tidak tertarik dengan Tasya hah? kamu belum tahu namanya bukan? Mama kasih tahu, dia bernama,"
"Ma, aku tahu di bernama Rosalind Anastasya. dia SPG sudahlah Mama untuk apa kita membahas ini? siapapun dia, aku tidak bisa menikah dengannya. Sekarang aku tidak bisa menuruti keinginan Mama, aku tidak mencintainya Ma,"
Sukma berusaha untuk terus membujuk Elvan agar bersedia menikah dengan Tasya walau bagaimanapun Tasya adalah wanita yang sangat diinginkan oleh Nara dan dia adalah wanita yang bukan hanya cantik namun ketulusan hati dalam mengurus Nara adalah nilai yang tidak bisa di ragukan lagi.
"Kamu tidak mencintainya atau kamu takut di tolak? El coba kamu membuka hati untuk Tasya, ayah dan Mama menginginkan kamu menikah dengannya tolong pikirkan apa yang Mama katakan ini."
"Kamu sudah lama menduda El, tidakkah kamu ingin membina hubungan yang lebih baik lagi? kamu pantas bahagia El, lupakan masa lalu dia sudah meninggal El."
Elvan terdiam benar yang di katakan oleh Mama Sukma jika ia harus memikirkan masa depannya membina rumah tangga bahagia bersama istri dan anak-anaknya adalah impian semua orang termasuk dirinya, namun melupakan cinta lamanya ada hal yang paling tersulit untuknya, bagaimana melihat sang istri yang meninggal dalam kecelakaan walau sampai detik ini mayatnya tidak pernah ditemukan meski segala usaha untuk pencarian telah gagal dan istrinya dinyatakan meninggal.
Tasya berlarian mengejar Nara yang menuruni tangga dengan berlari, walau Tasya memperingati namun Nara tetap saja berlari.
"Nara sayang, itu sangat berbahaya jika kamu berlari dengan menuruni tangga, bagaimana jika kamu tergelincir dan jatuh dari ketinggian? kaki kamu akan patah dan Nara tidak bisa berjalan lagi, apakah Nara mau hal itu terjadi?"
"Tante ibu, maafkan Nara, Nara janji mulai hari ini Nara tidak akan berlari lagi."
"Sayang, Tante tahu jika Nara akan mendengarkan apa yang Tante katakan sekarang ayo kita sarapan dan berangkat sekolah."
"Pagi ayah, nenek."
"Pagi sayang, duduklah." Tasya membantu Nara mengoles roti bakar dengan selai, tanpa sengaja tatapan mereka beradu membuat mereka saling memalingkan wajahnya mereka, Elvan yang baru menyadari jika Tasya adalah gadis yang bukan hanya cantik tapi juga pandai mampu membuat getaran aneh dalam hatinya yang tidak pernah ia rasakan setelah Kematian sang istri.
"Maaf,"
"Maaf,"
kata mereka bersamaan saat mereka berusaha untuk menyuapi Nara.
"Sayang ayo kita berangkat," Tasya mengalihkan perhatian pada paper bag yang ia bawa untuk bekal Nara.
"Ayah yang akan mengantar kalian ke sekolah, ayo sayang bukankah kamu ingin ayah mengantar kamu hari ini ayah bisa mengantar anak ayah yang cantik ini."
"Horeee!!!" seru Nara, gadis kecil berteriak dengan suara lantang membuat seisi rumah tersenyum melihat tawa Nara.
Elvan sesekali tertawa mendengar celoteh Nara yang tidak hentinya bercerita, Tasya yang bisa mengimbangi cerita yang dilontarkan oleh Nara semakin terasa hangat.
"Ayah, Nara sekolah dulu." kata Nara saat mobil berhati di halaman sekolah Nara.
"Tasya, tunggu." Tasya mengerutkan keningnya untuk pertama kalinya Elvan memanggilnya dengan nama Tasya, walau terasa asing di telinga Tasya namun ia berusaha untuk bersikap biasa mengingat perkataan Sukma.
"Bisa kita bicara?"
"Tapi saya harus menunggu Nara, saya tidak ingin sesuatu terjadi padanya." sahutnya dengan lirih agar ibu-ibu yang tidak jauh dari mereka mendengarkan apa yang mereka bicarakan, tanya yang tahu jika ibu-ibu memperhatikan dirinya yang bersama dengan Elvan.
"Aku tahu, itu sebabnya aku memintamu bicara di sini karena aku tidak ingin kamu pergi dari putriku selama kita bicara kita tetap memantaunya."
"Maaf, apa yang ingin anda bicarakan dengan saya?"
"Tasya, maukah kamu menikah denganku? menjadi ibu untuk Nara dan anak-anak kita nanti?" kata Elvan membuat mata Tasya membulat sempurna mendengar perkataan Elvan.
"Maksud anda?"
"Aku tahu ini akan membuat kamu terkejut, tapi aku benar-benar ingin menikah denganmu, apa kamu sudah memiliki kekasih sehingga kamu tidak mau menikah denganku?" Tasya mengeram mendengar perkataan Elvan, dirinya benar-benar ingin memukul laki-laki yang usianya jauh di atasnya.
"Rosalind Anastasya, marry me."