Chereads / Cinta di antara dua Mafia / Chapter 38 - Maafkan saya tuan!

Chapter 38 - Maafkan saya tuan!

"Apa itu di sana?" tunjuk Channing pada sebuah gulungan berbentuk tabung yang menggantung di dekat gerbang pos penjagaan. Tak menunggu Jimmy mengambilnya. Channing sendiri yang langsung mendekat dan mengambilnya.

Tak ada yang tau asal gulungan itu, bahkan para penjaga dan pengawal tak melihatnya. Namun Channing yang kebetulan berhadapan dengan benda itu sangat jelas melihatnya.

Drafting tab dengan panjang sekitar 40 cm. Channing mengambil benda itu, di ikuti dengan Ellice dan Jimmy. Dari kejauhan Mario yang melihat hal itu, mulai mendekat.

"Boleh saya yang membukanya tuan?" Channing mengangguk dan langsung memberikan benda tersebut pada Jimmy. Jimmy pun mulai membuka tabung tersebut.

Sekali lagi tak ada perasaan apapun saat membuka itu. Hanya penasaran apa isi di dalamnya. Tiap hitungan detik terasa berjalan begitu lambat ketika Jimmy membukanya. Begitu pula saat Jimmy membukanya. Dua lembaran foto tergulung.

Masih dengan gerakan lambat, Jimmy memberikan gulungan foto tersebut pada Channing. Perlahan tapi pasti, Channing mulai membuka gulungan tersebut.

Ellice yang penasaran ikut mendekat dan perlahan mengikuti tangan sang suami membuka gulungan. Hingga sampai di akhir gulungan, Ellice terkejut dan langsung menutup mulutnya dengan tangan. Terbelalak melihat foto di tangan suami.

"Sayang?"

***

"Brengsek! Tabrak saja Seth. Jangan biarkan mereka kabur." Teriak Calvin, dengan menahan sakit pada beberapa bagian tubuhnya yang kini mulai mengeluarkan darah. Satu tangan memegang senjata glock yang siap melesatkan isinya pada musuh.

"Baik tuan," ia segera melajukan mobil kian cepat. Begitu pula dengan target. Sehingga aksi kejar-kejaran kembali tak terelakkan di jembatan layang.

Seth segera menekan pedal gas dengan kecepatan penuh. Suara decitan ban mobil mulai menggema di sepinya pagi. Melewati beberapa mobil yang menghalang jalan dengan liukan yang luwes. Ketika hampir mendekati mobil target, target berhasil menghindar dan menghalangi kubu Calvin dengan mobil tronton yang ada di depan.

Seth yang mulai tak sabar, segera menekan tombol khusus dari mobilnya agar dapat melaju dalam kecepatan super. Sekali ia menginjak pedal gas, bagai kecepatan roket hingga knalpot mengeluarkan percikan api dan mobil itu melaju dengan cepatnya.

Terus menyelinap masuk di antara mobil-mobil yang menghalang. Membuat mobil yang di lewati meminggir takut. Ketika mobil mereka mulai sejajar, ketiganya menoleh ke arah lawan dan saling tersenyum culas memandang remeh lawan yang berada dalam mobil.

Segera Mac dan Calvin yang sudah membuka kaca kiri mereka dengan tangan memegang pistol glock, memastikan arah tembakan pas presisi. Begitu pas, keduanya slaing melemparkan timah panas dari pistol ke ban depan dan belakang.

"Good, Mac." Melihat itu, serasa luka-luka di tubuhnya menghilang. Senyum culas ia lempar telak pada lawan.

Suara letupan seketika terdengar dan mobil target mulai tergelincir. Dengan segera mobil menepi mengambil posisi aman sebelum akhirnya ban tak lagi bisa di gunakan. Seth dengan cepat membanting setir membuat roda berputar sampai mengeluarkan asap hingga saling berhadap-hadapan dengan mobil lawan. Mereka bertiga segera keluar.

"Keluar kalian!" Teriak Mac dengan menggedor jendela mobil menggunakan kaki pistolnya. "Ayo keluar brengsek."

Sungguh tak sabaran sama sekali Calvin melihat mereka tak juga bergeming dari dalam mobil. Dengan menggunakan ujung pistolnya ia hentakan keras pada jendela.

Prang!

Seketika kaca jatuh berhamburan ke luar maupun ke dalam. Kemudian ia langsung membuka kunci dan menarik keluar satu di antara dua yang ada di dalam mobil. Mac yang di sisi sebelah juga mengeluarkan dan menyeretnya pada Calvin.

"Brengsek! Siapa yang menyuruh kalian? Hah?" Dua kali tinjuan langsung mendarat pada masing-masing pria itu. Darah dari ujung bibir langsung keluar.

"Pukul saja saya. Tapi ingat, jika kau lebih lama di sini. Yang ada kakakmu akan segera di larikan ke rumah sakit, saat ini juga." ucapnya lantang dengan nada mengejek pada Calvin. Calvin langsung mengerutkan keningnya.

Calvin mulai berpikir dengan ucapannya. 'Apa ini pancingan agar aku keluar dari rumah? Mungkinkah ini ancaman dari pesan anonim yang aku terima tempo hari? Oh shit! Aku kecolongan!'

DOR..

Calvin yang sudah di rundung kegelisahan dan amarah pada kedua orang di depannya, tanpa pikir panjang, pria yang berada dalam cengkraman Mac langsung ia tembak dadanya begitu saja. Sampai memuncratkan darah pada pakaian Mac. Membuat yang lain terkejut. Dan melihat raut kemarahan pada wajah Calvin.

"Fuck! Bawa dia. Kita pulang sekarang!" dengus Calvin yang langsung masuk ke dalam mobil. Pikirannya sudah kalut. Ia lupa dengan peringatan dari pesan anonim tempo hari. Yang ia pikirkan tadi hanyalah menangkap orang yang sedang menyerang kediamannya.

"Baik tuan."

Mereka segera masuk ke dalam mobil. Kali ini Calvin yang melajukan mobilnya. Dengan perasaan kalut ia terus memikirkan kakaknya dan juga belahan jiwanya yang sedang di rumah. Serta apa yang sudah terjadi di rumah. Terus berputar pada tiga permasalahan itu.

"Kalian ada yang membawa ponsel?" tanya Calvin yang masih fokus menyetir.

Seth dan Mac saling pandang. "Tidak ada tuan. Mungkin punya saya jatuh saat penyerangan tadi." jawab Seth.

"Dan kau Mac?"

"Sama tuan. Ponsel saya tidak ada bersama saya." jawab Mac dengan merogoh kantong pakaiannya.

"Fuck! Kau akan segera mati di tanganku brengsek! Ingat itu!" teriak Calvin yang melihat si penyerang yang sudah tersenyum smrik padanya dari kaca cermin. Hingga membuat hati Calvin kian memanas dengan mata yang memerah menahan amarahnya.

Emosinya sungguh meluap ke permukaan. Sampai sesuatu terjadi, Calvin tak akan lagi diam. Semua yang berhubungan dengan paman Rohas dan antek-anteknya akan segera ia habisi.

Dengan kecepatan laju mobil yang Calvin bawa, perjalanan ke rumah hanya di tebus dalam beberapa menit. Hingga sampailah mereka di pekarangan rumah. Para pengawal dan pekerja kebun nampak mulai bersih-bersih.

"Urus dia. Dan beri hukuman. Sisanya biar aku. Kalian berdua paham?"

"Paham tuan."

***

"Kenapa rumah kelihatan sepi? Tidak mungkin kalau kakak dan Ellice masih belum bangun." ucap Calvin ketika masuk ke dalam rumah. "Bi bibi lihat kakak dan Ellice?" teriaknya pada bibi yang melewatinya.

"Nyonya dan tuan berada di kamar mereka tuan. Sepertinya ada ma.."

"Tuan Calvin." teriak Mario dan Calvin segera menoleh. "Tuan, Ada masalah. Bisa saya bicara dulu dengan anda tuan?" bisik Mario dan Calvin segera memberikan isyarat pada bibi untuk kembali bekerja.

"Ada apa? Apa yang sudah terjadi Mario? Apa kakak sudah menemukan sesuatu? Atau apa? Apa yang mereka kirimkan ke rumah?" tanyanya mulai panik dengan nafas tak beraturan, dan melirik ke arah tangga. "Ada apa Mario? Katakan padaku? Cepatlah."

"Tuan Channing sudah mengetahuinya tuan. Maafkan saya tuan, karena tak bisa mencegah yang sudah terjadi. Dan.. sekarang tuan Channing dan nyonya sedang berada di kamar. Mereka sedang.."

"Apa maksudmu Mario? Apa yang sudah mereka kirimkan pada kakak? Lalu bagaimana dengan kakak dan Ellice sekarang? Apa kakak baik-baik saja? Dan Ellice? Dia baik-baik saja kan? Aaarggg!" teriaknya gemas.

Tak menunggu penjelasan dari Mario, Calvin segera berlari ke atas. Ia ingin melihat kondisi sang kakak dan pujaan hati. Pikirannya sudah campur aduk. Pikiran-pikiran negatif sudah menggerogoti otaknya. Kemungkinan-kemungkinan jelek terus berkerumun. Membuatnya kian stress.

Calvin bahkan tak bisa membayangkan bagaimana murkanya Channing saat mengetahui semuanya. Dengan langkah kakinya yang lebar ia berlari menuju tangga. Dua anak tangga sekaligus ia langkahi Agar cepat sampai ke kamar sang kakak.

Memutari tangga yang panjang, dan sesampainya di atas, Calvin langsung menuju kamar sang kakak. Tanpa mengetuk atau memanggil orang di dalamnya, Calvin langsung membuka kamar.

"Kakak, Ellice.."

Follow IG Author ya @frayanzstar