Di saat pikiran Calvin kalut, Ellice selalu datang tepat pada waktunya. Menghibur atau hanya sekedar menyapa. Saling mengulas senyum dan bertukar cerita. Menukar kabar lewat saluran komunikasi. Hanya seperti itu saja sudah membuat keduanya bahagia. Mencari kenyamanan lain di tempat yang ternyaman.
Tak terasa, perasaan Ellice sudah jauh lebih dan lebih dalam lagi kepada Calvin. Telah terpupuk dan tertanam dengan baik di dalam hati, cinta yang tak lama datang. Membiarkan sang suami memiliki bagian lebih kecil di dalam hatinya.
Begitu egoisnya kedua pasangan ini? Bahagia di atas penderitaan orang terkasihnya, dengan cinta terlarang yang mereka miliki. Begitu brengsek keduanya. Dengan tanpa ragu terus saling mengucapkan kata cinta dan bersentuhan.
Setiap sentuhan yang terjadi, membuat keduanya larut dalam angan-angan tanpa ujung. Adanya buah hati yang sedang berbuah di dalam perut, menjadikan cinta makin terbentuk dengan pesat.
"Cal aku menginginkanmu." Ucap Ellice di tengah-tengah ciuman panas mereka. Permohonan penuh arti terlihat jelas di matanya. "Aku ingin--meminta ... itu lagi boleh?"
Inilah yang di katakan sebagai gairah wanita hamil. Cinta, nafsu dan segala pernak-pernik yang ada dalam tubuh Ellice, semuanya meningkat seiring berkembangnya calon baby mereka.
Calvin memandangi wajah wanita-nya yang sudah di penuhi hawa nafsu. Namun pikiran Calvin yang mengingat sang kakak baru saja sakit, kenapa rasanya ingin menolak apa keinginan wanita-nya? Meski pada kenyataannya, ia juga sangat menginkan hal ini terjadi. Apalagi ini adalah keinginan langsung dari sang wanita. Tanpa adanya paksaan.
Hatinya sungguh kacau saat ini. Tidak mungkin Calvin menolak permintaan Ellice. Tapi pikirannya tentang sang kakak yang sekarang sedang sakit, bagaimana bisa Calvin jadi sejahat ini?
"Cal, kau tak ingin melakukannya denganku?" raut kecewa terlihat begitu jelas di wajahnya dengan mata indahnya yang sudah berkaca-kaca membuat perasaan Calvin kian dilema.
'Kesalahanku sejak awal sudah membawa Ellice masuk ke dalam jebakan yang di berikan Fernandes padaku. Sampai mengharuskanmu menanggung beban ini. Kak, aku sungguh mohon maaf padamu. Aku tau aku sangat-sangat salah. Tapi ini.. aku juga menginginkannya.' Calvin menarik nafasnya dengan cepat berkali-kali.
Hati Calvin sudah terbakar rasa bersalah pada kedua orang yang ia cintai. Dia yang telah menghancurkan semuanya. Yang harus mengembalikan semua ini juga harusnya adalah dia. Dan yang patut di salahkan juga dirinya. Tapi sayangnya malam ini, kedua insan sudah sama-sama merongrong jiwanya untuk melakukan kesalahannya yang kesekian kali. Dorongan itu begitu kuat.
Dengan perasaan berat, Calvin mengiyakan permintaan Ellice, karena sejujurnya ia juga sangat menginginkan hal yang sama dengan Ellice. Aroma tubuh dan ke-sensualan semua yang ada pada diri Ellice mampu menarik Calvin jatuh sejatuh-jatuhnya ke dalam jurang pesona.
Ellice pun nampak begitu bahagia. Ia benar-benar menginginkan sentuhan lebih, tak hanya dari sekedar ciuman Calvin. Entah kenapa melihat Calvin sebelumnya, ketika di kamar yang memeluk sang suami, membuat Ellice begitu bergairah.
Lagi-lagi bukan Calvin yang mendahului permainan malam ini, tapi Ellice. Kerah pakaian Calvin langsung ia tarik dan segera mendaratkan bibirnya di sana lagi. Permainan bibirnya kini sudah semakin pintar dengan berjalannya waktu.
Aroma mint menyeruak masuk dan hangatnya hembusan nafas keduanya yang saling bertabrakan kian menambah gairah dalam diri mereka. Menghancurkan benteng yang seharusnya di buat perlahan untuk pembatas keduanya tak lagi melakukan kesalahan. Tapi nyatanya...
Ellice yang belum mahir melakukan permainan lidah, malam ini karena nafsunya yang sudah tak lagi terbendung membuat segala permainan yang tak ia kuasa bisa ia lakukan semua. Begitu kuatnya dorongan nafsunya malam ini.
Apalagi sudah sangat lama sentuhan Calvin padanya berlalu. Menginginkan lebih dari suaminya, Channing, justru akan melukai hati keduanya. Sehingga pelampiasan satu-satunya adalah lelaki lainnya yang ada di hati.
Demi apa Ellice begitu aktif, ia mendorong tubuh Calvin untuk mundur dan membimbing langkahnya ke ranjang besar di kamar sang lelaki. Hingga laki-laki itu duduk di pinggir ranjang dan dirinya duduk di pangkuannya. Begitu berhasratnya malam ini.
Melingkarkan kedua tangan di leher sang lelaki dengan bibir yang begitu menikmati permainan yang di berikan Calvin padanya. Membasahi semuanya dengan sekali tebas dari sapuan lidahnya.
Tangannya mulai menelusup masuk ke dalam pakaian Ellice, mencari pengait yang menahan penutup bukit yang begitu ia rindukan. Mengusap lembut dan ciuman Calvin mulai turun ke leher Ellice.
Aroma Ellice yang khas makin menguat di bagian tekuk lehernya, mengigit lembut seperti gigitan semut, namun itu begitu nikmatnya. Membuat rasa geli mulai menjalar dengan cepat keseluruh tubuh.
Karena sudah tak tahan lagi, Calvin menarik kaos Ellice ke atas dan otomatis Ellice mengangkat kedua tangan ke atas, untuk memudahkan lawan mainnya membuka pakaiannya. Hingga terlihatlah bukit indah itu yang masih tertutup dengan penutupnya dan sedikit lagi akan terlepas.
Dengan beradu pandang, tangan itu melepas kain penutup terakhir. Hingga puncak yang sudah menegang dengan warnanya yang berwarna pink kecoklatan membuat birahi Calvin meningkat drastis.
Di tatapnya lekat bagian itu, dengan dada sudah kembang kempis dan nafas yang saling memburu. Wanitanya tak terlihat ada rasa malu lagi karena tingginya birahi yang sudah menyelimuti diri.
Dengan cepat mulut itu kembali melumat bibir Ellice dengan tangan yang nakal menyentuh lembut bagian kenyal di bukit kembar. Permainan kian memanas dan suara lenguhan mulai terdengar begitu mendayu di telinga Calvin.
"Ehmm,, mm.. hhmm. Cal.." seperti tersengat aliran listrik, ketika gerakan melingkat terjadi di bukit indahnya yang di lakukan oleh jemari kokoh Calvin. Merengkuh lembut dan meremas dengan indah kekenyalan yang sungguh pas.
Ciuman kembali turun ke leher Ellice, dengan alamiah Ellice mendongakkan kepalanya melihat langit-langit. Mata yang terpejam dan sesekali melirik apa yang sedang Calvin lakukan di depan bukit. Menikmati setiap sentuhan bibir dengan nafas yang terhembus mengenai kulitnya, rasanya begitu.. ehmm..
Satu tangan menyangga punggung Ellice ketika wajahnya terus menurun sampai bertengger di tengah-tengah leher dan dada dekat bukit kembar.
Beberapa detik kemudian, sampailah bibir itu di gundukan bukit. Memberikan tanda dan menjulurkan lidahnya. Kembali sapuan lembut terjadi, membasahi seluruh bagian sensual di bukitnya. Reflek tubuh Ellice, membuat bukitnya semakin ke depan. Menyodorkan Calvin sajian indah di depan mata untuk di nikmati lebih dalam.
Membiarkan berlama-lama memanjakan bukitnya yang ikut bergemuruh dari darah yang saling bertabrakan. Tanpa sadarnya satu tangan lelakinya yang di gunakan untuk meremas, kini turun ke bawah membuat gerakan erotic di tubuh wanitanya.
Dan lagi-lagi tangan yang begitu lihai sudah mampir di depan pintu lembah mematikan yang masih berbalut kain tipis berenda, menyelip dari sisi-sisinya. Hingga tersentuhlah kulit halus yang mana pernah ada sebuah batang kejantanan yang menyentuh.
"Aakkh!" sampai rintihan lembut lolos dari mulut Ellice ketika jemarinya berhasil menyentuh bagian yang sejak tadi sudah becek dan begitu lembab.
Gerakan atas bawah Calvin lakukan dengan bibir yang masih berputar-putar di gundukan indah nan kenyal di bagian bukit tubuh wanitanya.
Hingga... "Akkhhk Cal! Ehmm.. ssshh." Liukan semakin jadi, ketika salah satu jemari berhasil masuk dan lolos dari penjagaan pintu lembah. Kaki yang tadinya agak melebar, kini menjepit tangan Calvin karena sensasi yang luar biasa ia rasakan sangat-sangat nikmat dan tiada tandingannya.
Calvin hanya melirik dan melihat betapa wanitanya menikmati permainannya, dengan wajah mendongak terus ke atas dan tubuh yang sudah sukarela di berikan padanya.
"Akkh Cal.. Akkkh, aku keluar Cal..aaaakk!" hingga gelombang yang menyerang secara tiba-tiba menghantam darahnya, ketika gerakan keluar masuk di sertai dengan hisapan di puncak bukit yang baru Ellice rasakan selama ini.
Tubuhnya terasa begitu bergetar, dan cairan hangat keluar perlahan menghangatkan jemari lelakinya. Calvin tersenyum bahagia melihat pemandangan ini. Sampai beberapa detik ke depan, getarannya mulai berkurang dan kaki yang tadinya menegang, sedikit tenang dan di longgarkan lagi.
Hangatnya pelumas yang di keluarkan, membuat si makhluk kecil milik Calvin mengeras sempurna dan terasa mengganjal karena tekanan dari atas gundukan belakang bagian bawah milik Ellice. Saat keduanya larut dan ingin melakukan ke tahap selanjutnya, tiba-tiba...
Tok.. tok...
Follown IG Author ya @frayanzstar