Saat Mario akan berbelok, tiba-tiba dari belakang ada mobil yang menyerempet bumper belakang mobil mereka. Hingga terjadi hantaman keras dari belakang tak terelakkan, membuat Mario dan Calvin terjorok ke depan.
"Tuan, awas tuan." teriak Mario yang mengagetkan Calvin.
"Oh Shit! Ada apa lagi ini?" Calvin langsung berpegangan dan revolvernya segera ia keluarkan dari belakang ikat pinggang.
Mobil mereka secara otomatis bermanuver di jalanan ramai tengah kota yang ramai dari hiruk pikuk masyarakat. Dengan kecepatan maksimal, Mario melajukan mobilnya untuk segera pergi dari keramaian di pusat kota.
Namun, mobil yang menabrak mereka, malah ikut mengejar
Dengan satu tangannya Mario menekan tombol gps. Menyambungkan gps miliknya dengan pusat satelit lewat jaringan yang tersambung di dalam mobil, hingga memperlihatkan semua sisi jalan yang bisa mereka lewati.
Calvin terus memperhatikan jarak mereka dari kursi belakang. Sambil mengambil ponselnya. "Seth, kau di mana? Apa kakak sudah berangkat ke kantor?" teriak Calvin yang masih memandang ke arah belakang.
"Tuan Channing hari ini tidak bekerja tuan. Beliau di rumah. Ada apa tuan? Kenapa anda berteriak? Apa ada masalah tuan?" jawab Seth yang langsung berdiri.
"Periksa kondisi rumah. Jangan biarkan ada penyusup masuk. Dan jangan sampai ada satu apapun yang di terima kakak atau Jimmy. Lakukan segera!"
"Siap tuan." Seth menutup panggilannya. "Mac ikut aku."
Seth dan Mac siap siaga di rumah, sedangkan Mario dan Calvin sedang berpacu di jalanan. Kondisi seperti ini membuat adrenalin Mario terpanggil. Semakin kencang laju mobil, semakin senang dia berkendara.
Mencari jalan lewat jalur satelit membuatnya mudah melakukan apapun. Menghindar dari satu mobil ke mobil lainnya yang ada di depannya. Perjalanan kian menegang ketika mereka harus menerobos lampu merah, dan lagi-lagi mobil yang mengejar mereka menabrak mobil yang sedang berhenti.
Membalik mobil tersebut hingga membuat kemacetan di antara jalur bercabang. Membuat riuh jalanan kota dari padatnya masyarakat yang memulai beraktifitas di pagi hari.
Sampai di 1km ke depan ada rel kereta api, Mario kian mempercepat laju kendaraannya. Membelah lautan mobil yang sedang berlalu lintas. Dengan kecepatan penuh, Mario menarik tuas dan menginjak gas hingga mobil melaju bak jet akan di luncurkan.
Ketika palang akan di tutup, mobil Calvin berhasil menelusup masuk sebelum menyentuh palang pembatas. Mario menginjak gas, dan rem secara bersamaan sambil membanting setir. Menoleh ke arah pemburu yang tertinggal jauh dengan senyum meremehkan.
"Kita pulang ke rumah Mario."
"Siap tuan!" kembali mobil Calvin melewati jalanan.
Sementara di rumah, Seth, Mac dan yang lain bersiaga di setiap sudut rumah. Mengedarkan arah pandang mereka lebih jauh. Setiap mobil yang keluar masuk membawa stock makanan, tak luput dari pemeriksaan mereka.
Sampai satu mobil pick up membawa beberapa karung gandum yang berhasil melewati penjagaan tanpa di curigai. Mobil itu masuk mengikuti lajur yang ada dan berhenti di depan gudang penyimpanan makanan.
Ada senyum smrik yang tiba-tina kernet lemparkan ketika target tanpa di sengaja berada di depan mata. Kesempatan yang sangat tak terduga.
"Masukkan semua barang-barang ke dalam. Hati-hati jangan sampai terjatuh." ucap pelayan yang bertugas menjaga persediaan makanan di gudang.
Supir dan kernet pun turun dan mengangkati satu-persatu karung gandum ke dalam gudang. Sampai di karung terakhir, tanpa ada yang melihat, setelah kernet berhasil meletakkan karung terakhir, ia sedikit menepi dan menelusup masuk.
Dengan langkah kaki yang tak terdengar ia berjalan jinjit melewati samping gudang bebatuan. Di lihat tak ada siapa pun yang berjaga pria itu segera melemparkan sebuah kotak kayu kecil di dekat sepasang suami istri yang sedang duduk menikmati langit cerah di bawah pohon dengan kencangnya.
"Auw.." Ellice sedikit meringis karena lemparan tersebut pas mengenai lengan sebelah kanannya.
Sementara si kernet kembali berjalan ke arah gudang dengan cepat. Mencari tempat aman agar para penjaga tak sampai melihatnya.
Dan sang supir yang menunggu, sudah sangat gelisah karena penjaga berjalan mendekat padanya. 'Brengsek! Kenapa dia lama sekali? Penjaga sudah akan ke sini. Bagaimana ini?'
"Aku akan berkeliling ke belakang. Kalian tetap berjaga di sini. Pasang mata kalian. Ingat?!"
"Siap tuan Mac,"
"Kenapa masih di sana? Bukannya sudah selesai mengangkat barangnya? Apa yang kau tunggu?"
"Itu boss, lahi nunggu teman yang satu lagi, masih mengangkat satu karung lagibke dalam gudang." penjaga hanya mengangguk.
Ketika pria satu lagi sudah sampai di depan gudang, dengan wajah setenang mungkin ia keluar dan sedikit menundukkan kepalanya saat melewati penjaga.
"Sudah selesai boss. kami permisi dulu." Dengan nafas yang tersengal, keduanya berhasil keluar dari penjaga. Meski penuh ketegangan, akhirnya mereka berhasil melakukan tugasnya.
***
"Kau kenapa sayang?" tanya Channing yang melihat Ellice memegangi lengannya. Ellice berdiri dan menoleh ke belakang.
'Siapa yang melempar ini?' ia mengambil benda yang mengenainya tadi.
"Apa itu itu sayang?"
"Entahlah, ada yang melempar ini." Ellice memperhatikan kotak kayu yang ia ambil.
"Ada apa nyonya?" Mac yang kebetulan mendengar ucapan Ellice segera mendekat. Dengan sedikit berlari Mac meminta benda tersebut.
"Ada seseorang yang melempar ini padaku." jelas Ellice masih melihat kotak di tangannya.
"Tutup pintu gerbang. Jangan biarkan ada yang bileh keluar!" Mac segera memerintahkan penjaga, supaya gerbang di tutup, lewat saluran komunikasi yang bertengger di kerahnya.
"Bisa saya lihat nyonya? Mungkin ada sesuatu yang berbahaya." Ellice pun menurut dan memberikannya pada Mac.
Dengan perlahan Mac membukanya, terlihat hanya ada sebuah kertas yang tersimpan di dalamnya. Membuat Mac menelan salivanya. 'Apa ini surat yang sama seperti yang terakhir kali?' batin Mac berbicara dengan melirik Channing yang terus memperhatikan apa yang di pegangnya.
"Apa itu Mac, coba perlihatkan padaku? Apa ada sesuatu yang berbahaya?" tanya Channing dengan menengadahkan tangannya, untuk meminta benda itu dari Mac.
Mac ragu-ragu saat memberikannya. Bagaimana ketika ia memberikan kotak itu pada Channing, yang ada Mac takut jika sampai terjadi sesuatu pada boss-nya.
"Mac, mana? Aku ingin melihat apa isinya. Berikan padaku?" pinta Channing lagi. Dengan terpaksa Mac memberikan kotak itu pada Channing.
Channing mengambil kotaknya, ia melihat surat yang ada di dalam kotak. Perlahan tapi pasti, lipatan kertas ia buka. Mac yang melihatnya sudah sangat takut, kemungkinan terburuk dalam pikirannya akan terjadi. 'Apa yang harus aku lakukan?'
Meski ia tidak tau detail isi suratnya, ia tetap saja takut karena perintah yang ia dapat untuk menjauhkan benda yang datang, dari Channing.
Sampai di lipatan terakhir, seakan waktu berjalan lambat membuat detak jantung Mac kian cepat. Detik-detik menegangkan sepertinya memang akan terjadi. Membuat Mac pasrah dengan keadaan.
"Apa isinya sayang?"
Follow IG Author ya @frayanzstar