Malam ini Calvin tidur di apartemennya. Kekecewaannya pada Ellice yang ingin menggugurkan kandungannya membuat hatinya pilu. Sakit hatinya karena ucapan sang wanita.
Anak yang seharusnya menjadi sebuah karunia untuk kedua orang tuanya malah ingin di gugurkan. Meski di dapat dari jalan yang salah sekalipun. Janin kecil dalam perut wanita-nya itu tak bersalah. Ia masih menjadi bidadari surga. Makhluk kecil yang suci.
Wanita yang sangat ia harapkan untuk menjadi ibu dari anak-anaknya kelak malah ingin membunuh anaknya sendiri. Bagaimana tidak Calvin merasa sakit hatinya?
Calvin akui itu. Semuanya terjadi karena kesalahannya. Tapi dirinya pun tak ingin kejadian yang tak di harapkan seperti ini terjadi. Sekalipun ia mencintai Ellice, ia pun tak ingin jalannya penuh liku dan menyakiti saudaranya sendiri seperti ini.
"Maafkan saya tuan. Saya akan segera menemukan siapa yang meneror anda dan tuan Channing secepatnya. Saya berjanji akan melindungi keluarga anda." ucap Mario yang melihat Calvin akhirnya tertidur.
Sementara di dalam rumah, ada seorang wanita yang tak bisa tidur. Dirinya sedang gelisah. Memikirkan lelaki lain dalam hatinya yang sedang tak mempedulikannya.
Ternyata benar kata Calvin malam kemarin. Tidak di pedulikan oleh orang yang ia cintai sungguh tidak enak. Mungkin seperti ini yang Calvin rasakan kemarin.
Yang ada kini Ellice justru merasa bersalah pada Calvin.
'Kemana dia? Kenapa tidak pulang sudah malam begini? Apa dia sedang bersama Mariana? Tidak! Calvin mengatakan dia sama sekali tidak memiliki hubungan dengan wanita itu. Calvin apa kau tak ingin pulang?'
Dalam gelisah, Ellice terus berganti posisi tidurnya membuat Channing terbangun.
"Kau belum tidur sayang?" tanya Channing dengan suara seraknya. "Kemarilah, ini sudah larut malam. Waktunya tidur." Channing menarik Ellice masuk ke dalam pelukannya.
'Sayang, maaf jika aku sekarang sedang memikirkan Calvin. Aku--aku merindukannya. Aku tak suka dia mendiamkanku begini. Aku tak suka. Maafkan aku Cal. Aku tau aku salah.' ucapnya dengan mata yang mulai berair.
Tanpa terasa hari telah berganti. Cahaya mentari yang masuk dari sela-sela jendela kamar. Membuat Calvin terbangun dan membuka matanya.
"Ssshh.. kepalaku pusing sekali." ia memegang keningnya dan sedikit memberikan pijatan di sana. Sudah ada obat pereda pusing di nakas dengan semangkuk bubur yang masih hangat.
"Tuan, anda pasti bisa. Selamat pagi tuan.." Calvin membaca sepucuk surat cinta dari Mario dengan setangkai mawar di sebelahnya. Ia tersenyum samar.
Di ambilnya nampan tersebut dan Calvin memakan sarapan paginya serta meminum obatnya.
Melirik ke arah nakas, melihat ada ponsel baru di sana. "Baru lagi?" ucapnya sambil mengunyah buburnya. Ia mengingat apa yang sudah terjadi semalam. Tapi otaknya masih butuh di istirahatkan.
Usai sarapan dan minum obat, Calvin mengambil ponselnya dan melihat tak ada pesan dari--nya. Ia pun memilih tidur kembali.
***
"Tak ada tanda-tanda tuan Calvin keluar dari apartemennya boss." ucap seorang pria di dalam mobil. Ia memarkir mobilnya di depan mobil Calvin dalam basement.
"Bagus. Pastikan dia tidak keluar dari apartemennya. Aku ingin memberikan kejutan pada kakaknya hari ini."
"Siap boss. Sesuai perintah anda." balasnya dan menutup sambungan teleponnya.
"Apa yang akan kau lakukan?"
"Sesuai arahan dari paman. Aku akan membuat Channing melihat rahasia apa yang telah di sembunyikan Calvin darinya. Untung saja Jo melihat istri Channing ketika di rumah sakit saat itu. Jika tidak, kita tak akan dapat kesempatan luar biasa seperti ini paman."
"Kau benar. Andai saja Jo tidak melihat Ellice saat itu. Aku tak akan menikmati wajah ketakutan Calvin. Akan aku bunuh dia. Dia yang sudah mengambil nyawa anakku dan mengambil perusahaanku."
"Kita akan membunuhnya bersama-sama paman. Dia juga yang telah membunuh ayahku. Sampai kapanpun aku tak akan pernah membiarkan dirinya hidup bahagia di dunia ini."
Rohas tersenyum culas melihat pria di depannya yang memiliki tujuan sama denganya. "Andai saja kau tau, bukan Calvin yang membunuh ayahmu tapi aku. Kau pasti akan membunuhku sejak lama. Sayangnya kau tak perlu tau jika aku yang membunuh ayahmu.' ucap Rohas dalam hati dengan meneguk segelas champagne.
'Kau cukup membantuku untuk membunuh dan menghabisi keluarga Alcantara. Sehingga harta mereka dapat aku kuasai. Dasar bocah bodoh. Kau akan aku manfaatkan dan aku jadikan kambing hitam bodoh!'
***
"Bi, Calvin tidak pulang semalam?" tanya Channing sambil memotong roti di piringnya.
"Tidak tuan, mungkin tidur di apartemen seperti biasanya." jawab bibi. Channing hanya mengangguk.
Ia mengambil ponselnya dan menghubungi Mario. "Mario, apa Calvin di apartemen?" tanya Channing sambil tersenyum melihat Ellice yang manatapnya.
"Benar tuan. Apa ada yang bisa saya bantu tuan?"
"Apa ada masalah? Sampai dia harus tidur di sana? Perusahaan ada masalah?" Ellice berusaha mendengarkan dengan baik ucapan suaminya.
"Tidak ada masalah tuan. Perusahaan juga baik-baik saja. Mungkin tuan Calvin hanya ingin sendiri. Saya juga tidak paham tuan." bual Mario. Dia tak mungkin mengatakan yang sebenarnya pada Channing.
"Apa dia masih tidur sekarang?"
"Benar tuan."
"Ya sudah. Nanti katakan padanya ketika sudah bangun untuk segera menghubungiku. Malam ini suruh dia tidur di rumah." ada senyum samar di wajah Ellice dengan ucapan terakhir sang suami. Itu artinya ia malam nanti bisa melihat Calvin.
"Baik tuan."
"Sayang kenapa diam? Makanlah sarapanmu. Atau mau aku yang menyuapinya?" Ellice hanya tersenyum dan menggeleng. "Istriku kenapa? Kenapa seperti tak bersemangat hari ini? Kau sakit? Biasanya kau selalu bersemangat kalau urusan makanan." Channing menyentuhkan tangannya pada kening Ellice.
"Tidak sayang. Iya aku akan makan. Ehmm.. apa banyak pekerjaan hari ini di kantor?" tanya Ellice basa basi, hanya untuk mengalihkan perasaannya yang sedang gundah. Entah apa, tapi ada perasaan yang kurang nyaman di hatinya sejak tadi.
"Ehmm.. mungkin. Kenapa? Kau tak ingin aku bekerja? Aku akan di rumah jika itu maumu sayang." Ellice memandang wajah suaminya lama dan mengangguk.
"Hmm, jangan masuk kerja ya hari ini? Temani aku di rumah." Channing tersenyum mendengarnya.
"Baiklah. Untuk istriku, hari ini aku akan bekerja sendiri di rumah. Aku akan menemani ratuku seharian ini." Channing mengusap lembut rambut istrinya dan Ellice tertawa manis padanya. Mereka pun menikmati sarapannya.
'Apa ada yang terjadi pada Calvin? Kenapa perasaanku tidak enak begini? Apa aku coba menghubunginya saja?' ucap Ellice dalam hati sambil terus curi-curi pandang melirik ponselnya yang sejak kemarin sepi tak ada yang menanyakan kabarnya.
***
Calvin terbangun dari tidurnya. Hal pertama yang ia lihat adalah ponselnya. Padahal banyak pesan yang masuk, tapi yang di harapkan hanya satu nama. 'Tak ada pesan.'
"Mario, kau di mana?" Calvin menghubungi Mario, dan tak lama pria itu mengetuk pintu kamarnya.
"Iya tuan? Ada yang bisa saya kerjakan?"
"Terima kasih untuk bunganya." keduanya pun tersenyum sambil melihat pada setangkai mawar di dalam gelas. "Apa kau sudah menemukan siapa mereka Mario? Atau informasi apapun yang sudah kau terima?" tanya Calvin sambil memposisikan tubuhnya untuk duduk bersandar.
"Sudah tuan. Itu adalah Ranch milik tuan Fernandes. Dan tuan Rohas yang tinggal di sana. Sesuai perkiraan anda."
"Huft.. Pria tua itu mulai bergerak rupanya. Perketat semua penjagaan. Jangan biarkan apapun terjadi pada kakak dan Ellice. Jangan biarkan kakak mengalami kejadian seperti kemarin. Kakak pasti akan menjadi sasaran empuk untuk paman."
"Kakak dan Ellice. Jaga mereka berdua baik-baik. Apapun yang terjadi, jangan biarkan mereka terluka. Karena keduanya yang akan menjadi target pria tua itu. Aku yakin paman sudah tau apa yang sebenarnya terjadi antara aku dan Ellice."
"Baik tuan. Saya akan lakukan semuanya." jawab Mario tegas. "Apa hari ini anda akan berangkat kerja tuan? Atau anda ingin pulang sekarang?"
Sebelum menjawab, Calvin melirik pada ponselnya. "Mmm.. Aku akan ke kantor. Mungkin malam ini aku akan tidur di sini lagi. Oh iya, katakan pada Ethan untuk mengirimkan jadwal hari ini padaku."
"Oh iya maaf tuan. Tadi tuan Channing menghubungi saya. Jika anda sudah bangun, Anda dibauruh untuk menghubunginya. Dan malam ini anda di suruh tidur di rumah."
"Baiklah. Nanti aku akan menghubungi kakak." dengus Calvin dan segera bangun dari tempat tidurnya.
Selesai bersiap, Calvin dan Mario segera menuju basement tanpa tau ada yang memperhatikan mereka dari dalam mobil.
"Mau kemana tuan Calvin? Boss tadi menyuruhku untuk tidak membiarkan tuan Calvin kemanapun. Jika boss mengatakan anda tak di ijinkan kemanapun. Maka saya akan mengikuti perintah dari boss. Bersiaplah tuan Calvin."
Sementara di rumah, Ellice di temani Channing menonton film di rumah. Ellice duduk bersandar di dada suaminya yang memeluknya dari belakang.
'Calvin, kau sedang apa? Apa terjadi sesuatu padamu? Maafkan perkataanku kemarin Cal.' ucapnya dalam hati. 'Tapi kenapa perasaanku semakin tak nyaman? Apa ada yang akan terjadi?"
***
Mario dan Calvin hanya berdua di dalam mobil tanpa adanya pengawalan dari Seth dan yang lain. Calvin masih sibuk dengan ponselnya ketika itu. Memeriksa laporan masuk dari perusahaan.
Sesekali Calvin juga memandangi foto Ellice dari ponselnya, karena rasa rindunya belum bisa melihat wanitanya hari ini.
Perasaannya benar-baner tidak enak. Satu kalimat yang Ellice katakan kemarin mampu merusak suasana hatinya. Membuat Calvin merasa sakit tapi tak berdarah.
Ketika keduanya fokus dengan apa yang sedang mereka kerjakan, tiba-tiba..
"Tuan, awas tuan."
Follow IG Author ya @frayanzstar