Calvin sedang di kamarnya saat ini. Pikirannya tentang surat kaleng terus terngiang. Malam yang harusnya adalah malam kebahagiaan untuknya mengenang Ellice tak lagi menolak cintanya, tapi malah memikirian sang penyusup.
Perasaannya sedang berkecamuk. Bahagia dan rasa takut muncul secara bersamaan. Membuatnya tak bisa tidur malam ini. Namun, sisa aroma tubuh Ellice yang menempel di spreinya, mampu mengurangi sedikit masalah yang ada.
"Aku yakin jika ini pasti ada hubungannya dengan Fernandes. Hanya dia dan antek-anteknya yang tau jika aku pernah melakukan hubungan ranjang. Tapi apa mereka tau jika aku melakukannya dengan Ellice? Tidak. Aku rasa mereka tidak mengetahui hal ini. Tapi kalau memang tidak tau, kenapa tujuannya kepada kakak dan mengatakan ada rahasia di dalam rumah kami?"
Otaknya terus di putar. Logikanya terus ia mainkan di dalam benaknya. Sebuah teka teki yang harus segera ia cari. Namun, lagi-lagi bayangan wajah Ellice sebelum kunai datang, membuatnya begitu gembira.
Mengetahui sang pemilik hatinya tak menolak dengan ungkapan cintanya, dan lagi ada calon bayi mereka di dalam perut sang wanita, hati Calvin merasa sedang bahagia dan terbang di atas awan. Merasakan betapa lembutnya kapas yang mengarungi langit biru. Bersantai menikmati kebersamaannya dengan wanita tercinta.
Begitu pula dengan Ellice. Meski tidur dalam pelukan suami, pikirannya justru melayang pada pria pemilik status ayah dari calon bayi yang ia kandung.
Kelembutan Calvin dan perhatian Calvin mampu meluluh lantahkan hati yang kini sedang berbunga-bunga. Percintaan mereka yang begitu hangat dan memabukkan membuat Ellice melupakan pelukan lelaki di depannya kini.
Mengkhianati lelaki yang begitu mencintainya dengan tulus tanpa pamrih. Dan lebih memilih mencintai keduanya, tanpa sadar ada hati yang nantinya akan tersakiti.
***
Keesokan harinya, Calvin mulai di sibukkan dengan urusan kantor barunya Asthon Shield. Meski dua bulan telah berlalu ia mengakuisisi perusahaan ini, Calvin belum sempat mengurusnya secara pribadi.
Dan hari ini baru ia dan para staff profesional miliknya memeriksa ulang. Ternyata banyak yang perlu di rombak. Meski tak ada unsur kecurangan tapi banyak penggelapan dana dari para petinggi perusahaan.
Sehingga mengharuskan Calvin dan para karyawan membentuk ulang sistem organisasinya. Pekerja yang tidak layak di buang tanpa adanya pesangon.
Sedangkan pekerja yang bersih dan berkompeten mendapat rekomendasi kenaikan jabatan sesuai bidang masing-masing. Untuk proyek-proyek yang di garap juga di atur sedemikian rupa oleh para staff baru yang terpilih.
Membuat Calvin harus lembur di kantor. "Huft.. akhirnya selesai juga. Lelah sekali hari ini." ia meregangkan tubuhnya dan bersandar di kursi. Menoleh kanan kiri tak ada siapapun. "Sehari tak melihat senyumnya, aku rindu."
Calvin mengambil ponselnya dan melihat ada beberapa pesan masuk. Namun tentu saja yang ia buka pertama kali adalah pesan masuk dari sang pujaan hati. Tak menyangka jika Ellice mengirimkan pesan untuknya.
"Kenapa, belum pulang?" senyum mengembang begitu membaca pesan singkat tapi memiliki arti besar untuknya. "Apa kau merindukanku Ellice?"
Cepat-cepat Calvin membalas pesannya. Meski tak yakin jika akan di balas, karena sudah hampir pukul 1 malam.
"Banyak pekerjaan di kantor, dan aku merindukanmu..." di bacanya lagi pesan yang ia ketik. "Rindu? tidak-tidak. Jangan bilang rindu. Katakan yang lain saja."
"Ia, di kantor banyak sekali pekerjaan. Sampai membuatku lelah. Tapi pesanmu rasa le.." setelah di hapus Calvin kembali menulis pesannya. "Apa-apaan kau Calvin, bagaimana kalau kakak sampai membacanya?" kembali Calvin menghapus pesannya.
"Iya, aku baru menyelesaikan pekerjaan di kantor. Kau belum tidur?" ucap Calvin sambil mengetik. Dan di baca ulang olehnya. "Ya, seperti ini saja." tombol send ia tekan dan terkirimlah pesan cintanya setelah beberapa kali terhapus.
Sudah seperti anak remaja yang sedang kasmaran saja. Selang beberapa menit, ada pesan masuk dan itu balasan dari Ellice. Senyum kembali mengembang. Kini sudah di barengi dengan genderang dalam dada yang ikut menyoraki. Menanti balasan apa yang di tulis.
"Jangan terlalu capek. Istirahatlah. Sudah larut malam. Aku baru saja mau mengambil air untuk minum pas sekali ponselku berbunyi. Jadi sekalian aku balas." meski tak percaya karena kebetulan, tak apa. Kebetulan saja setiap hari kalau perlu pikirnya.
'Ya sudah, istirahatlah. Aku juga sudah pulang.' pesan balasan dari Calvin yang di baca Ellice dalam hatinya. 'Apa yang harus aku balas? Aduh, kenapa aku jadi begini?' Ellice menggigit bibir bawahnya memikirkan pesan apa yang harus ia balas.
'Apa yang harus aku balas? Sepertinya tidak perlu.' gumamnya sambil melirik pada sang suami yang tidur dengan pulas.
'Sudahlah, tidak perlu aku balas.' Setelah pergulatan dengan hatinya akhirnya Ellice memilih meletakkan kembali ponselnya. Ia pejamkan matanya dan mencoba untuk tidur.
Beberapa menit mencoba untuk tidur, tidak bisa. Malah ia membuka kembali ponselnya dan melihat pesan yang belum sempat ia balas.
Kembali Ellice memikirkan jawaban yang tepat untuk pesan Calvin. 'Hati-hati.' --- send
'Ia seperti itu saja lebih baik. Salah sendiri aku belum bisa tidur.' Kembali Ellice meletakkan ponselnya. Kini ia tidur berhadap-hadapan dengan sang suami.
Melihat wajah suaminya yang tenang bagai air tak beriak membuatnya merasa hina. Kenapa ia malah larut dengan kedua cinta yang ia miliki? Pria yang menemukannya dan memberikaannya status nyonya dan kebahagiaan adalah sang suami. Bukan Calvin. Tapi kenapa cintanya pada Calvin justru terasa lebih kuat?
***
"Apa yang kau temui Mario?" tanya Calvin sambil merogoh ponselnya yang bergetar di saku jasnya. 'Ellice? --- 'Hati-hati' dia belum tidur?' senyum di wajahnya tak bisa ia sembunyikan, sampai Mario tidak jadi meneruskan ucapannya.
'Terima kasih.' begitulah pesan terakhir yang Calvin kirim.
"Tuan? Anda baik-baik saja tuan?"
"Hmm? Ah iya, apa? Sampai mana pembicaraan kita tadi?" Calvin kembali fokus dan memasukkan ponselnya. Mereka saat ini sedang dalam perjalanan pulang.
"Informasi mengenai penyusup kemarin malam tuan."
"Ah iya---itu. Bagaimana perkembangannya?" ucapnya yang kembali fokus pada permasalahan. Dia berharap akan ada jalan untuknya dan Ellice untuk mengatakan semuanya lebih dulu sebelum semua terlambat.
"Kami masih belum menemukan siapa orang ini tuan. Tapi dari semua cctv yang berhasil kita retas mereka mengarah ke sebuah rumah peternakan. Tempat itu begitu tertutup. Sementara ini dua orang saya kirim, untuk berjaga di sekitar peternakan."
"Peternakan? Ssshh.. siapa mereka? Apa Fernandes memiliki peternakan? Aku rasa tidak." ucap Calvin dengan wajah seriusnya. "Apa kita ada musuh lain Mario? Ethan, apa kita memiliki musuh bisnis?"
"Saya rasa tidak tuan."
"Iya tuan, saya pikir juga begitu. Sekalipun mereka iri pada tuan. Yang mereka hancurkan adalah perusahaan. Sedangkan masalah yang sedang terjadi saat ini sepertinya tujuan mereka adalah untuk mengadu domba anda dan tuan Channing. Belum lagi rahasia itu, bukannya hanya pihak tuan Fernandes yang tau? Meski kemungkinan orang lain memiliki andil, tapi saya rasa lebih terfokus pada tuan Fernandeas" jelas Ethan panjang lebar yang di setujui oleh Calvin dan Mario.
"Lalu siapa mereka? Cari terus informasi ini Mario. Jangan biarkan siapapun lolos. Dan urus jadwalku besok untuk ke rumah sakit Antony, Ethan. Carikan rekomendasi dokter jantung terbaik selain Antony. Aku ingin mendapatkan referensi dari semua para ahli. Buatkan janji temu untukku."
"Baik tuan."
***
Sementara di sisi lain ada yang sedang merayakan pesta di rumahnya.
"Kau memang pintar. Idemu benar-benar bagus. Anak buah Calvin mulai mencari keberadaan kita. Kita akan pancing terus amarah Calvin. Supaya kita bisa menyerangnya dengan mudah." ucap seorang pria bertubuh besar yang sedang menikmati vodka di tangan bersama dua dayang-dayang di kanan kirinya.
"Kau jangan khawatir paman, aku akan membuatnya hancur kali ini. Tak akan lagi aku berbuat kesalahan seperti dulu. Dia akan tau siapa yang telah bangkit setelah terpuruk sekian lama. Aku akan membalaskan dendam kematian ayahku." pria blasteran jepang itu sudah di penuhi dengan amarah hingga membuat wajahnya merah padam.
Melampiaskan amarahnya dengan menikmati tubuh dayangnya yang duduk di sampingnya. Ia remas bukit dayang tersebut, di depan semua yang ada di sana. Menelusup masuk kedalam pakaian dan meremas bongkahan indah nan kenyal itu dengan liar. Bagai kertas yang tak lagi berguna. Membuat suara desahan lolos dari sang dayang.
"Eehmmm.. ssshh.. tuan.. saya sudah basah. Tuan. Saya menginginkan anda tuan. Ehmmm.." racau sang dayang karena sentuhan pria blasteran itu pada bukit dan puncaknya yang di permainkan secara brutal dan bibirnya yang di lumat habis olehnya telah membangunkan gairahnya.
"Hhahahah... lampiaskan saja dulu emosimu pada wanita itu. Lain kali bukan wanita yang akan menjadi sasaran pelampiasanmu. Tapi Calvin. Sekarang kita akan bersenang-senang sejenak. Aku juga sudah ingin bermain bersama mereka."
"Ok paman. I'm coming baby."
Follow ig Author ya @frayanzstar