Chereads / Gairah Putra Mahkota / Chapter 25 - Kesialan Anne

Chapter 25 - Kesialan Anne

"Halo Bellatrix, bagaimana dengan bibi Cho Hee, apakah dia baik-baik saja?" Anna merebahkan tubuhnya di tempat tidur sambil menghubungi Bellatrix, sahabatnya.

"Akhir-akhir ini asmanya kambuh."

Bibi Cho Hee memang memiliki penyakit asma yang akut. Sejak lama, bibi Cho Hee mengeluhkan penyakitnya itu.

"Apakah kau sudah membawahnya ke dokter?"

"Ya, aku sudah membawahnya, kau tenang saja!" jawab Bellatrix kemudian. Anne menghela napas lega. Dia sangat khawatir jika terjadi sesuatu kepada bibinya itu.

"Bagaimana di sana?"

"Aku membayangkan wajahmu yang sangat lucu, apakah lipstiknya berhasil?" Bellatrix benar-benar merasa Anne mengalami situasi yang sulit.

"Kedua putra tuan Alderic memang sangat aneh. Tuan Victor membawahku ke pesta dansa kelulusannya agar kekasihnya Monica cemburu, aku rasa dia lelaki yang sensitif," gerutu Anne kesal.

"Bagaimana dengan Ares?"

"Apakah lelaki itu sudah membuka identitasnya ke publik?" tanya Bellatrix kemudian. Dia ikut penasaran dengan kisah Anne di Barcelona.

"Hmm." Hanya itu yang keluar dari mulut Anne.

"Ada apa?"

"Ah, aku rasa Ares benar-benar aneh. Apakah dia tidak ingin terkenal seperti tuan Victor? Bahkan seluruh Barcelona mengangguminya."

"Aku juga tidak mengerti," serunya.

Tok … Tok …

"Anne!"

Suara itu membuat Anne tiba-tiba panik. "Bellatrix, aku akan hubungi dirimu nanti. Ada yang memanggilku!" Anne bergegas mematikan sambungan teleponnya. Dia berjalan menuju pintu dan menatap bibi Fani sedang berkacak pingang di depannya.

"Kau tahu jadwal kebersihkan malam ini?"

"Bukannya kau harus membersihkan dulu?" sambungnya lagi. Anne menghela napas panjang.

"Oke, aku akan ke dapur."

"Ya, kau harus ke sana. Tugasmu sangat banyak karena satu hari kau tidak ikut membantu. Aku sebagai kepala pelayan sebenarnya kesal dengan ulahmu itu," gerutu bibi Fani panjang lebar. Telinga Anne terasa memanas mendengarkan semua itu.

"Baiklah, aku akan ke sana," jawab Anne. Dia bergegas menutup pintu kamarnya lalu bergegas mengikuti bibi Fani dari belakang. Kepala pelayan itu terlihat tidak menyukainya akhir-akhir ini. Selain karena Anne mendapatkan perlakuan istimewa dari tuan Victor, Anne juga mendapatkan fasilitas kamar yang besar. Bahkan seorang pelayan harus tinggal di kamar yang sama. Namun untuk Anne, dia berbeda.

Di dalam dapur, Anne segera menyusun piring-piring yang sudah bersih. Bibi Fani mengawasinya di depan pintu.

"Kau mengoda tuan Ares dan tuan Victor yah?"

"Anne, kau harus paham beberapa hal, kau berbeda dengan tuan Victor dan tuan Ares. Jangan berharap kedua lelaki itu suka denganmu!"

"Palingan mereka hanya menjadikanmu perempuan pemuas ranjangnya. Kau harus paham itu, jangan jadi perempuan polos!" Bibi Fani terus mengoceh dan Anne menyusun piring-piring itu dengan rapi.

"Ya, aku tahu itu, bibi Fani."

"Bagus kalo kau sudah paham," balas bibi Fani kemudian. Anne menghela napas panjang.

"Setelah ini, jangan lupa untuk memeriksa apakah tuan Ares membutuhkan minuman di ruang kerjanya. Tugasmu bertambah sekarang tapi ingat, jangan mengoda mereka!" sahutnya. Anne menganggukan kepala mengerti.

Setelah menyusun piring dengan rapi, Anne yang masih memakai baju pelayan segera menuju ruang kerja tuan Ares. Dia harus melewati tangga. Sesampai di depan ruangan, Anne sedikit ragu.

"Martha, aku benar-benar bisa membantu keluargamu."

"Kau tidak percaya dengan kemampuanku?"

"Ah, kau selalu meremehkanku dan tidak mengetahui apa yang aku miliki sekarang!"

Suara itu terdengar dengan jelas. Anne meletakkan telingannya di dindin pintu. Dia mendengarkan Ares sedang berbicara dengan seseorang saat ini. Dengan siapa dia berbicara sekarang? Pikirnya.

"Ah, kau memang selalu menganggapku rendah, bahkan saat pernikahan kita dulu!" sahutnya. Anne membulatkan matanya.

"Oh, jadi dia menghubungi mantan istrinya?" pikirnya kemudian. Anne menarik napas dalma-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Dia harus menyelesaikan tugasnya dengan cepat.

"Tuan Ares?" serunya.

Klek~

Pintu terbuka, Ares tersenyum menatapnya. Anne menundukan kepalanya sedikit ke bawah.

"Apakah Tuan membutuhkan minuman?" tanyanya.

"Ya, tolong ambilkan secangkir air mineral, Anne!"

"Aku juga perlu berbicara denganmu malam ini," sambung Ares kemudian. Anne mengerutkan kening tidak mengerti.

"Berbicara dengan aku?"

"Ya, tentu saja. Tapi tolong ambilkan air dulu!" perintah Ares. Anne menganggukan kepala. Dia bergegas menuju dapur untuk mengambil secangkir air mineral. Banyak pertanyaan yang ada di otak Anne saat ini.

***

"Tuan, ini minumannya," serunya. Ares tersemyum. Anne tidak berani masuk ke ruang kerja itu. Banyak buku di bertebaran di atas meja. Anne merasa, Ares dipaksa untuk memahami banyak hal.

"Masuklah!" sahut Ares. Dengan sedikit ragu, Anne melangkah masuk. Dia mencoba melirik ke sekelilingnya. Ruan kerja itu benar-benar mewah. Bahkan terdapat tv jika Ares merasa bosan. Tapi, jika di lihat dari wajahnya, tuan Ares sangat muda. Mengapa dia begitu cepat menikah? Pikir Anne.

"Bisa bantu aku?"

Kening Anne berkerut mendengarkan hal itu. Dia tidak berani menatap wajah Ares. Dia terus menunduk ke bawah.

"Membantu Tuan?"

"Ya, membantu banyak hal," sahut Ares memperjelas. Anne menelan salivanya. Dia takut jika tuan Ares meminta sesuatu yang aneh.

"Apa Tuan?" Ares tersenyum.

"Temani aku ke taman besok. Kau harus berpura-pura menjadi kekasihku!" Anne spontan menongakan wajahnya. Dia menatap Ares dengan bola mata membulat.

"Menjadi kekasih?" tanyanya. Ares mengangguk.

"Ya, kau harus berpura-pura menjadi kekasihku. Apa lagi?"

"Kau tidak mau?"

Anne menggelengkan kepala secepat mungkin. Bukan tidak mau, dia tidak bisa lebih tepatnya.

"Aku …,"

"Aku akan membayarmu lebih, hanya untuk satu hari!" potong Ares lagi. Anne merasa tawaran ini sangat gila. Jika dia berpura-pura menjadi kekasih, Anne akan melakukan sesuatu yang aneh dengan Ares.

"Tapi, aku tidak ingin berciuman," ucap Anne lirih. Dia terus menundukan kepala ke bawah. Mendengarkan ucapan Anne, Ares tertawa terbahak-bahak. Perempuan itu benar-benar aneh dan sangat lucu.

"Hai, aku tidak akan menciummu!"

"Kau pikir aku akan melakukan itu?"

"Kita hanya berpura-pura saja. Setelah itu, semuanya kembali seperti semula. Hanya untuk satu hari!" jelas Ares. Anne masih mempertimbangkan hal itu. Ares menunggu jawabannya saat ini.

"Bagaimana?" tanyanya.

"Oke!" Anne menyetujui keinginan Ares. Ares tersenyum.

"Oke, segeralah berpakaian besok pagi. Buat dirimu terlihat cantik dan jangan banyak alasan lagi," jelas Ares kemudian. Anne menganggukan kepala mengerti.

"Tapi, Tuan harus memenuhi beberapa syarat," sahut Anne. Dia menatap Ares dan lelaki itu mengerutkan kening tidak mengerti.

"Apa itu?"

"Syara tapa, Anne?" tanyanya terheran.

"Jangan menciumku jika dalam keadaan berpura-pura menjadi kekasih Tuan! Sungguh, aku tidak mau," jelas Anne. Pipinya terasa memerah saat ini.

"Oke, aku tidak akan melakukan itu." Ares mencoba menahan tawanya. Apakah perempuan itu adalah perempuan yang besar kepala? Pikirnya.

Anne bergegas pergi. Meninggalkan Ares yang masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu. Jantung Anne berdetak lebih cepat. Dia sangat bingung mengapa tubuhnya terasa menegang. Jantungnya pun berdetak lebih cepat saat berada di samping lelaki itu.

Bersambung …