"Tuan, apakah bibi Fani tidak akan marah?"
Anne menatap Ares yang sudah duduk di ruang tamu sambil menikmati teh hangatnya. Ares menongakan wajahnya dan menatap Anne yang sudah berdiri di depan pintu.
"Tidak, aku akan mengurusnya!"
"Ayo kita pergi!"
Ares kemudian melangkah keluar dari dalam rumah. Anne mengikuti Ares dari belakang. Dia menatap gaun yang sudah dibelikan lelaki itu. Ah, selera Ares sangat sesuai keinginannya. Tidak seperti tuan Victor, dia memberikan gaun yang tampak glamor dan Anne tidak suka gaun yang mencolok.
Anne masuk ke dalam mobil saat Ares membukakan pintu untuknya. Anne tersenyum. Ares selalu bisa membuatnya tersipu malu. Sungguh, lelaki itu sangat manis.
Di dalam mobil, Anne tidak banyak tanya. Suasana mendadak hening. Anne melirik sekilas ke arah Ares. Dia ingin menanyakan tujuan perjalanan mereka. Rasanya sangat berat berpura-pura menjadi kekasih simpanan keluarga Yuan.
"Tuan Ares, kita akan ke mana?" tanya Anne memberanikan diri.
"Bertemu mantan istriku," jawabnya.
"Ah?" Bola mata Anne membulat sempurna.
"Bertemu mantan istri, Tuan?" gerutunya lagi. Ares menganggukan kepala.
"Ya, ada apa?"
"Kau tidak mau?"
Anne menggelengkan kepala secepat mungkin. Anne menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan.
"A-aku mau, yang penting aku tidak akan dimarahi bibi Fani lagi," jelas Anne. Ares tersenyum lalu menganggukan kepala.
Sesampai di sebuah taman, Anne turun dari dalam kabin mobil dan mengikuti Ares dari belakang. Lelaki itu menatapnya. Senyuman selalu terukir di wajah tampannya.
"Kamu harus aku gengam, tidak masalah?" tanyanya lagi. Anne menganggukan kepala. Tidak masalah baginya jika Ares mengengam tangannya. Anne berjalan di samping Ares menuju sebuah restoran. Tubuh Anne lagi-lagi menegang dan dia sangat gugup saat ini.
"Santai saja, bertemu dengan mantan istriku lalu kita pergi," seru Ares sambil merapatkan pegangan tangannya ke arah Anne.
Di sebuah meja yang sudah di pesan Ares. Mereka berdua duduk. Anne sedikit bingung harus memulai percakapan seperti apa.
"Apa maksud Tuan seperti ini?"
"Aku tidak punya maksud apapun, aku hanya ingin mantan istriku cemburu. Jadi, kau harus membantuku!" gerutu Ares kemudian. Anne mengigit bibir bawahnya karena gugup. Sungguh, dia tidak tertarik semua ini.
***
Martha berjalan masuk ke dalam restoran. Martha pagi ini sudah membohongi Thomas. Dia mengatakan bahwa dirinya akan ke salon bukan bertemu dengan Ares.
Martha sampai harus melihat alamat restoran itu sebanyak dua kali. Tidak mungkin, restoran itu sangat mewah dan tidak mungkin Ares bisa membayar makanannya. Ah, Ares lelaki miskin itu hanya ingin jual mahal saja, pikirnya.
Martha masuk ke dalam restoran Italia. Dia mencari meja yang sudah dipesan mantan suaminya. Ares melambaikan tangan saat menatap Martha sudah masuk ke dalam pintu. Martha tersenyum lalu bergegas menghampiri Ares.
Martha menatap seorang gadis yang duduk di samping mantan suaminya itu. "Martha, duduklah!"
Martha duduk dan terus memandangi Anne. Perempuan itu selalu menundukan kepalanya ke bawah. Dia tidak berani berbicara saat ini.
"Ada apa kau mengajakku ke sini?"
"Kau meminjam uang di mana lagi?" cercah Martha segera. Dia terus menatap Anne yang berada di samping Ares. Martha menyipitkan matanya dan menatap Anne secara lekat.
"Kau?"
"Kau tampak berbeda dengan perempuan lain, siapa kau?" tanya Martha. Ares tersenyum saat Martha terlihat tidak suka dengan Anne.
"Jangan ganggu dia, Martha!"
"Anne adalah kekasihku!" Bola mata Martha terbelalak. Wajah perempuan itu sangat asing. Sepertinya dia perempuan bodoh yang ingin bersama Ares.
"Kekasihmu?"
Ares menganggukan kepala. "Ya, dia adalah kekasihku. Apakah kau tidak percaya?" sahut Ares dengan bangannya. Anne hanya menunduk ke bawah dan ketakutan. Wajah Martha benar-benar cocok berperan sebagai anggota antagonis di serial film.
Martha menggelengkan kepala.
"Tidak mungkin ada perempuan menyukai lelaki bodoh sepertimu!"
"Kau sangat bodoh Ares, kau yakin dia mencintaimu?" Martha memaki. Ares hanya bisa tersenyum dan segera mengengam tangan Anne.
"Dia kekasihku!" tegas Ares lagi.
"Aku tahu keluargamu butuh uang banyak, aku mengajakmu ke sini karena aku ingin membantumu," sambungnya. Martha mengerutkan kening.
"Kau dapat uang dari mana?"
"Okelah jika ada gadis bodoh yang menyukaimu. Tapi, mendapatkan uang yang banyak itu tidak akan mudah!"
"Kau lelaki miskin!" umpat Martha. Bola matanya seakan menyala memandangi Ares dan dia sangat puas memaki mantan suaminya itu. Ares menghela napas panjang.
"Berapa yang dibutuhkan perusahaan ayahmu?"
Martha tertawa mendengarkan pernyataan Ares. Sungguh, Ares benar-benar lucu. "Berapa?" tanya Ares lagi. Martha menghela napas panjang.
"Kau tidak bisa memberikan uang kepada kami!"
"Kau bahkan miskin! Ah, sudahi omong kosong ini, Ares. Aku tidak punya banyak waktu. Aku ingin pergi!"
Martha bergegas beranjak dari tempat duduknya. Dia segera keluar dari restoran itu sebelum makanannya terhidangkan di atas meja. Martha merasa ini omong kosong. Ares hanya berpura-pura kaya agar dia mau kembali.
"Dasar lelaki licik yang miskin!" umpatnya.
***
Anne seakan menahan napasnya mendengarkan semua caci maki yang dilontarkan Martha. Anne bahkan tidak berani menatap wajah Martha saat marah. Dia benar-benar menyeramkan.
"Ayo kita pulang!"
Ares beranjak dari tempat duduknya. Anne bergegas mengikutinya dari belakang. Sekarang, banyak hal yang ada di pikirannya. Banyak pertanyaan yang ingin dilontarkan kepada Ares. Mengapa mantan istrinya begitu jahat? Apa yang membuat mereka pisah? Lelaki miskin? Apakah Ares terkenal sebagai lelaki miskin? Pikirnya.
Di dalam mobil, Ares tidak berbicara satu kata pun. Anne yakin, lelaki itu pasti sedang galau saat ini. Apalagi mantan istrinya itu mengeluarkan kata-kata hinaan kepadanya.
"Tuan!" sahut Anne berani berbicara.
"Apa?" jawab Ares tanpa menatap wajah Anne.
"Apakah dia adalah mantan istri anda? Mengapa dia memaki anda, Tuan?" serunya kemudian. Ares menghela napas panjang.
"Ya, dia mantan istriku. Sepertinya dia punya banyak masalah sehingga dia mengeluarkan kata-kata seperti itu. Tenanglah, aku tidak sakit hati karena itu," seru Ares kemudian. Anne menghela napas lega.
"Apakah tugas yang Tuan berikan sudah selesai?" tanya Anne lagi. Ares menganggukan kepala.
"Ya, sudah selesai!"
"Lanjutkan tugasmu nanti, semua sudah selesai dan aku tidak akan menyuruhmu menjadi kekasihku lagi."
Wajah Ares benar-benar susah ditebak. Anne menyakini bahkan lelaki itu sedang galau. Namun di sisi lain, Anne merasa Ares tidak sedih dengan cacian mantan istrinya yang cantik itu.
Sesampai di rumah, Ares bergegas turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah tanpa menoleh ke arah Anne. Wajah lelaki itu berubah menjadi dingin seketika.
"Anne!" Teriak bibi Fani saat menatap Anne baru saja turun dari mobil. Anne menghela napas panjang. Dia berjalan menuju perempuan paruh baya itu.
"Selesaikan kerjaanmu sekarang. Ah, kau ingin benar-benar mendapatkan perlakuan istimewa dan itu bisa membuat para pelayan cemburu!"
"Segera selesaikan tugasmu!" perintahnya.
Bersambung …