Seluruh Barcelona dihebohkan berita mengenai keluarga Yuan dari Korea Selatan yang akan mengumumkan putra mahkotanya di hadapan seluruh publik. Berita ini menghebohkan keluarga Smith terutama tuan Robert yang duduk di ruang tamu. Ladifa membulatkan mata karena bahagia. Akhirnya dia bisa melihat wajah putra mahkota keluarga Yuan yang sebenarnya.
Ladifa yakin, lelaki itu sangat tampan dan berdarah dingin. Selain tampan, Ladifa juga sangat yakin bahwa karisma putra mahkota keluarga Yuan tidak ada tandingannya di seluruh Barcelona.
Martha menatap siaran tv itu dengan perasaan gundah. Dia bingung bagaimana harus menjelaskan kepada keluarganya mengenai makan malam yang direncanakan Ares.
Martha ingin memilih kata yang tepat. Setidaknya membuat keluarganya tidak marah karena menerima ajakan makan malam dengan Ares.
"Ayah, apa mereka mengundang kita nanti ke rumahnya?" Ladifa memandangi tuan Robert dan menunggu jawaban lelaki paruh baya itu. Tuan Robert mengerutkan kening.
"Ayah tidak tahu?"
"Ah, aku sangat penasaran. Kemarin, sikap putra mahkota itu sangat dingin. Berbeda dengan tuan Victor, anak kedua dari keluarga Yuan walaupun lelaki itu bukan pemegang saham terbesar di keluarga Yuan," jelas Ladifa panjang lebar.
"Bukankah Antoni akan datang minggu depan?"
"Bagaimana reaksinya jika kau mendekati putra mahkota keluarga Yuan?" Kening tuan Robert bertautan memandangi putrinya. Ladifa hanya tertawa.
"Ayah, tenang saja!"
"Antoni tidak akan curiga kepadaku. Bahkan jika aku berselingkuh dengan lelaki itu," gerutunya. Tuan Robert menggelengkan kepala. Dia mengalihkan pandangannya ke arah Martha.
"Ada apa Martha? Mengapa kau terdiam seperti itu?"
"Wajahmu sangat gelisah, apakah Thomas melukaimu tadi malam?"
"Ayah mendengarkan kamu selalu bertengkar dengannya!" Tuan Robert menatap Martha yang tertunduk lemas.
"Ayah," ucapnya. Ladifa menoleh ke arah adiknya itu.
"Ada apa Martha?" tanyanya terheran.
"Malam ini, Ares akan mengundang kita untuk makan malam bersama. Dia akan memberikan uang itu kepada ayah di acara makan malam," ucap Martha berterus terang. Ladifa membulatkan mata. Dia tertawa terbahak=bahak mendengarkan suara adiknya.
"Apa kau gila?"
"Semudah itu percaya?" cibirnya. Martha menghela napas panjang.
"Tidak ada salahnya kita menuruti apa yang dikatakan Ares, siapa tahu dia benar-benar mendapatkan uang dan berniat membantu kita?" jelas Martha. Dia memandangi ayahnya dengan lekat. Ladifa menghela napas panjang.
"Oke, nanti malam!" jawab Ladifa. Dia ingin tahu, apakah Ares berbohong kepada mereka atau tidak. Tapi Ladifa yakin, Martha sedang berbohong.
***
Lima pelayan sudah bersiap di depan pintu kamar Anne. Dia menatap Anne dari ujung kepala sampai ujung kaki. Ares menatap Anne yang terpatung memandanginya.
"Mereka akan meriasmu dengan sangat cantik!"
"Jangan sampai kau mempermalukanku di hadapan banyak orang. Lagi pula, aku juga tidak ingin jika kau mempermalukanku seperti acara kelulusan Victor!" ucap Ares dengan sorot mata yang tajam. Anne menelan salivanya.
"Apa malam ini?" tanyanya.
"Ya, tentu saja malam ini, apa kau tidak suka?" sergap Ares segera. Anne menggelengkan kepala. Bukan tidak suka, dia hanya belum nyaman berhadapan dengan orang banyak.
"Persiapkan dirimu, seluruh wartawan akan meliputmu nanti. Keluargamu di Korea akan melihatmu juga."
"Bisa-bisa kamu akan jadi artis mendadak, bersyukurlah aku memilihmu!" ucap Ares. Lelaki itu segera pergi setelah mengatakan hal itu.
Anne menghela napas panjang. Dia duduk di kursi rias dengan perasaan gundah. Ke lima pelayan itu mulai merapikan rambutnya.
"Nona, apa tuan Ares menyukaimu?"
"Aku rasa, dia menyukaimu, Anne!" sahut Debora. Anne menggelengkan kepala.
"Tidak, dia tidak menyukaiku!"
"Sepertinya dia tidak tertarik denganku!" sahut Anne kemudian.
"Apa ada acara lain nanti malam?" Anne memandangi Debora. Salah satu pelayan yang bersamanya di keluarga Yuan. Perempuan itu sangat baik hati. Tidak seperti pelayan lain yang menatapnya dengan sorot mata yang tajam.
Debora mengerutkan kening. "Aku tidak tahu."
"Tapi sepertinya acaranya tidak akan di sini, Anne!" jawabnya. Anne menghela napas panjang. Dia memijit pelipisnya yang terasa panas.
"Nikmati saja, Anne."
"Kamu sangat beruntung dipilih tuan Ares dan tuan Victor. Bahkan kekasihnya sendiri tidak pernah diajak keluar."
"Ah, sepertinya kamu akan jadi cinderella, Anne!" ucap Debora sambil tersenyum. Dia memperlihatkan gaun yang sudah disetrikanya kepada Anne.
"Tuan Ares sendiri yang membelikan ini untukmu."
"Harumnya seperti harus baju mahal," cetusnya. "Aku belum pernah memegang baju semahal ini, ah kau beruntung, Anne," sambung Debora lagi. Anne menghela napas kasar. Anne tidak tahu, apakah dia benar-benar beruntung atau ingin adalah ketukan untuknya.
Tujuannya hanya untuk menghancurkan keluarga Yuan, namun dia malah terjebak di antara kedua pewaris keluarga Yuan yang sangat menyebalkan. Raja iblis dan monster gila!
***
"Hallo Bellatric, bagaimana kabar bibi Cho Hee?" Anne masih sempat menghubungi Bellatric secara diam-diam di dalam kamar. Sebelum Ares dan pengawalnya menyuruhnya keluar.
"Asmanya kadang kambuh."
"Di sana, bagaimana Anne?"
"Apa kau sudah tahu kelemahan keluarga Yuan?"
"Ingat, jangan pernah jatuh cinta kepada mereka! Kau harus ingat itu, mereka sudah menghancurkan keluargamu!" tegas Bellatric melalui sambungan telepon. Anne menghela napas panjang. Dia selalu mengingat kejahatan keluarga Yuan siang dan malam.
"Iya, iya, aku tidak akan jatuh cinta kepada mereka."
"Semakin mereka mendekatiku, aku pastikan mereka akan hancur seperti ayahku!" gerutu Anne penuh dendam. Bellatric tertawa melalui sambungan telepon.
"Kau sangat lucu, Anne!"
"Ingat kata-katamu itu, jangan pernah mengingkarinya!"
"Oh yah, aku akan keluar. Sepertinya keluarga Yuan sedang membuat acara. Aku tidak tahu persis. Tapi, ada kejutan yang membuatku kaget. Putra mahkota itu memiliki istri."
"Kau tahu, dia memiliki mantan istri yang cantik!" sahutnya.
"Apa?"
"Sepertinya tidak, mungkin kekasihnya," balas Bellatric tidak percaya.
"Apa dia seorang duda?" Anne masih menebak status Ares. Bellatric, aku tidak bisa banyak berbicara saat ini. Aku akan menghubungimu nanti, tunggu aku!" tegasnya.
Anne segera mematikan sambungan telepon saat langkah kaki seorang lelaki terdengar jelas. Anne menoleh ke samping dan memandangi Ares di depan pintu. Lelaki itu memakai jas berwarna hitam. Senada dengan gaun hitam yang digunakannya saat ini.
"Sudah siap?"
"Kita akan keluar dan menuju hotel. Ingat, setiap berada di dekat banyak orang. Jangan pernah membuka suara!" tegasnya. Bibir Anne mengerucut karena kesal.
"Baiklah," jawabnya.
"Tapi, tambahkan gajiku bulan ini!" sahutnya kemudian. Ares menghela napas panjang. Dia memasukan tangannya ke dalam saku dan menatap Anne.
"Kau perempuan matrealistis juga yah?" Ares memandangi Anne. Salah satu alisnya terangkat.
"Tidak, aku bekerja di sini jadi anggap saja ini adalah waktu lembut untukku, Tuan Ares!" balas Anne. Dia berjalan mendekati lelaki itu. Ares mengengam tangan Anne dan membuat perempuan di sampingnya tersentak kaget.
"Ingat perjanjian kita. Hari ini akan menjadi sejarah. Tetap diam dan jangan banyak bicara!" ucapnya sekali lagi. Anne menganggukan kepala mengerti.
Bersambung …