Anne membulatkan matanya saat menatap beberapa lelaki berjas hitam menghampiri mobil Victor. Lelaki itu kemudian membungkukan sedikit badannya lalu memberikan hormat. Dengan sangat pelan, Anne turun dari kabin mobil dan bergegas berjalan.
Victor tanpa ragu mengengam tangannya dan membuat Anne membulatkan mata.
"Tuan," ucapnya sedikit ragu.
"Tetap seperti ini sampai aku menemukan kekasihku, Monica. Dia harus mendapatkan balasan atas kecurangannya," gerutu tuan Victor. Suaranya penuh penekanan dan Anne tidak mengerti. Apakah kekasihnya selingkuh atau Victor mendapatkan Monica menghianatinya?
Anne berjalan di belakang Victor. Dia benar-benar merasa gugup saat seluruh pandangan menatapnya. Ya, dia berbeda di lingkungan Victor.
"Jangan seperti patung, cobalah tersenyum!" perintahnya.
Victor menarik tangan Anne dengan erat agar perempuan itu mengikutinya. Beberapa tamu di pesta kelulusan itu memandangi Anne dengan ekspresi penuh tanda tanya. Anne hanya bisa menutup wajahnya sambil menunduk ke bawah. Kilatan cahaya menghampiri wajah mereka dan membuat Anne panik seketika.
"Tidak, tidak ada yang boleh mengambil gambarku!" gerutunya dalam hati.
"Hai, Victor! Kau bersama mangsa barumu?" sahut suara itu. Anne merasa langkah Victor berhenti seketika dan membuatnya hampir saja menabrak tubuh lelaki itu. Anne menongakan wajahnya dan menatap seorang gadis yang sangat cantik. Anne menelan salivanya saat bola mata lentik itu terus memandanginya dengan ekspresi mengintimidasi.
"Siapa namamu?"
"Diam, Monica! Jangan membuatnya takut!" hardik Victor.
"Kau mendapatkan gadis aneh ini di mana?" tanya Monica segera. Victor menghela napas panjang sambil berjalan melewati Monica. Dia tidak tertarik berbicara banyak hal kepada kekasihnya itu.
Ekspresi cemburu jelas terlihat di wajah Monica dan itu membuat Victor benar-benar puas. Dia menyukai wajah Monica yang cemburu.
"Tuan, apakah aku boleh ke toilet sebentar?" tanya Monica sedikti ragu. Victor membalikan badan lalu memandangi Anne.
"Pergilah, tapi cepatlah pulang!"
"Aku ingin segera pulang dari pesta ini," sahut Victor. Alis Anne bertautan. Dia tidak mengerti.
"Maksudnya?"
"Kita baru saja sampai, Tuan Victor. Bahkan kita belum minum," ucap Anne yang merasa tengorokannya sangat kering.
"Pergilah ke toilet dan kembalilah nanti!"
Tanpa menunggu lama, Anne bergegas mencari toilet. Dia benar-benar tidak paham dengan jalan pikiran Victor.
***
Di dalam toilet, Anne tidak henti-hentinya mengusap wajahnya frustasi. Bagaimana kalo gambarnya berhasil terpublish di sebuah majalah? Penyamarannya akan terbongkar. Bibinya di Korea akan tertangkap karena berhasil mengusup di keluarga Yuan.
"Sial, mengapa aku bodoh sekali?" gumam Anne. Dia menatap wajahnya dari pantulan cermin.
"Bagaimana kalo Victor tahu bahwa aku adalah penyusup di keluarga mereka? Rencanaku untuk balas dendam akan berantakan!" desahnya. Anne masih memikirkan cara untuk keluar dari pesta ini. Dia tidak ingin mengizinkan satu orang pun mengambil gambar mereka.
Dring!
Bellatric menghubunginya lagi. Anne menghela napas panjang. Dia bergegas mengambil ponselnya itu.
"Kau di mana tadi? Aku tidak mendengarkannya, suaramu sangat kecil, Anne!" gerutu Bellatric sedikit kesal. Anne menghela napas frustasi.
"Bellatric, aku berada di pesta kelulusan Victor, mereka mengadakan pesta kelulusan di Barcelona dan aku terjebak!" gerutu Anne. Suaranya lirih.
"Terjebak bagaimana?"
"Ya, aku terjebak di sini, Bellatric. Seseorang akan mengambil gambar kami dan itu akan membahayakan aku."
"Aku harus bagaimana?" tanya Anne lirih. Dia kehabisan akal saat ini. Dan di luar sana Victor pasti sedang mencarinya karena dirinya sudah berada di toilet sangat lama.
"Oke, tenang dulu!"
"Kau tidak memiliki topeng atau semacamnya?" tanya Bellatric. Anne menatap tasnya dan tidak ada topeng dan sejenisnya.
"Kau memiliki lipstick?" tanya Bellatric lagi. Anne menunduk ke bawah dan mencari lipstrik yang berada di dalam tasnya.
"Aku memilikinya," ucap Anne. Dia mengambil lipstick itu dan tidak mengerti apa maksud sahabatnya.
"Coretlah wajahmu agar orang tidak akan mengenalmu. Buatlah wajahmu terlihat berbeda. Setelah itu, segeralah pergi!" perintah Bellatric. Anne menghela napas panjang.
"Membuat wajahku jelek?"
"Ya, segera lakukan itu. Kalo tidak, kau akan bahaya di Barcelona!" sambungnya lagi. Anne menatap wajah cantiknya melalui pantulan cermin. Sedikit ragu, dia mencoba mencoret pipinya dengan lipstick. Bahkan Anne membuat bibirnya telrihat lebar dari lipstick.
Setelah melakukan hal itu, Anne bergegas keluar dari toilet.
"Aku yakin, tuan Victor akan marah. Tapi ini lebih baik dari pada aku harus ditangkap di sini!"
Anne mempercepat langkahnya kembali ke tempat Victor. Seluruh pasang mata memandanginya dan tertawa. Anna mencoba menunduk sambil terus melangkah menuju Victor. Lelaki itu berdiri di lantai dansa.
***
Victor menatap benda persegi yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah setengah jam gadis itu berada di toilet namun sampai sekarang, Anne belum terlihat. Victor menghela napas panjang sambil melirik ke kiri dan ke kanan. Mencari sosok Anne yang sampai sekarang belum terlihat.
"Tuan Victor," panggil suara itu. Victor bergegas membalikan badannya dan menatap Anne yang sedang tersenyum. Bola mata Victor terbelalak melihat wajah perempuan itu.
"Kau~"
"Apa yang terjadi dengan wajahmu?"
"Kau membuatku malu saja!"
Anne menghela napas panjang. Dia menunduk karena ketakutan. Victor segera menarik tangan perempuan itu untuk mengikutinya. "Jangan kemana-mana, kita harus pulang!"
"Mengapa wajahmu tiba-tiba berubah? Apa yang terjadi di kamar mandi itu?" sahut Victor sambil terus mempercepat langkahnya masuk ke tailet. Anne hanya bisa terdiam membisu. Dia tersenyum puas karena sekarang orang tidak akan mengambil gambarnya. Wajahnya benar-benar jelek.
"Apa yang kau lakukan dengan wajahmu itu?" tanya Victor lagi. Anne tidak membuka suara. Anne segera masuk saat pengawal Victor membukankan pintu. Di dalam mobil, Victor terus memandanginya.
"Maafkan saya Tuan, tadi di luar, sesuatu terjadi dan …,"
"Dan apa?"
"Kau tahu kan, sekarang aku akan malu jika teman-temanku melihatmu seperti ini!" hardik Victor segera. Anne hanya bisa terdiam membisu. Anne menunduk.
"Kita harus pulang sekarang!"
"Jangan banyak alasan lagi!"
"Kau benar-benar membuatku malu, bersihkan wajahmu itu!"
Victor kemudian melempar tissue kepada Anne. Dengan cepat Anne membersihkan wajahnya dari coretan lipstick. Tidak lupa dia menghela napas lega.
Dring!
Ponsel Victor bergetar. Secepat kilat lelaki itu segera mengangkatnya.
"Kau membawah pelayan itu?" sahut Ares melalui sambungan telepon.
"Bukan urusanmu!"
"Itu urusanku!" balas Ares seketika.
"Aku yang memperkerjakannya dan aku yang akan bertanggung jawab!" sambungnya. Victor menatap Anne yang sibuk membersihkan wajahnya.
"Pelayanmu ini tidak berguna, dia mempermalukanku saja!" hardik Victor kemudian.
"Mempermalukanmu?" tanya Ares tidak mengerti.
"Ya, aku akan pulang. Tunggulah di rumah. Aku akan memberikan hukuman kepada gadis ini!" Anne yang memegang tissue segera membulatkan matanya. "Hukuman?" batinnya.
"Kau mau menghukumku?" tanyanya lirih. Victor menyimpan ponselnya kembali lalu menganggukan kepala.
"Ya, aku akan menghukummu!"
"Jadi, bersiplah di rumah!" jawab Victor. Anne menggelengkan kepala. Dia tidak memiliki salah. Mengapa lelaki itu ingin menghukumnya.
"Aku sudah melakukan apa yang kau inginkan, Tuan Victor. Mengapa melakukan ini? Aku tidak melakukan kesalahan!" jelas Anne membela dirinya. Sorot mata Victor begitu tajam dan seakan menembus netranya. Anne hanya bisa terus memandanginya dan bola mata mereka bertemu di udara.
"Kau tidak mengerti!" ucapnya.
Bersambung …