Arion dan Erina telah kembali ke apartemen setelah kondisi mama Karin lebih tenang. Arion merasa lebih tenang setelah kakek Damar dan nenek Risa juga kak Nara kembali ke rumah. Arion tengah menikmati susu hangat racikan sang istri. Sedangkan Erina masih berada di dalam kamar mandi membersihakn diri.
Ceklek..
Erina terkesiap ketika melihat Arion tengah duduk dan menatap ke arah Erina yang keuar dari kamar mandi mengenakan batrobe berwarna putih. Sontak Erina menyilangkan kedua tangan di atas bagian depan tubuh yang indah itu dan menatap tajam ke arah Arion yang menatap lekat Erina.
"Mas…" Erina berteriak ketika Arion menatap Erina tanpa berkedip
Arion mengacuhkan teriakan Erina yang menggema di kamar mereka. Arion mengerjapkan mata ketika Erina melempar handuk yang ada di atas kepala ke arah Arion sehingga Arion mendengus sebal.
"Wah.. Kekerasan dalam rumah tangga ini Rin," seloroh Arion
"Habis mas ngeselin sih. Erina teriak tapi mas tidak mendengar. Terpaksa Erina lempar handuk deh," balas Erina dengan perasaan bersalah
"Memangnya kenapa sih Rin?" tanya Arion pura-pura polos
Erina mendengus kesal dengan sikap Arion, 'Tidak usah pura-pura mas. Erina mau ambil baju. Mas balik kanan cepetan," seru Erina
"Kalau mas tidak mau bagaimana?" Arion meledek Erina
"Iya sudah tidak apa-apa mas. Erina tidur di kamar sebelah," tukas Erina memutar tubuh hendak melangkahkan kaki menuju pintu kamar namun tangan Arion lebih dahulu mencekal lengan Erina yang ramping
"Eh.. Jangan donk. Biar mas saja yang keluar. Mas akan menunggu kamu di balkon," sambung Arion
"Teima kasih Pak Arion.. Eh.. Mas.." Erina sengaja menggoda Arion lalu berlari menuju lemari mengambil baju
Arion menggelengkan kepala dengan tingkah istri mungilnya yang tengah berganti baju di dalam kamar. Ya. Ternyata menikah membuat kita bahagia. Jika tahu menikah itu seperti ini, mungkin Arion akan menikah dari dulu. Namun bagaimana jika istri Arion bukan Erina? Entahlah.. Wanita kampung itu yang bisa membuat hati Arion bahagia dan merasa tenang. Ah.. Entahlah.. Erina memang wanita yang unik bagi Arion. Kesederhanaan dan kejahilan yang dilakukan Erina kepada Arion setelah mereka resmi menjadi sepasang suami istri dapat merubah hidup Arion lebih berwarna dan tidak monoton. Bahkan senyuman dari kedua sudut bibir Arion akan terukir dengan indah jika tengah bersama Erina.
"Ayo.. Lagi melamun apa jam segini?" Erina menggoda Arion yang tengah berdiri di besi pembatas balkon dengan tiba-tiba
"Sudah?" tanya Arion singkat
Erina mengerutkan kening mendengar pertanyaan Arion yang tidak dapat dipahami Erina, "Apanya mas?" Erina bertanya balik kepada Arion
"Menggoda mas sudah apa belum?" tanya Arion
Erina berdesis dengan ucapan Arion, "Ih.. Siapa yang menggoda mas sih? Mas kan memang sedang melamun. Iya kan mas?' alibi Erina
Arion menahan senyuman melihat Erina salah tingkah lalu menjawil hidung Erina dengn gemas, "Kalau kamu menggemaskan seperti begini mas bisa tidak tahan lama-lama lho Rin."
Deg..
Erina langsung membisu mendengar ucapan Arion. Erina membuang tatapan menghindari kontak dengan Arion yang masih menatap lekat Erina. Rasa canggung menyelimuti diri Erina saat ini. Erina menyesal telah menggoda Arion beberapa saat yang lalu. Arion menipiskan jarak dengan Erina sehingga Erina semakin merasakan debaran jantung yang berdetak dengan tidak normal.
"Tidak usah gugup begitu Rin. Mas akan sabar menunggu kamu sampai kamu benar-benar siap. Bahkan sampai cinta itu ada dalam hati kita masing-masing mas juga akan sabar menunggu. Mas menikahi kamu bukan hanya demi nafsu. Mas ingin kita bahagia bersama menapaki kehidupan ini. Jika kamu bersedia mas ingin kita mnjalani hidup ini bersama hingga maut memisahkan. Bahkan jika Allah mengizinkan hingga kita bisa bertemmu di surga," ucap Arion yang semakin mendebarkan hati Erina
Perasaan Erina kini tengah bercampur aduk akibat ucapan Arion yang dapat menenangkan hati Erina. Arion membalikan tubuh Erina untuk menghadap ke arah Arion dengan memegang kedua bahu Erina. Kedua manik mata mereka bertemu lalu Arion mengunci tatapan Erina.
"Erina.. Mas tahu kita menikah bukan karena saling mencintai. Mas yang memaksa kamu untuk menikah dengan mas dengan tujuan mengindari perjodohan. Tapi seperti yang mas katakan kemarin, setelah mama menyukai kamu, mas mencoba merubah pikiran dan tujuan mas menikahi kamu. Mas juga tahu dan sadar tidak boleh mempermainkan pernikahan. Walaupun belum ada cinta di antara kita saat ini, apa kamu bersedia menemani mas dalam suka dan duka kapapun itu dan selamanya sampai maut memisahkan kita nanti Erina Qairen Natasha?" ucap Arion dengan tulus tanpa ada sedikitpun kebohongan dan keraguan yang Erina temukan dalam manik mata hitam legam milik Arion yang kini tengah Erina tatap
Erina terdiam sesaat mencoba untuk mencerna setiap kata yang telah diucapkan Arion kepada Erina. Tak lama kemudian Erina menganggukan kepala sebagai jawaban dari pernyataan Arion.
"Iya mas. Erina bersedia untuk menjalani sisa hidup dengan mas Atlanta Arion Hadiputra hingga maut memisahkan kita dalam keadaan apapun, suka dan duka walau belum ada cinta di antara kita saat ini," balas Erina mengulas senyuman manis yang menggetarkan hati Arion
"Terima kasih Rin. Aku akan membuktikan ke kamu tentang keseriusan aku dengan pernikahan kitn. Jangan pernah takut dan ragu untuk menegur aku jika aku salah dan berubah. Bahkan jika aku tengah emosi dan kasar sama aku, jangan pernah membiarkan aku sendiri, tetap dekap aku dan bersama aku untuk menenangkan aku, Rin," pinta Arion lalu mengecup punggung tangan Erina setelah meminta izin kepada Erina
"Iya mas. Jangan pernah lelah membimbing aku mas. Jangan pernah meneyerah menhadapi sikap aku yang terkdanga bahkan masih serng kekanakan. Aku percaya mas laki-laki yang baik yang bisa dipegang ucapan dan janjinya. Aku percaya mas orang baik. Walaupun di luar orang menganggap mas dingin dan datar seperti triplek," tukas Erina menyelipkan candaan di sana agar suasana malam ini tidak membeku dan hatinya kembali normal
Arion menjawil dagu Erina, " Kamu ini iya bisa-bisanya becanda saat kita tengah berusaha meciptakan suasana romantis begini," seru Arion
"Romantis?" Erina menaikan satu alisnya
"Iya Rin. Kita lagi mencoba romantis malam ini. Eh.. Kamu merusak suasana saja ih," sambung Arion gemas
"Romantis apaan mas. Kita berdiri seperti ini sampai kaki Erina pegal kok dibilang romantis. Romantis itu duduk dan makan malam dengan bunga disekeliling. Bukan berdiri," gurau Erina yang ditanggapi serius oleh Arion
"Bilang saja kamu mau candle light dinner Rin. Tidak usah pakai mutar-mutar tidak jelas begitu Rin," tegas Arion
"Eh.. Tidak mas. Erina tidak meminta itu. Erina hanya becanda mas. Serius.. Erina becanda mas.. Maafin Erina mas," ucap Erina menangkupkan kedua telapak tangan di dada
"Kamu tadi bilang lelah berdiri kan Rin?" Arion menaikturunkan alis sengaja menggoda Erina
Erina meringis menunjukan deretan gigi yang putih terawat itu. Arion terkesima dengan kecantikan Erina yang alami. Arion menggendong Erina ala bridal style dan tidak menghiraukan pekikan Erina yang cukup melengking di indera pendengaran Arion.
"Mas.." Erina memekik untuk kedua kali namun Arion mengacuhkan Erina
Erina mngehela nafas pelan ketika tidak mendapat tanggapan dari Arion yang berjalan masuk ke kamar menggendong Erina sembari menatap Erina. Erina melingkarkan kedua tangan di leher Arion dan pasrah diacuhkan oleh Arion