Kesibukan di pagi hari rutin dilakukan Erina setelah melaksanakan sholat subuh berjamaah bersama sang suami. Sebelum menikah Erina telah terbiasa dengan kegiatan pagi hari untuk membantu orang tua saat masih ada di dunia. Bukan hal yang luar biasa lagi bagi Erina untuk memasak dan membersihkan rumah. Semua telah dilakukan Erina sejak dulu.
"Rin.." Arion menghampiri Erina yang tengah menata masakan di atas piring oval.
"Iya mas," jawab Erina mengalihkan tatapan ke Arion setelah menata makanan itu dengan cantik.
"Nanti belanja perlengkapan rumah makan jam sepuluh iya. Natan bisa jam segitu Rin," terang Arion.
"Iya mas. Jam berapa saja tidak masalah mas. Tumben.. Mas tidak tidur lagi habis sholat subuh," ujar Erina
"Tidak mengantuk Rin. Mas ingin bantu kamu eh kamu sudah selesai masak," lanjut Arion
"Bagaimana kalau kita lari pagi saja mas. Sudah lama Erina tidak lari pagi," usul Erina
Arion meletakan jari telunjuk ke dagu seakan tengah berpikir keras, "Ayo. Kita ganti baju dulu."
Arion dan Erina kembali ke kamar untuk mengganti baju olahraga. Tak lama kemudian Arion dan Erina berlari pagi di sekitar apartemen. Tampak orang-orang tengah berolahraga di pagi hari yang terasa cukup dingin ini. Arion menatap Erina yang tengah berlari di hadapan dirinya dengan tatapan kagum terhadap sang istri yang selalu menutup aurat jika di luar rumah. Bahkan pakaian yang Erina kenalan sedikit lebih longgar dari ukuran tubuh. Erina tidak suka mengenakan pakaian yang pas dengan tubuh.
"Diminum mas.." Erina memberikan satu botol air mineral dingin yang baru dibeli kepada Arion yang tengah duduk di kursi taman
"Iya Rin. Terima kasih," balas Arion lalu meminum air mineral pemberian dari Erina setelah membuka tutup botol
Erina menatap Arion yang masih meneguk minuman dengan jakun tampak naik turun itu.
'Tampan," batin Erina memuji sang suami
Menyadari Erina yang tengah menatap lekat ke Arion lantas Arion sengaja menggoda sang istri.
"Kalau cinta ngomong Rin. Mas tahu kalau mas ini tampan kok," bisik Arion di telinga Erina
Erina terkesiap dan sadar dari lamunan, "Tampan? Bukan tampan mas. Tapi ngeselin iya mas," cibir Erina
"Pulang yuk ah Rin," seru Arion sembari merapikan pakaian olahraga yang dikenakan
"Ngapain mas? Jam sepuluh masih lama mas," Imbuh Erina
"Mas ingin kasih kamu hukuman agar tidak meledek mas terus Rin," goda Arion
Deg..
Jantung Erina berdetak sangat kencang mendengar apa yang dikatakan Arion kepadanya kali ini.
'Hukuman? Hukuman apa? Hukuman kenikmatan?' batin Erina dengan banyak tanya
Arion menahan rawa geli ketika melihat air muka Erina, "Rin.. Ayo.. Jangan kebanyakan melamun mikirin mas. Kamu nanti akan cepat jatuh cinta sama mas."
Erina yang telah kembali kesadarannya berdesis mendengar ucapan Arion yang tengah meledaknya, "Masih pagi mas. Jangan kebanyakan memggombal terus iya. Ayo.. Pulang. Erina lapar." Erina beranjak dari duduk lalau berjalan meningalkan Aeion yang masih terpaku melihat sikap Erina yang membalas ledekan Arion
Arion menggelengkan kepala dengan tingkah istri mungilnya yang tengah berjalan menuju unit apartemen. Arion menyusul sangat istri yang berjalan dengan langkah cepat meninggalkan Arion.
***
"Maaf Pak.. Kartu debit bapak tidak bisa digunakan," ucap petugas kasir kepada Narem yang tengah bersama Rika
"Coba yang ini mba," balas Naren menyerahkan kartu debit yang llain kepada petugas kasir
Petugas kasir bernama Sandra menerima kartu debit yang diberikan oleh Naren lalu mencoba menggesek ke alatkaetu namun tetap tidak bisa digunakan.
"Maaf Pak. Ini juga tidak bisa digunakan," lanjut Sandra
Naren mengeluarkan semua kartu debit dan kartu kredit yang dimiliki amun hasil yang diperoleh sama, kartu tidak data digunakan.
"Maaf Pak.. Kemungkinan kartu bapak diblokir," tukas Sandra
Duarrrr..
Naren membolakan mata dengan apa yang diucapkan petugas kasir.
Diblokir?
Bagaimana bisa?
Berbagai pertanyaan hadir dalam pikiran Narem. Sedangkan Rika merengek kepada
Naren setelah mengetahui kartu Naren tidak bisa digunakan.
"Ren.. Bagaiamana belanjaan aku? Katanya kami yang akan membayar?" ucap Rika
"Kamu melihat kan kartu aku tidak bisa digunakan? Kamu bayar pakai uang kamu dulu. Kalo tidak bisa kita tidak jadi belanja," jawab Naren
Rika mendengus kesal karena harus membayar semua belanjanya dengan uang sendiri. Padahal niat hati ingin menguras dompet Naren.
'Sial! Gagal!' batin Rika
Arion menghentikan langkah kaki ketika melihat Naren bersama Rika berada di depan kasir di tempat yang sama dengan Arion berbelanja siang ini. Erina mengikuti kemana arah tatapan Arion. Lantas Erina mengerti apa yang tengah menjadi obyek pandangan mata Arion. Erina mengusap lengan sang suami agar bersikap tenang dan tidak terpancing emosi.
"Mas.. Sabar.." ucap Erina mengulas senyuman manis yang seketika memenangkan jiwa Arion
"Iya Rin. Ayo.. Kita ke kasir." Arion mengajak Erina ke kasir untuk melakukan transaksi pembayaran barang belanja mereka
Arion bersikap acuh ketika berdiri mengantre di belakang Naren seakan tidak mengenal Naren. Erina yang berdiri di samping Naren masih merangkul lengan Arion sembari memberi ketenangan kepada sang suami. Naren yang tanpa sengaja menoleh ke belakang membulatkan netra ketika melihat Arion tengah berdiri mengantre di belakang dirinya.
"
A-Arion.." Naren terbata-bata mengucapkan nama sang putra
Arion bergeming di tempat dengan mengacuhkan Naren yang memanggil namanya. Sedmagkan Rika menyeringai saat melihat Arion di antara mereka. Pikiran licik datang menghampiri Rika.
"Ren.. Kan ada anak kamu iya.. Bagaimana kalau belanjaan aku anak kamu saja yang membayar?" ucap Rika
Naren mengacuhkan ucapan Rika dan masih menatap ke Arion yang berdiri bersama seorang wanita. Rika kesal saat Arion Naren mengacuhkan dirinya lalu meletakan belanjaan di meja kasir
"Mba.. Nanti belanjaan ini dibayar sekalian sama orang itu iya," ucap Rika dengan nada santai sembari menunjuk ke arah Arion dengan menggunakan jari telunjuk
Petugas kasir menanggapi ucapan Rika dengan menganggukan kepala. Arion yang mendengar apa yang diucapkan wanita rubah itu mengepalkan telapak tangan kanan dan kiri yang berada di samping tubuhnya.
"Kita pergi dari sini Rin. Kita cari tempat lain saja untuk berbelanja Rin. Daripada harus berurusan dmegan wanita rubah pelakor itu." Arion meninggalkan keranjang belanja lalu mengajak Erina pergi meninggalkan tempat itu
Naren masih tetap bergeming di tempat berdiri. Rika merasa kesal dengan Arion yang mengatakan dengan surat kencang tentang dirinya sehingga menjadi pusat orang-orang yang tengah berada di tempat yang sama dengan mereka lantas merengek kepada Naren.
"Ren.. Kami jangan diam saja donk aku dihina anak kamu yang kurang ajar kaya gitu," ucap Rika
"Ayo.. Pulang," tukas Naren singkat
Rika mendengus kesal saat Naren mengajak dirinya pulang dan tidak jadi berbelanja.