Arion membelah jalanan ibu kota dengan kecepatan sedang bersama Erina yang tengah duduk manis di samping kiri. Arion fokus terhadap kemudi. Walaupun jalanan ibu kota tidak padat setelah pukul delapan pagi, namun lalu lalalng kendaraan masih tampak di jalanan ibu kota. Ya. Arion dan Erina memutuskan untuk mengunjungi rumah kakek dan nenek di pagi hari setelah mereka sarapan untuk membahas apa yang disampaikan oleh Nara melalui smabungan telepon malam tadi. Arion dan Erina menunda pergi ke tempat usaha mereka dan meminta Matanya untuk mengurus semua pagi ini.
"Assalamu'alaikum.." Arion mengucapkan salam saat bibi membukakan pintu
Wa'alaikumslaam," balas bibi.
"Mama ada bi?" tanya Arion.
"Ada den. Nyonya sedang di ruang tengah menonton televisi Den," jawab bibi.
"Terima kasih bi.." Arion mengajak Erina masuk kedalam setelah mengucapkan terima kasih kepada bibi.
Karin tampak tengah menonton televisi bersama nenek di ruang tengah dengan santai. Arion dan Erina menghampiri mama dan nenek lalu mengecup punggung tangan mereka dengan takzim.
"Kamu ke sini kenapa tidak bilang mama dulu Ri?" tanya Karin.
"Arion mau bikin kejutan buat mama. Apa kabar mama dan nenek? Kakek lagi di kantor ma?" balas Arion.
"Kamu ini iya kebiasaan deh. Kalau kamu kabari mama dulu mama bisa masak yang enak buat kamu dan Erina. Iya Ri. Kakek di kantor," lanjut Karin.
Arion terkekeh dengan apa yang diucapkan Karin, "Arion dan Erina sudah sarapan ma. Kak Nara mana ma?"
"Kakak kamu sedang fitiing gaun pengantin. Kamu ada apa ke rumah Ri?" terang Karin.
Arion menceritakan apa tujuan datang berkunjung ke rumah kakek dan nenek. Karin dan nenek Risa mendengarkan cerita Arion dengan ekspresi yang sulit diartikan. Karin menghela nafas setelah Arion selesai menceritakan apa tujuannya.
"Mama tahu ini pilihan yang sulit. Tapi mama setuju dengan usul Erina. Kamu boleh mengundang papa ke pernikahan kakak kamu tetapi dengan satu syarat papa kamu dan Nara datang sendirian ke acara pernikahan kakak kamu nanti," ucap Karin menahan rasa sesak di dalam diri
Arion beranjak dari duduk menghampiri mama Karin lalu mendekap erat mama Karin. Erina yang melihat hal itu tersenyum dan merasa bangga dengan sang suami. Erina pernah mendengar jika ada laki-laki yang sangat menyayangi mamanya maka laki-laki itu akan menghargai dan menghormati wanita, terutama mama dan istrinya. Arion menghapus jejak air mata yang menetes di wajah Karin yang masih tampak cantik di usia yang tidak lagi muda itu.
"Mama yang sabar iya. Aeion akan selalu ada buat mama. Mama juga harus sehat. Arion sangat menyayangi mama.." Arion mengecup pipi mama Karin dengan sayang.
"Iya sayang.. Mama akan selalu kuat dan sabar buat kamu dan Nara. Mama harap kamu tidak akan seperti papa kamu iya sayang. Jaga Erina sayang. Cintai Erina sepenuh hati kamu. Mama tahu Erina wanita yang baik," ucap mama Karin sembari menatap Erina yang tengah menundukan kepala.
"Iya ma. Arion tidak hanya janji pada mama, nenek dan Erina, tapi Arion juga akan membuktikan jika Arion tidak akan seperti papa," balas Aeion menatap lekat mama Karin.
Karin mengulas senyuman hangat lalu mengecup kening putra bungsu dengan Naren. Rasa sedih yang sempat melintas di dalam hati Karin seketika hilang ketika melihat ketulusan dan kasih sayang Arion kepada mama Karin dan Erina.
***
Arion dan Erina kini telah berada di tempat usaha mereka untuk melakukan pengecekan yang terakhir kalinya sebelum mereka akan membuka usaha itu secara resmi. Arion juga telah menceritakan tentang usaha apa yang akan dijalankan bersama Erina dan Natan kepada mama dan nenek ketika Arion berkunjung ke rumah kakek dan nenek pagi tadi. Mama dan nenek merestui usaha yang akan mereka rintis dan merasa bangga dengan jalan pikiran Arion juga Erina yang ingin berjuang dari titik nol tanpa bantuan kakek, nenek dan mama. Walaupun Arion bisa kembali memimpin perusahaan namun Arion lebih memilih untuk merintis usaha bersama sang istri dan sahabat Arion, Natan.
"Kamu sudah mencari distributor daging dan sayuran kan Nat?" tanya Arion.
"Sudah Ri. Sudah beres semua. Kita tinggal membuka usaha kita secara resmi lusa. Aku juga sudah meminta tolong dengan teman kita untuk membantu kita dan aku langsung biakng jika belum bisa memberikan gaji tinggi di awal usaha yang akan kita rintis Ri," jawab Natan.
"Teman?" Arion mengernyitkan dahi mendengar ucapan Natan.
"Iya Ri. Kamu masih ingat Indra dan wiwi apa tidak Ri?" balas Natan.
"Indra? Wiwi? Sebentar.. Indra dan Wiwi teman kuliah kita kan Nat?" imbuh Natan
Natan menggelengkan kepala menjawab pertanyaan Arion, "Iya Ri. Indra dan Wiwi teman satu kelas kita saat kuliah dulu. Indra jago dalam bidang pemasaran. Sedangkan Wiwi jago dalam melayani pelanggan," terang Natan.
"Iya Nat. Kamu saja yang mengatur iya Nat. Bisa kan Nat?" tanya Arion
"Iya Ri. Kamu tenang saja. Aku akan mengatur semua demi kelancaran usaha kita. Kamu dan Erina sudah mbuat website dan aplikasi online usaha kita kan Ri?" sambung Natan.
"Sudah Nat. Semua sudah beres," sahut Erina dengan membawa nampan berisi tiga cangkir minuman seperti apa yang telah dipesan oleh Arion dan Natan.
"Istri aku sudah menjawab Nat. Kita sudah selesai mengerjakan tugas dari kamu pak guru," ledek Arion.
"Tugas yang lain sudah dikerjakan belum Ri?" tanya Natan dengan menyeringai.
"Tugas lain?" Arion menautkan kedua alis lalu menoleh ke arah Erina yang tampak mengernyitkan dahi.
Natan tertawa melihat ekspresi suami istri yang berada di depan Natan saat ini,
"Tugas bikin keponakan buat aku sudah kalian lakukan belum Arion dan Erina?" Tawa Natan menggema setelah mengucapkan hal itu kepada Arion dan Erina yang langsung membom akan kedua mata.
"Potong gaji pertama." Arion mengancam Natan yang selalu meledek mereka.
Natan langsung mengatupkan mulut dan menghentkan tawa mendengar ucapan dengan nada ancaman dari Arion.
Potong gaji?
Oh.. Tidak. Natan menggelengkan kepala ke arah Arion berharap Arion hanya becanda tentang potong gaji itu. Arion tersenyum smirk ke arah Natan yang tengah menatoa Arion penuh permohonan. Sedangkan Erina memilih diam dan menjadi pendengar perdebatan dua sahabat yang sama-sama sengklek menurut pandangan Erina itu.
"Makanya jangan rese jadi orang Nat. Giliran mendengar ootong gaji saja langsung mlenyot begitu. Payah ah kamu. Takut bangun kehilangan uang," sarkas Arion.
"Wajar dong Ri. Uang gaji itu aku tabung buat modal nikah nanti Ri. Aku juga pengin kali menikah dan punya istri. Biar ada yang menemani tidur dan bisa belah duren seperti kamu dan istri kamu, Ri," balas Natan.
Uhuk..
Uhuk..
Uhuk..