"Rin.."
Deg..
Detak jantung Erina semakin tidak menentu saat mendengar suara serak Arion dan hembusan nafas sang suami di leher Erina. Tubuh Erina membeku dengan sikap Arion malam ini. Pikiran liar Erina berkelana entah kemana saat ini. Otaknya mendadak seperti berhenti berpikir. Entahlah.. Sikap manis yang selalu ditunjukan Arion kepada Erina selalu mengalahkan logika dan akal sehat Erina. Arion tersenyum tipis sembari menghirup aroma wangi sang istri di ceruk lehernya. Arion juga tidak mengerti kenapa jika berada di dekat sang istri, Arion akan lepas kendali seperti saat ini. Walaupun hanya sekedar menggoda dan tidak pernah lebih dari itu. Arion menghargai Erina yang belum siap untuk menyerahkan diri seutuhnya kepada Arion mengingat pernikahan mereka tanpa cinta. Tapi atas paksaan dari Arion demi menghindari atau membatalkan perjodohan yang telah diatur oleh papanya.
"Rileks Rin. Jangan tegang begitu," ucap Arion menggoda Erina yang masih membeku di tempatnya berdiri
Erina membisu mengacuhkan ucapan Arion. Arion perlahan membalik tubuh Erina agar menghadap ke arah Arion. Erina menundukan kepala setelah berhadapan dengan sang suami yang tengah tersenyum dengan sangat manis kepada Erina.
"Eh.. Kenapa wajah kamu kembali pucat Rin?" tanya Arion seketika panik melihat wajah Erina yang tampak pucat pasi
Erina tidak menanggapi ucapan Arion. Tak berapa lama kemudian tubuh Erina merosot. Beruntung Arion dengan sigap menangkap tubuh Erina sehingga tubuh Erina tidak jatuh ke lantai kamar mereka.
"Erina.. Rin.. Rin," teriak Arion sembari menepuk pipi Erina ketika Erina memejamkan mata
Arion semakin merasakan khawatir yang luar biasa ketika mata Erina terpejam. Tanpa basa basi dmehan amaih mengenakan handuk yang melilit di pinggang, Arion menggendong Erina ala bridal style menuju ke tempat tidur. Arion membaringkan Erina dengan sangat hati-hati.
"Erina.. Rin.." Arion menepuk pelan pipi Erina yang masih tampak pucat
Tidak ada tanggapan dari Erina. Arion meraih ponsel yang tergeletak di atas nakas lalu menghubungi dokter pribadi untuk segera datang ke apartemen. Setelah menghubungi dokter pribadi, melangkahkan kaki dengan cepat menuju walk in closet untuk berganti pakaian.
"Bagaimana keadaan Erina, Jo?" tanya Arion kepada Jonatan dokter pribadi sekaligus sahabatnya
Jonatan mengulas senyuman tipis sebelum menjawab pertanyaan Arion, "Istri kamu, Ri?"
Arion mendengus kesal ketika Jonatan bertanya balik kepada Arion tanpa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Arion.
"Kebiasaan kamu tidak pernah berubah Jo. Iya Jo. Erina istri aku," jawab Arion
"Cantik. Bagaimana kamu bisa dapat istri cantik seperti ini Ri?" lanjut Jonatan
Tak..
Satu jitakan panas mendapat di kening Jonatan hadiah dari Arion yang merasa kesal dengan ucapan Jonatan. Sedangkan Jonatan mengusap ke ingat yang dijitak oleh Arion.
"Kamu iya suka banget main jitak kening kalau tidak lengan orang lain. Kalau kening aku penyok bagaimana? Apa kamu bisa mengganti kening aku. Harta berharga aku ini?" seloroh Jonatan
"Lebay. Salah siapa kamu tidak jelas begini. Aku kan nanya keadaan Erina doang. Malah kamu ngomong kemana-mana," sewot Arion
Jonatan terkikik geli dengan ucapan Arion. Ah.. Lebih tepatnya celotehan Arion. Hal itu tidak aneh bagi Jonatan yang telah mengenal Arion semenjak mereka kuliah.
"Wah.. Kamu beneran sudah berubah iya Ri. Aku masih ingat bagaimana kamu dulu antipati banget sama kaum hawa. Kenapa kamu sekarng on the way bucin Ri? Tapi tidak masalah sih kalau kami bucin, istri kamu cantik sekali. Cantiknya natural lagi," kelakar Jonatan
"Lebih baik kamu keluar dari sini deh Jo. Mending gue cari dokter lain saja yang lebih waras daripada kamu deh Jo," tukas Arion dengan wajah kesal
"Wow.. Santai Ri. Aku becanda Ri. Kamu juga tahu kan kalau aku bukan tukang tikung. Tapi aku salut sama istri kamu bisa merubah kamu dari yang dingin dan datar jadi Arion yang seperti sekarang. Walaupun sifat menyebabkan seperti tadi masih ada. Tapi itu wajar sih," imbuh Jonatan
Arion menghunuskan tatapan tak kepada Jonatan yang masih berceloteh itu. Jonatan memahami arti tatapan tajam Arion seketika mengangkat tangan pertanda menyerah.
"Istri kamu baik-baik saja Ri. Istri kamu sehat. Istri kamu hanya mengalami shock. Aku tidak tahu apa yang menyebabkan istri kamu shock sampai pingsan begini. Tapi saran aku iya Ri. Jangan sampai istri kamu mengalami shock lagi. Aku takut kamu jadi duren sawit Ri." Jonatan sengaja menghentikan ucapan untuk melihat reaksi Arion yang mengernyitkan dahi sembari menatap Jonatan, "Aku tidak ingin kamu menajdi duren sawit Ri. Duda keren banyak duit." Jonatan tergelak kencang dengan ucapannya sendiri
Arion berdecak kesal dengan apa yang diucapkan Jonatan. Dia sahabat itu masih berdebat dengan argumen masing-masing. Tanpa disadari oleh Arion dan Jonatan, Erina telah tersadar sejak Arion menanyakan keadaan Erina kepada Jonatan. Namun Erina sengaja belum membuka mata karena ingin mendengarkan pembicaraan antara Arion dan Jonatan. Erina mengulas senyum tipis ketika mendengar cerita masa lalu Arion dari Jonatan tentang bagaimana seorang Atlanta Arion Jadi putra. Erina merasa bersyukur memilikimu suami Arion. Laki-laki yang baik dan liat biasa. Walaupun perkenalan mereka diawal tidak baik. Erina memperoleh julukan dari Arion wanita kampung. Sedangkan Arion memperoleh julukam dari Erina manusia es dan papan triplek. Papapm triplek dengan tubuh uang sempurna sehingga Erina pingsan ketika melihat tubuh Arion bagian perut yang kotak-kotak itu.
***
Malam semakin larut, Arion belum tertidur dan menunggu Erina yang belum membuka sejak pingsan tadi. Jonatan telah pulang dari apartemen Arion tepat pukul sebelas malam setelah merasa puas bercerita dengan Arion. Jonatan marah ketika mengetahui Arion telah menikah beberapa waktu yang lalu tanpa mengundang Jonatan ke acara pernikahan Arion dan Erina. Namun Jonatan dapat memahami mengapa Arion tiska mengundang dirinya setelah mendengar alasan yang diungkapkan oleh Arion.
Arion duduk di kursi yang berada di samping tempat tidur Erina. Tangan kekar dan besar Arion menggenggam tangan mungil Erina yang terlelap. Ya. Erina memutuskan untuk kembali memejamkan mata setelah Arion dan Jonatan mengakhiri pembicaraan.
"Erina.. Aku minta maaf kalau tadi membuat kamu shock. Aku tidak ada niat untuk membuat kamu sakit seperti ini. Aku sedih melihat kamu yang biasa ceria dan jahil tiba-tiba begini. Sepi Rin tidak ada ulah jahil kamu malam ini. Aku mengakui kehadiran kamu memberikan warna tersendiri dalam kehidupan aku, Rin. Rin.. Please.. Bangun.. Besok kita saling iseng lagi Rin. Aku tidak masalah kalau kamu tiap hari jahil atau iseng ke aku, Rin. Aku bahagia kalau kamu bahagia Rin," ucap Arion sembari mengecup punggung tangan Erina
Erina tidak dapat mendengar keluh kesah Arion pagi hari yang buta ini karena Erina telah berada di alam mimpi. Arion menumpukan wajah di atas telapak tangan Erina yang masih berada dalam genggaman tangannya. Arion benar-benar merasakan kesedihan melihat kondisi Erina seperti ini. Perasaan menyesal menyelimuti dalam diri Arion ketika teringat kembali ketika Arion dengan sengaja keluar dari kamar mandi untuk menjahili Erina yang siang tadi terus menggoda Arion di hadapan teman-teman Arion.