Chereads / Jodohku CEO / Chapter 23 - Telepon Adik

Chapter 23 - Telepon Adik

"Jangan bilang kalian belum melakukan malam pertama."

Jeder..

Arion dan Erina tercengang lalu saling menatap setelah mendengar apa yang diucapkan Natan. Sedangkan Natan semakin merasa curiga melihat sikap Arion dan Erina yang salah tingkah dengan ucapan Natan.

"Jangan bilang apa yang aku ucapkan benar iya Ri?" seru Arion.

Arion menegakan tubuh berusaha menenangkan diri agar Natan tidak semakin merasa curiga kepada mereka.

"Rahasia perusahaan dong.. Iya kan sayang?" Arion meningkatkan tangan merengkuh bahu Erina.

Deg..

Erina terhenyak untuk beberapa detik dengan ucapan sayang dan sikap Arion sebelum menyadarkan diri jika Arion tengah berakting didepan Natan tidak merasa curiga.

"Iya sayang.. Rahasia.." Erina berucap penuh keyakinan sembari mengukir senyuman manis yang menggetarkan hati Arion.

Deg..

Arion merasakan hatinya berdebar dengan senyuman manis Erina. Bahkan Arion menyadari apa yang kini tengah dirasakan. Hatinya bergetar dengan senyuman manis Erina. Namun Arion masih belum berani menyimpulkan apa yang kini tengah dirasakan itu sebagai rasa cinta. Arion terkesima dengan senyuman manis Erina dan masih menatap lekat smag istri. Natan mengangkat kedua sudut bibir melengkung membentuk bulan sabit melihat Arion yang melihat Erina tanpa berkedip.

'Sepertinya Arion jatuh cinta ke Erina. Alhamdulillah,' batin Natan penuh rasa syukur jika benar Arion telah jatuh cinta kepada istrinya

***

Malam ini Arion dan Erina tampak sibuk dengan benda pipih di tangan mereka. Ya. Arion dan Erina tengah membuat website untuk memasarkan usaha baru yang akan mereka rintis. Arion, Erinadan Natan tidak hanya akan membuka usaha kuliner secara offline, namun mereka juga memiliki rencana untuk mengembangkan usaha kuliner mereka secara online.

Suara dering ponsel Arion menginterupsi aktivitas mereka. Arion meraih ponsel yang tergeletak diatas meja lalu melihat ID pemanggil. Arion menautkan kedua alis ketika melihat nama sang kakak tertera di layar ponsel. Arion memggulir tombol berwarna hijau untuk menerima panggilan dari sang kakak.

"Assalamu'alaikum.." Nara mengucapkan salam.

"Wa'alaikumsalam.. Ada apa kak?" jawab Arion sembari bertanya.

"Kamu belum tidur Ri?" tanya Nara.

Arion terkekeh dengan pertanyaan sang kakak, "Arion yang seharusnya nanya ke kakak. Tumben.. Kakak belum tidur. Biasa jam delapan kakak sudah bikin pulau. Pulau kapur dengan cat air iler kakak."

"Sejak kapan kamu suka becanda begitu Ri?" Nara menaikan satu alis di seberang line saat Arion bercanda kepadanya.

Deg..

Detak jantung Arion swkaan berhenti ketika kakaknya menanyakan hal itu. Ya. Arion juga tidak mengetahui sejak kapan Arion menjadi seorang yang suka bercanda renyah alias receh seperti ini. Sontak Arion menatap Erina sekilas yang tampak sibuk dengan pekerjaan di laptop.

"Arion.. Ri," panggil Nara ketika tidak ada suara dari seberang line

"Iya kak.. Arion di sini," balas Arion setelah membuyarkan lamunan.

"Kakak bingung Ri," imbuh Nara.

"Bingung kenapa kak? Boleh Arion tahu kak?" tanya Arion.

"Sebentar lagi kakak menikah.enurut kamu, kakak mengundang papa apa tidak?"

Arion menghela nafas kasar mendengar pertanyaan sang kakak. Pilihan yang berat bagi Arion. Pernikahan sang kakak tinggal menghitung hari. Arion mengerti bagaimana perasaan kakak saat ini. Jika yang menikah Arion maka tidak akan jadi masalah besar. Namun yang akan menikah kakak perempuan Arion sehingga yang wajib menikahkan itu papa kandung Nara, papa Naeen karena papa Naren masih hidup. Mereka tidak bisa menggantikan posisi papa Naren dengan wali hakim.

Naren kembali menghembuskan nafas kasar lalu mengusap wajahnya. Erina yang sedari tadi memperhatikan sikap Arion kalau Arion pertama kali menghela nafas kasar menatap ke arah Arion penuh dengan tanda tanya. Menyadari jika Erina tengah menatap dirinya, Arion menoleh dengan senyuman manis mengembang di kedua sudut bibir memberitahu ke Erina jika Arion baik-baik saja.

Arion kembali memfokuskan diri ke panggilan yang tengah terhubung dengan sang kakak, "Kak.. Jujur. Arion bingung dengan posisi seperti ini, ibarat kata maju kena mundur kena. Arion akan menanyakan dulu ke Erina nanti kak. Arion akan meminta saran Erina dulu kak. Apa kakak mengijinkan?"

Nara menganggukan kepala dari seberang line seakan Arion tengah melihat, "Iya Ri. Kakak mengijinkan kamu meminta saran ke Erina. Bagaimanapun Erina sekarang istri kamu. Jadi Erina sudah menjadi bagian dari keluarga kita Ri."

"Iya kak.. Lebih baik kakak tidur sekarang. Kakak kalau tidur kemalaman pasti besok sakit," seru Arion yang mengenal kakak kembarnya itu.

"Iya Ri. Terima kasih iya Ri. Assalamu'alaikum.." Nara menutup sambungan telepon setelah Arion membalas ucapan salam.

"Wa'alaikumsalam.." Arion membalas ucapan salam dari Nara lalu meletakan kembali ke atas meja dengan menghela nafas kasar untuk yang kesekian kali.

Erina yang telah menyelesaikan pekerjaan sejak beberapa menit yang lalu menutup laptop dan menggeser posisi duduk mendekat ke arah Arion.

"Kenapa mas? Ada masalah dengan kak Nara?" tanya Erina.

"Sebelum mas menjawab, boleh tidak mengecup bibir kamu?" balas Arion menggoda Erina dengan sengaja

Erina mendelikan mata tajam ke arah Arion lalu menutup mulut menggunakan kedua tangan yang mungil. Arion mengulum senyuman dengan tingkah Erina yang selalu membuatnya tertawa bahagia. Arion menutup laptop memutuskan untuk melanjutkan pekerjaan yang tertunda besok karena hari telah beranjak larut malam.

"Ayo.. Kita tidur.. Sudah pukul sebelas ini Rin," ucap Arion beranjak dari duduk menuju sembari mengavak rambut panjang Erina yang tergerai dengan indah

Erina menganga tidak percaya dengan sikap Arion yang tiba-tiba berubah dari jahil ke biasa. Namun ada perasaan bersalah yang menyelimuti hati Erina ketika belum bisa memberikan apa yang menjadi hak suaminya. Apalagi saat Arion meledek dengan meminta kecupan di bibir Erina dengan reflek menutup bibir dengan kedua telapak tangan. Erina menatap nanar ke arah laki-laki yang tengah berjalan menuju ke arah kamar dan kini telah menjadi suaminya itu.

***

"Mas.. Ingin dimasakin apa hari ini sama Erina?" tanya Erina setelah meletakan mukena ke tempat biasa.

"Apa saja Rin. Kalau kamu yang masak pasti aku akan makan sampai habis kok. Habis masakan kamu enak mirip dengan masakan mama," balas Arion yang tengah menyalakan laptop.

"Terima kasih mas. Aku ke dapur dulu. Mas klo mau tidur lagi juga tidak apa-apa," lanjut Erina dengan senyuman.

"Mas ingin melanjutkan pekerjaan yang semalam tertunda Rin. Tanggung.. Bentar lagi selesai. Kalau mas sudah selesai nanti bantuin kamu. Boleh kan Rin?"

"Iya mas."

Erina berjalan menuju ke dapur untuk memasak hidangan sarapan pagi ini. Sedangkan Arion kembali berkutat dengan pekerjaan yang tersimpan di laptop.

***

Arion membersihkan mulut setelah menikmati hidangan sarapan hari ini dengan menu sapi lada hitam, tumis brokoli dan capcay kuah. Erina yang hendak beranjak dari duduk untuk membersihkan peralatan makan mereka mengurungkan niat saat Arion meminta Erina untuk duduk kembali di kursi.

"Rin.. Ada yang ingin aku tanyakan sama kami," ucap Arion.

"Iya mas. Mas ingin menanyakan apa?" balas Erina.

"Sebentar lagi kan kak Nara akan menikah. Kak Nara bingung ingin mengundang apapun kandung kak Nara atau Pak Narendra apa tidak?" terang Arion dengan lesu

Erina menggengam tangan Arion yang berada di atas meja lalu mengusap dengan lembut, "Mas.. Erina Athu apa yang tengah ada dipikieanas saat ini. Namun satu hal yang harus mas ingat. Sebelumnya Erina minta maaf kalau kali ini Erina lancang dan ada salah bicara. Tidak ada bekas anak dan bekas ayah atau bekas orang tua mas. Apalagi kak Nara kan wanitas. Wanita kalau menikah kan yang menikahkan papa kandungnya jika masih hidup atau diketahui keberadaannya. Berbeda jika papa kandung kak Nara telah tiada atau pergi entah kemana."

Arion menatap Nara dengan tatapan yang sulit diartikan sehingga Erina merasa tidak enak hati jika ada ucapan yang menyinggung atau menyakiti hati Arion.

"Iya Rin. Mas juga tahu Rin. Mas memang membenci pak Narendra. Benci sekali Rin.

Tapi tidak bisa dipungkiri fakta yang ada kalau pak Narendra orang tua kandung mas dan kak Nara. Mas hanya menghargai dana menjaga perasaan mama kalau pak Narendra datang ke pernikahan kak Nara dengan wanita rubah itu Rin," tukas Arion jujur mengatakan apa yang ditakutkan.

"Iya mas. Erina mengerti apa yang mas takutkan saat ini. Bagaimana kalau kita tanya mama dan kakek terlebih dahulu mas? Kita tanya bagaimana baiknya mas. Kalau tidak kita bisa mengundang pak Narendra ke pernikahan kak Nara dengan satu syarat," imbuh Erina.

"Syarat?" Arion mengerutkan kening tidak mengerti dengan maksud ucapan Erina

Erina mengulas senyuman hangat, "Iya mas. Syarat. Pak Narendra boekh datang ke pernikahan kak Nara dan menikahkan kak Nara tapi pak Narendra tidak boleh datang bersama wanita yang kita temui tempo hari. Bagaimana mas?"

Arion mengangkat kedua sudut bibir melengkungkan senyum manis yang baru dilihat oleh Erina. Senyum manis Arion dapat menghipnotis Erina sesaat sebelum suara bariton sang suami masuk ke indera pendengaran Erina dan menyadarkan Erina dari lamunan.

"Mas setuju ide kamu, Rin. Sebelum pergi ke rumah makan nanti kita mampir dulu ke rumah kakak dan nenek iya Rin?" tukas Arion.

"Iya mas. Erina cuci ini dulu mas. Jangan melamun lagi iya mas. Nanti kesambet," seloroh Erina yang langsung berjalan meninggalkan Arion sebelum Arion memberikan hukuman kepada Erina.

Arion menggelengkan kepala dan tersenyum dengan tingkah Erina yang selalu saja bisa menenangkan hati Arion dan meredakan amarah Arion. Ah.. Ternyata begini rasanya memiliki istri seorang Erina Qairen Natasha yang dulu mendapatkan julukan wanita kampung dari Arion.