Pekerjaan rumah tangga Erina hari ini telah selesai tepat pukul setengah delapan malam. Erina tengah menikmati waktu santai sembari memakan camilan di ruang televisi. Sedangkan Arion tengah menghubungi Natan di kamar. Kebosanan menyelimuti diri Erina ketika tidak ada tayangan yang bagus disaluran televisi kabel berlangganan itu. Erina mematikan televisi lalu melangkahkan kaki menuju ke kamar untuk menggosok gigi dan membersihakan wajah sebelum beristirahat malam ini.
"Rin.." Arion memanggil Erina yang hendak berbaring di atas tempat tidur.
"Iya mas," jawab Erina mengurungkan niat untuk beristirahat lalu menghampiri sang suami yang tengah duduk di sofa.
"Mas tadi habis menghubungi Natan. Terus Natan setuju kalau kita membuka usaha kuliner seperti hoby kamu. Jadi kita akan membuka usaha bersama Ri. Bagaimana menurut kamu, Rin?" terang Arion.
Erina mengerjapkan mata mendengar apa yang dikatatakan Arion. Tatapan mata Erina tidak lepas dari wajah tampan sang suami. Sungguh. Erina terhenyak mendengar sang suami mengatakan jika mereka akan membuka uaha bersama. Usaha kuliner yang selama ini menjadi impian Erina, namun belum dapat diwujudkan olehErina akibat keterbatasan dana yang dimiliki oleh Erina.
Arion melambaikan tangan di depan wajah Erina yang tengah melamun. Satu kali tidak ada tanggapan dari Erina dimanfaatkan Arion untuk menggoda sang istri.
"Nanti mas cium lho iya Rin kalau kamu masih melamun terus begitu. Mas tahu kalau mas itu tampan. Tapi tidak usah begitu juga melihat mas, Rin," bisik Arion di telinga Erina yang membuat bulu kuduk Erina meremang sehingga Erina tersadar dari lamunan.
"Apa mas?' tanya Erina.
"Mas tampan kan Rin?" Arion menggoda Erina.
Erina berdesis dengan ucapan sang suami, "Mas terlalu percaya diri sekali sih,' tukas Erina.
"Iya dong Rin. Wajib. Buktinya kamu menatap mas sampai begitu. Dipanggil mas saja tidak mendengar," sambung Arion.
Erina menggaruk kepala yang tidak gatal merasakan salah tingkah dengan aaapa yang dikatakan sang suami. Ya. Arion suaminya memang tampan, namun bukan itu yang tengah Erina pikirkan saat ini. Erina masih belum percaya dengan apa yang dikatakan Arionn tentang usaha kuliner bersama. Ah.. Baiklah. Lebih baik Erina mengalihkan topik pembicaraan saja daripada Arion menggoda Erina kembali.
"Mas.. Ehm.. Itu benar kita ehm maksud Erina, mas dan Natan akan membuka usaha kuliner?" Erina merasa canggung ketika Arion terus menatap lekat ke arah Erina
Arion menahan senyuman ketika menyadari jJika sang istri tengah merasakan canggung sehingga Erina merasa salah tingkah.
"Kok mas dan Natan saja sih Rin? Kita yang akan membuka usaha kuliner bareng Rin. Mas, kamu dan Natan," imbuh Arion
"Erina?" tanya Erina menunjuk diri sendiri menggunakan jari telunjuk
"Iya. Erina Qairen Natasha istri Atlanta Arion Ragasa yang akan menjadi chef usaha kita nanti," goda Arion menjawil hidung sang istri
Erina mendengus sebal dengan sikap Arion yang terus menggodanya. Eh. Tapi di dalam hati Erina merasa senang karena ternyata Arion bisa bersikap renyah seperti ini, berbeda denagn sikap Arion yang dingin ketika pertama kai mereka bertemu di perusahaan denagn posisi Arion ssebagai atasa Erina atau CEO. Erina tidak pernah bermimpi jika akan menikah dengan seorang Arion yang terkenal memiliki sifat dingin dan datar kepada klien bisnis dan wanita di luar.
Arion mengajak Erina berdiskui tentang rencana membuka usaha kuliner yang akan mereka rintis bersama Natan. Banyak hal yang mereka diskusikan termasuk tentang dana, tempat dan konsep usaha kuliner yang akan mereka rintis. Berbekal pengalaman Erina yang pernah bekerja di rumah makan ketika masih berada di kampung halaman dan di cafe cahaya beberapa waktu lalau, mereka memutuskan untuk membuka usaha dengan konsep masakan nusantara lebih mendominasi walaupun mereka tetap akan menyediakan menu makanan selain masakan Indonesia. Untuk sementara waktu Erina akan menjadi chef tunggal di usaha yang akan mereka rintis mulai minggu depan setelah mendapatkan tempat yang strategis. Erina akan dibantu oleh Arion karena Arion dapat memasak walaupun tidak seperti Erina. Sedangkan Natan bertugas untuk mencari lokasi. Hal itu seperti apa yang dipertimbangkan Arion. Ya. Arion mengenal bagaiaman Natan dengan pergaulan yang luas. Natan sering mengunjungi tempat-tempat yang ramai sehingga Natan dipastikan memiliki banyak refrensi mengenai bagaimana tempat yang tepat untuk usaha mereka nanti. Modal mereka mendapatkan dari iuran bertiga yang akan digabungkan.
Tanpa terasa hari telah beranjak larut malam, Arion mengajak Erina mengistirahatkan tubuh sebelum adzabn subuh berkumandang beberapa jam yang akn datang.
***
Arion dan Erina tengah berkutat di layar laptop mereka setelah menyantap hidangan sarapan pagi hari ini. Sinar matahari pagi yang menyelusup masuk ke aparteman Arion melalui celah jendela yang sengaja dibuka oleh Erina menghangatkan Suasana apartemen. Arion dan Erina tengah mengerjakan konsep, visi , Misi dan tengah mencari reefrensi untuk menambah kreasi menu yang akan mnjadi menu andalan di rumah makan yang akan mereka buka beberapa waktu yang akan datang.
"Rin.." Arion emamnggil Erina tanpa mengalihkan tatapan dari benda pipih di hadapan Arion
"Iya mas.." Erina menggeser posisi duduk masih memangku laptop yang tampak menyala
"Kalau seperti ini bagus tidak?" tanya Arion menunjukan desain rumah makan yang akan mereka rintis
Erina meletakan laptop di atas meja lalu memiutar laptop Arion setelah meminta ijin ke sang suami. Erina mengamati apa yang berada di layar laptop milik Arion. Erina mengukir senyum manis yang menggetarkan hati Arion ketika Erina menoleh ke arah Arion.
"Konsep desain bagus mas. Mewah dan elegan. Simple juga mas. Tapi apa tidak sebaiknya ditambah tempat makan lesehan untuk mereka yang ingin menikmati makanan dengan santai atau tidak suka duduk di tempat duduk. Kalau bisa juga ditambah spot untuk berfoto bagi mereka yang ingin mengabadikan kebersamaaan ketika makan di tempat kita mas. Apalagi para remaja pasti sangat suka berswafoto atau selfi mas," terang Erina
Arion terkesima dengan kepandaian Erina dalam menelaah sesuatu dengan baik. Arion menatap lekat wanita cantik yang tidak pernah mengenakan hijab di rumah ketika bersama Arion. Padahal Arion tidak meminta Erina melakukan hal itu, namun Erina menyadari jika di dalam rumah Erina milik Arion seutuhnya walaupun Erina belum siap untuk melayani kebutuhan biologis Arion. Ah.. Wanita atau gadis kampung yang dulu selalu dibentak dan dihina ini memiliki nilai lebih di mata Arion walaupun mereka baru menikah selama tiga hari, namun kebersamaan Arion dengan Erina dapat mengenalkan mereka dengan pribadi mereka. Terlalu dini memang menyimpulkan pribadi mereka masing-masing, namun paling tidak dengan saling mengenal maka mereka akan dapat memahami secara perlahan satu sama lain.
"Mas.." Erina menoleh ke arah Arion yang berada di samping tengah menatap lekat
Cup..
Arion dan Erina terbelalak ketika tanpa sengaja bibir Aarion mengecup atau menyentuh pipi Erina. Ya. Erina menoleh ke arah Arion yang tidak menanggapi ucapannya dan tidak menyadari jika posisi wajah Arion hanya berjarak kurang dari dua centi dengan wajahnya saat Erina menatap ke layar laptop.
Arion mengerjapkan netra ketika menyadari apa yang baru saja terjadi di antara mereka, "Maaf Rin. Mas tidak sengaja," ucap Arion canggung
"I-Iya mas. Erina juga salah kok," balas Erina menundukan kepala menutupi rona wajah yang kini bersemu.