Arion dan Erina kini telah berada di kamar mereka. Arion duduk di sofa yang terletak di seberang tempat tidur. Sedangkan Erina di atas tempat tidur sembari memainkan ponsel setelah menghubungi Maya. Erina menatap Arion yang tengah berkutat dengan lembaran-lembaran kertas di hadapannya yang sekali tidak diketahui oleh Erina. Ponsel Erina letakan kembali di atas nakas, lalu Erina berjalan menghampiri Arion.
"Pak.." Erina memanggil Arion setelah duduk di samping sang suami.
"Hem," gumam Arion tanpa mengalihkan tatapan dari lembaran-lembaran kertas ada di hadapannya.
"Saya ingin meminta maaf atas perkataan yang tadi. Saya tidak ada maksud untuk menyinggung perasaan Pak Arion," ucap Erina memilih ujung baju tidur yang dikenakan.
Arion meletakan kertas yang berada di tangan ke atas meja lalu menghela nafas pelan. Arion menatap ke arah Erina yang tengah menundukan kepala.
"Angkat kepala kamu. Dengarkan apa yang akan saya katakan," pinta Arion.
Erina menurut dengan perkataan Arion lalu mengangkat kepala. Namun Erina belum berani menatap Arion.
"Saya menikahi kamu awalnya memang untuk menolak perjodohan yang telah direncanakan oleh orang tua saya. Namun pikiran dan niat saya berubah ketika melihat mama snagta menyayangi kamu dan menerima kamu sebagian menantu mama. Sejak itu saya meyakinkan untuk menjalani pernikahan dengan tulus. Walaupun cinta belum hadir di antara kita, namun itu bukan masalah bagi saya. Dan tolong.. Kamu itu tanggung jawab saya sepenuhnya. Saya tidak melarang kamu untuk melakukan apapun. Termasuk ungil bekerja. Tapi saya harap kamu tidak menggunakan waktu kamu secara penuh untuk bekerja. Saya bukan tipikal orang yang harus selalu dilayani. Tapi disini kita harus sama-sama tahu Dadan paham posisi kita saat ini. Suami istri. Sah. Buka kontrak selerhit di novel-novel itu. Saya tidak seperti dulu lagi tapi saya masih punya tabungan yang bisa untuk memenuhi kebutuhan keluarga kita. Disini saya sebagai kepala keluarga yang wajib menafkahi istri dan anak kita nanti jika kamu telah siap. Satu hal lagi, saya tidak akan memaksa kamu untuk melayani saya urusan ranjang. Saya kembalikan ke kamu tentang itu. Saya akan menunggu kamu sampai kamu siap," terang Arion mengunci manik mata hitam milik Erina.
Mata Erina berkabut mendengar ucapan sangat suami tulus dalam mengucapkan itu tanpa ada kebohongan dari manik maya yang kini tengah menatapnya. Ya. Erina memberanikan diri membalas tatapan Arion dengan lekat untuk mencari suatu kebohongan di dalam sana, namun Erina tidak menemukan hal itu. Ketulusan dan kejujuran yang terpancar dari manik mata Arion menyentuh relung hati Erina. Bahkan Erina tidak pernah menyangka jika Arion akan menganggap pernikahan mereka dengan serius.
Tes..
Satu tetes buliran bening membasahi wajah cantik Erina. Arion menghapus air mata di wajah Erina dengan menggunakan ibu jari lalu tersenyum ke arah Erina.
"Tidurlah.. Ini sudah larut malam Rin. Besok kita akan membicarakan ini lagi," ucap Arion.
"Mas juga tidur iya kan sudah larut malam. Tidak baik untuk kesehatan mas," balas Erina memberanikan diri memanggil Arion dengan sebutan mas.
Arion tercengang ketika Erina memanggil dengan kata mas. Melihat ekspresi Arion lantas Erina menutup mulut dengan telapak tangan.
"M-Maaf," cicit Erina.
"Untuk?" tanya Arion menautkan kedua alis.
"Kelancangan saya memanggil Pak Arion dengan kata mas," jawab Erina pelan.
Arion mengacak gemas rambut Erina yang tergerai dengan indah lalu tertawa renyah, "Sudah tidur sana Rin. Ini sudah pukul dia belas malam Rin. Besok kamu kesiangan masak sarapan untuk mas."
Erina terbelalak tidak percaya dengan apa yang diucapkan Arion. Arion kembali mengangkat kedua sudut bibir membentuk senyuman manis yang tanpa Erina sadari telah menggetarkan hati Erina.
"P –" Erina tidak melanjutkan ucapan karena dipotong oleh Arion.
"Tidur atau mas kecup bibir kamu sekarang," titah Arion menggoda Erina yang langsung berjalan ke tempat tidur.
Arion mengulum senyum dengan tingkah Erina yang menggemaskan. Erina menarik selimut untuk menutupi tubuh hingga leher lalu menatap sang suami yang kembali sibuk dengan lembaran-lembaran kertas diatas meja. Tidak lama kemudian Erina memejamkan mata menuju ke alam mimpi.
Arion memandang wajah Erina yang tenang dalam tidur sembari tersenyum tipis. Ya. Arion tidak pernah menyangka sebelum ini jika gadis kampung yang selama ini dihina oleh Arion akan menjadi istrinya. Satu yang baru disadari oleh Arion jika gadis kampung itu cantik alami dengan atau tanpa hijab yang selalu melekat di mahkota bagian atas tubuh Erina.
"Cantik," gumam Arion.
***
Adzan subuh berkumandang terdengar dengan merdu di indera pendengaran Erina. Sontak Erina mengerjapkan mata menyesuaikan pandangan dengan cahaya lampu kamar yang terang. Erina merasakan ada sesuatu yang menindih di perut sehingga terasa berat. Erina membelalaka mata ketika melihat sebuah tangan kelar dan berotot melingkar di atas perut. Erina memeriksa tubuh yang tertutup selimut dan merasakan lega ketika mendapati tubuh masih mengenakan pakaian lengkap.
"Masih utuh kok. Belum mas apa-apain," ucal Arion dengan suara serak.
Erina tehenyak mendengar suara bariton sang suami laku menutup wajah dengan menggunakan telapak tangan. Malu. Erina merasakan itu karena tidak menyadari jika Arion telah bangun dari tidur.
"Jangan ditutupi wajah cantik kamu dong Rin," seru Arion.
Erina membuka wajah yang ditutupi dengan tangan lalau menatap wajah Arion khas bangun tidur yang tetap terlihat tampan itu.
"Sholat subuh yuk mas. Aku ambil wudhu duluan iya mas.." Erina turun dari tempat tidur menunju ke kamar mandi dengan langkah seribu untuk menutupi rasa malu kepada Arion.
Arion tersenyum simpul merasa bahagia dengan tingkah Erina. Lagi dan lagi.. Entah kenapa Arion bisa merasakan kebahagiaan seperti ini bersama Erina yang dijuluki gadis kampung oleh Arion sebelum mereka menikah.
***
Erina dan Arion kini tengah menikmati sarapan pertama mereka sebagai sepasang suami istri. Ya. Setelah melaksanakan sholat subuh, Arion membantu Erina memasak di dapur dengan bahas yang seadanya. Arion dan Erina menikmati kebersamaan mereka ketika memasak sembari bersenda gurau. Arion menyiapkan masakan di atas meja makan, sedangkan Erina mencuci peralatan masak yang baru saja digunakan. Arion dan Erina memutuskan untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum sarapan bersama.
"Rin.. Nanti kita belanja kebutuhan dapur iya. Jangan lupa kebutuhan kamu jmnuga iya Rin," ucap Arion setelah membersihkan mulut.
"Iya mas. Jam berapa iya mas?" jawab Erina.
"Kenapa Rin? Kamu tidak bisa atau keperluan lain?" tanya Arion.
Erina menggelengkan kepala, "Tidak mas. Erina hanya ingin membersihkan apartemen. Tugas ibu rumah tangga mas."
"Nanti mas bantu Rin. Kita pergi belanja siang setelah sholat dhuhur bagaimana Rin?" ujar Arion.
"Iya mas." Erina meneguk air putih digelas setelah tidak ada pembicaraan lagi di antara mereka.