"Saya terima nikah dan kawinnya Erina Qairen Natasha dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." Arion mengucapkan ijab qabul dengan satu tarikan nafas dan tegas.
Sah..
Sah..
Sah..
Kalimat sah yang diucapkan oleh pada sakit pernikahan Arion dan Erina menggema di ruang tamu rumah kakek Damar dan nenek Risa siang hari ini. Semua yang berada dalam ruang tamu menghadiri acara pernikahan Arion mengucapkan rasa syukur atas kelancaran proses akad nikah Arion dan Erina.
Ya. Arion memutuskan untuk menikahi Erina dalam waktu lebih cepat dari apa yang telah direncanakan sebelumnya oleh Arion. Erina sempat menolak renaca Arion mempercepat pernikahan mereka. Namun pada akhirnya Erina menerima rencana Arion setelah Karin, kakek dan nenek Arion membantu menjelaskan kepada Erina alasan Arion mempercepat pernikahan mereka. Karin meminta kepada Erina agar Maya tinggal bersama mereka untuk menemani di rumah pribadi Kawin mengingat dalam waktu dekat Nara juga akan melangsungkan pernikahan dengan laki-laki pilihan orang tuanya. Erina menyerahkan keputusan kepada Maya, walau Erina merasa keberatan melepas Maya bersama Karin, namun Erina dapat memahami alasan Karin.
Arion sengaja tidak mengundang appa ke acara pernikahan dengan Erina. Mungkin kebencian Aeion terhadap papa Maren telah mendarah daging. Bahkan papa Maren tidak ada niatan untuk menjemput mama Karin. Hal itu semakin menumbuhkan rasa benci dalam diri Arion terhadap papa Maren. Pernikahan Arion dan Erina dilangsungkan dengan sederhana seperti apa yang diminta oleh Erina. Arion memenuhi permintaan Erina syarat apapun.
Setelah rangkain acara proses pernikahan Arion dan Erina berakhir, Arion meminta izin kepada mama, kakek, nenek dan kak Nara untuk langsung membawa Erina untuk tinggal di apartemen yang dibeli Arion dengan menggunakan uang jerih ayah sendiri. Karin merasa sempat menolak permintaan Arion karena Karin em rasa belum dapat untuk berpisah dari Arion dalam waktu secepat ini. Namun papa Damar dan mama Risa memberikan pengertian kepada Karin yang pada akhirnya menerima keputusan Arion. Setelah berpamitan dengan keluarga, Arion dan Erina meninggalkan rumah kakek dan nenek menuju apartemen Arion yang berada di wilayah Jakarta Selatan.
***
"Saya tidur dimana pak?" tanya Erina ketika mereka telah sampai di aparteman Arion.
"Kamu tidur satu kamar dengan saya," jawab Arion datar.
Duarrrr..
Erina terhenyak dengan apa yang diucapkan Arion, "M-Maksud Pak Arion?"
"Kita tidur satu kamar. Pernikahan kita bukan pernikahan kontrak seperti apa yang ada di novel," lanjut Arion.
"Baik Pak.." Erina memilih mengalah daripada harus berdebat dengan Arion.
Arion mengajak Erina menuju ke kamar untuk merapikan baju yang dibawa oleh Erina. Erina memandang setiap sudut kamar Arion yang luas dan mewah. Kamar yang tertata sangat rapi, bersih dan wangi dengan dominasi cat berwarna biru ini terasa nyaman untuk ditempati. Apalagi selama ini Erina tinggal di rumah yang kecil bersama dengan kedua orang tua yang telah berada di surga.
"Kalau kamu sudah selesai meepaikna baju, kamu boleh mandi dulu. Saya ingin menghubungi Natan dulu untuk membicarakan rencana membuka usaha bersama," tukas Arion smwbaei berjalan menuju balkon kamar setelah Erina menjawab ucapannya.
"Baik pak," balas Erina lalu melanjutkan kembali merapikan baju ke dalam lemari
***
Erina tengah sibuk di dapur memaksa hudnagan makan malam mereka dengan bahan yanga da di dalam lemari pendingin yang berada di dapur apartemen Arion. Aroma masakan yang dihirup sangat lezat di indera penciuman Arion menggerakan jiwa Arion untuk mencari tahu darimana sumber aroma masakan itu. Arion menautkan kedua alis ketika melihat Erina tampak sibuk berada di dapur dengan menggunakan apron berwarna biru muda yang biasa digunakan Arion untuk memasak ketika Arion tengah berada di apartemen.
"Kamu masak apa?" tanya Arion
Erina menghentikan aktivitas yang tengah mengolah masakan di atas penggorengan ketika mendengar suara bariton Arion yang mulai dikenali oleh Erina. Sebelum membalikan badan ke arah Arion, Erina mengecilkan api agar masakan tidak gosong.
"M-maaf pak kalau saya lancang menyentuh dapur," ucap Erina merasa bersalah tanpa menjawab pertanyaan Arion.
"Saya tanya kamu masak apa Erina? Bukan menyalahkan kamu," tukas Arion dengan sedikit kesal.
Erina menggaruk tengkuk yang tidak gatal sembari melirik dengan ketakutan ke arah Arion yang tengah menatapnya.
"Saya masak sesuai nahan yang ada di lemari pendingin pak," jawab Erina.
Arion mengernyitkan dahi dengan jawaban Erina yang tidak dapat dimengerti oleh Arion karena Arion tidak mengetahui apa yanga da di lemari pendingin apartemen. Ah. Lebih tepatnya Arion lupa isi lemari pendingin karena Arion tidak membuka ketika terakhir kali ke apartemen.
"Kalau bicara yang jelas donk Rin. Jangan ngajak main teka teki begitu. Kalau mengajak bikin anak sih ayo saja," tukas Arion dengan candaannya.
Glek..
Erina menelan saliva ketika mendengar ucapan Arion. Erina menatap Arion sekilas yang tengah mengulum senyum itu. Ya. Arion itu suaminya. Arion berhak atas diri Erina seutuhnya saat ini. Namun Erina merasa belum siap untuk melayani Arion. Ah.. Lebih tepatnya melayani kebutuhan biologis Arion.
Arion mengulum senyum melihat ekspresi Erina. Entah kenapa ada kebahagiaan tersendiri ketika Arion berhasil menggoda Erina. Bahkan rona merah di wajah Erina terlihat menggemaskan bagi Arion.
"Rin.. Masakan kamu gosong," teriak Arion sengaja menjahili Erina yang masih terkesiap setelah mendengar ucapan Arion.
Erina yang tersadar dari lamunan seketika memutar tubuh menghadap ke penggorengan yang berada di belakang tubuhnya. Erina merengut ketika menyadari tengah dijahili oleh Arion.
"Pak Arion.." Erina berteriak memanggil Arion yang telah meninggalkan dapur dengan tergelak kencang merasakan bahagia telah berhasil menjahili Erina.
Erina matikan kompor lalu menuangkan masakan ke piring oval yang diambil Erina dari kitchen set yang berada di dapur Arion.
Arion mengerjapkan mata ketika merasakan betapa nikmat masakan Erina. Menu yang Erina masak malam. Ini sangat sederhana yakni omelet sayur dan semur telur karena hanya ada dua bahan di lemari pendingin yang bisa dimasak oleh Erina. Sedangkan Erina menikmati hidangan makan malam dengan suasana hening tanpa berbicara sama sekali. Perasaan kesal masih menyelimuti dalam diri Erina ketika Arion menjahilinya di dapur tadi.
"Pak.. Apa saya boleh membuka usaha?" tanya Erina stelah makan malam dan merapikan perlengkapan makan malam mereka.
Ya. Erina telah merapikan perlengkapan yang dipakai mereka ketika mereka makan malam. Arion dan Erina kini tengah duduk santai di ruang tengah sembari menonton tayangan televisi. Arion mengangkat satu alis lalu menoleh ke arah sebelum menjawab pertanyaan Erina.
"Usaha apa Rin? Saya masih bisa menafkahi kamu. Walaupun saya sudah tidak seperti dulu. Tapi saya masih ada tabungan untuk hidup kita," jawab Arion.
Deg..
Erina merasakan tidak enak setelah mendengar tanggapan dari Arion. Bahkan Erina merasa jika ada kesalahan dalam berucap dan menyinggung perasaan Arion. Padahal Erina tidak bermaksud seperti itu. Erina hanya merasa bosan jika bediam diri dirumah tanpa melakukan aktivitas seperti apa yang selama ini telah dilakukan Erina. Erina menggigit bibir bawah untuk mengulang kan perasaan bersalah yang tengah menyelimuti dirinya.
"Jangan menggigit bibir bawah akmu seperti itu. Nanti yang ada saya akan memakan kamu malam ini."
Deg..