Arion masuk ke dalam rumah kakek dan neneknya dengan wajah penuh amarah. Kilatan mata menunjukan betapa besar amarah Arion saat ini. Arion langsung memeluk mamanya yang tengah duduk di ruang keluarga bersama kakak juga kakek nenek. Arion menghamburkan tubuh ke dalam tubuh Karin. Arion mendekap erat tubuh kecil mamanya yang tampak mulai ringkih. Karin terkesiap dengan sikap Arion membalas dekapan erat sang putra dengan penuh hari. Arion tidak dapat menahan air mata yang menetes membasahi wajah tampannya ketika berada dalam dekapan sang mama. Baju begetar Karin menandakan jika sang mama merasakan kesedihan yang mendalam dengan masalah yang terjadi saat ini.
Arion mengurai pelukan dari sang mama lalu mengusap air mata yang membasahi wanita tercintanya dengan menggunakan ibu jari, "Mama jangan sedih.. Arion minta maaf ma. Ini semua kesalahn Arion, ma," ucap Arion dengan tatapan sendu
Nara menggelengkan kepala dengan jawaban sang putra, "Tidak nak. Ini semua bukan salah kamu. Ini salah mama yang terlalu percaya dengan papa kamu. Mama tidak pernah menyangka jika papa kamu akan seperti ini lagi ke mama. Maafkan mama Arion, Nara.. Mama tidak dapat memaafkan kesalahan papa kamu kali ini. Mama lelah menghadapi papa kamu. Mama menyerah," balas Karin lalu menundukan kepala.
Arion mengangkat wajah mama dengan jemarinya agar mama menatap ke Arion, "Ma.. Apapun keputusan mama, Arion akan mendukung. Demi kebahagiaan mama. Arion tidak rela jika mama terus terluka atau sakit hati akibat sikap Pak Narendra," tukas Arion.
Duaaaarrrr..
Semua orang yang tengah berada di ruang keluarga terhenyak ketika mendengar Arion memanggil papanya dengan sebutan Pak Narendra. Karin membelalakan netra tidak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan Arion, "Ari, dia papa kamu," sambung Karin.
Arion menggelengkan kepala dengan tegas, "Tidak ma. Sejak Arion pergi dari rumah dan Pak Narendra memaksakan kehendak kepada Arion, apalagi sampai menyakiti mama, maka sejak itu Pak Narendra bukan papa Arion lagi," pungkas Arion.
Duaaaarrrr..
Lagi dan lagi mereka kembali terhenyak mendengar ucapan seorang Arion yang sangat lantang dalam mengucapkan. Karin menggelengkan kepala dengan sikap Arion, namun Arion mengacuhkan mamanya.
"Maaf ma.. Arion tidak bisa. Arion akan lebih memilih mama daripada Pak Narendra," imbuh Arion.
"Nara juga ma," sahut Nara.
Nara dan Arion mendekap erat tubuh sang mama lalu mengusap punggung kecil mamanya. Kakek Damar dan mama Risa terharu melihat pemandangan di hadapan mereka. Papa Damar memdekap bahu istri tercintanya berusaha menenangkan sang istri dari kenyataan yang ada di depan mereka saat ini. Kenyataan jika putri mereka memilih untuk berpisah dari sang suami dan akan menyandang status janda atau single parents.
***
"Kak.. Calon kakak ipar di mana?" tanya Maya ketika baru membuka mata tidak mendapati Arion di dalam kamar inapnya
Erina tersenyum Bangtan kepada adiknya, "Pak Arion sedang ada keperluan Maya. Tapi nanti Pak Arion ke sini lagi kok," jawab Erina sembari mengaduk bubur yang berada di mangkok
"Kenapa kakak memanggil calon kakak ipar dengan Pak?" Maya mengernyitkan dahi mendengar jawaban Erina
"Begini sayangnya kakak. Pak Arion dan kakak kan belum resmi menikah, terus Pak Arion atasan kakak di kantor, jadi kakak tetap memanggil calon kakak ipar Maya dengan sebutan pak. Selain sudah terbiasa juga karena belum muhrim," terang Erina diiringi dengan candaan
Maya menegeti dengan apa yang diucapkan sang kakak lalu menganggukan kepala,
"Maya senang kakak akhirnya menikah dan memiliki seseorang yang bisa menjaga kakak," sambung Maya
"Bisa menjaga kakak dan Maya. Walaupun kakak nanti sudah menikah, tapi kakak akan membawa kamu tinggal dengan kakak.. Kamu tidak usah takut, Pak Arion setuju dengan permintaan kakak. Lagian mana mungkin kakak tega meninggalkan kamu hidup sendiri. Ayo.. Makan ah.. Sebentar lagi buburnya dingin," tukas Erina
Maya menganggukan kepala lalu menerima suapan sendok pertama dari sang kakak. Erina tersenyum bahagia melihat adiknya memakan bubur dengan lahap.
"Maya ingin cepat sembuh. Agar tidak merepotkan kakak dan cepat kemabli ke rumah.'
Ucapan Maya malam tadi masih terngiang dalam benak Erina. Semangat yang tinggi dari Maya untuk sembuh menjaga kebahagiaan tersendiri bagi Erina.
***
Arion mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi membelah jalanan ibu kota yang mulai padat menuju rumah papanya. Ya. Arion memutuskan pergi ke rumah papanya. Amarah yang memuncak dlam diri Arion setelah mengetahui betapa sangat terluka dan sakit hati mamanya dengan segala sikap papanya aSehingga Arion memutuskan untuk menemui papanya. Arion masuk kedalam rumaah tana menegur sap bibi yang membuka pintu. Bibi yang telah terbiasa dengan sikap Arion tidak merasa heran dan mmilih diam. Apalagi melihat wajah tidak bersahabat Arion ketika memasuki rumah.
Plak…
Satu tamparan Arion layangkan dengan sangat keras kepada Naren yang tengah duduk di meja makn seorang diri. Naren terhenyak ketika mendapat satu tamparan panas dari Arion yang datang dengan tiba-tiba dan raut wajah memerah penuh dengan amarah.
"Apa-apaan kamu, Arion?" ucap Naren dengan nada bertanya
"Arion yang seharusnya bertanya kepada anda. Kenapa anda tega menyakiti hati mama?dimana letak nurani anda?" Tanya Arion dengan tatapan menyalang
Naren membisu tidak menjawab pertanyaan Arion. Sejujurmya Naren merasakan kebingungan terhadap dirinya sendiri yang denagn mudah terhasut oelh ancaman Rika. Namun Naren membela diri jika apa yang dilakukannya semua demi kebaikan istri dan anaknya versi Naren.
"Kenapa anda diam? Anda tidak punya alibi untuk menjawab pertanyaan saya Pak Narendra?"
Duarrrr..
Naren tersentak ketika Arion memanggil dengan sebutan nama bukan papa. Naren mentap dengan taapan nanar ke arah Arion yang terlihat angat membencinya dari pendar netranya. Sedangkan Arion mentap tajam dengan penuh kebenciaAn kepada Naren.
"Ceraikan mama.."
Satu ucapan Arion menusuk relung hati Naren. Sontak Naren tercengang mendengar prmintaan Arion saat ini. Naren tidak menjawab ucapan Arion sehingga Arion semakin naik pitam.
"Ceraikam mama. Arion dn Nara setuju mama berpisah dengan anda, Pak Narendra," tukas Arion lalu pergi keluar meninggalkan papanya yang masih tampak bergeming di tempatnya berdiri.
Arion memutar kemudi meninggalkan rumah Naren kembali ke rumah sakit menemani Erina dan Maya yang ditinggalkan sejak pagi oleh Arion.
"Calon kakak ipar sudah datang?" tanya Maya.
"Iya Maya. Kakak kamu mana Maya?" jawab Arion sembari bertanya.
"Itu kakak sedang sholat maghrib.' Maya menunjuk ke arah sudut kamar di mana Erina sedang menunaikan sholat maghrib dengan khusyuk.
"Terima kasih Maya. Kakak ambil air wudhu dulu iya Maya." Naren melangkahkan kaki menuju kamar mandi setekah Maya menganggukan kepala sebagai jawaban ucapan Arion.