"Saya calon suami kakak kamu.."
Duarrrr...
Maya tercengang dengan ucapan Arion. Tatapan mata penuh tanda tanya dilayangkan Mata terhadap kakaknya yang tengah duduk di kursi yang berada di samping Maya. Mengerti akan arti tatapan sangat adik, Erina menjawab dengan menganggukan kepala. Senyum merekah tertampil di wajah pucat Maya ketika sang kakak memeberikan jawaban yang pasti. Maya menegakan diri seakan tubuhnya mendapatkan obat yang paling ampuh sehingga merasa lebih sehat setelah mendengar jawaban sang kakak. Kekhawatiran sempat terlintas dalam benak Erima ketika sang adik memaksakan diri untuk duduk.
"Maya tidak apa-apa kak. Maya sudah sehat. Maya sehat setelah mendengar kakak akan menikah dan calon suami kakak sangat tampan," ucap Maya menenangkan sang kakak yang tampak khawatir dengan aksi nekat bangun berbaring yang dilakukan Maya
Erina mendelikan mata tajam kepada Maya ketika mengatakan calon suami kakaknya tampan. Ah. Tampan darimana coba. Kalau bukan terpaksa menikah, pasti Erina lebih memilih tidak menikah terlebih dahulu untuk mengurus sangat adik. Maya meringis menunjukan deretan giginya yang putih dan rapi ketika mendapatkan delikan tajam dari sang kakak.
Arion yang memperhatikan interaksi kakak dan adik itu berubah sendu ketika teringat dengan sang kakak Nara. Namun Arion harus menguatkan diri dan meyakinkan diri jika ini pilihan terbaik yang telah dipilihnya daripada Arion harus menerima perjodohan dari papanya Narendra.
"Kak.. Nama calon kakak ipar siapa?" tanya Maya
Arion terkesiap ketika suara Maya terdengar di indera pendengarannya, lantas Arion menyadarkan diri dari lamunnanya sebelum Erina dan Mata mengetahui jika Arion tengah melamun. Erina menatap Arion berharap Arion akan menjawab pertanyaan sang adik. Mengerti arti tatapan memohon Erina, Arion mendekati Maya lalu mengulurkan tangan untuk saling menjabat sebagai perkenalan mereka.
"Saya Arion. Nama kamu Maya iya kan?" ucap Arion
Maya menganggukan kepala lalu meraih tangan Arion yang menjulur di hadapannya,
"Iya kak. Nama aku Maya. Senang bisa berkenalan dengan kak Arion," jawab Maya dengan senyuman
"Saya juga senang bisa berkenalan dengan kamu. Sekarang kamu istirahat iya Maya. Agar cepat sehat," lanjut Arion
"Iya kak Arion," balas Maya
***
Arion dan Erina kini tengah duduk di balkon kamar inap Maya setelah sang adik tidur dengan lelap. Keheningan menyelimuti Arion dan Erina ketika mereka tengah memikirkan apa yang ada di pikiran mereka masing-masing. Erina menetap indahnya bulan dan bintang dengan cahayanya yang terang menyinari bumi. Sedangkan Arion menerawang lurus jauh menatap lampu pemukiman penduduk yang tampak indah.
"Pak.. Maaf.. Apa Pak Arion tidak apa-apa jika malam ini tidur di rumah sakit? Ehm.. Maksud saya Pak Arion kan tidak terbiasa tidur di rumah sakit. Erina memberanikan diri bertanya kepada Arion untuk ememcah keheningan diantara mereka
Arion menoleh ke arah Erina yang tampak sedikit ketakutan, "Ini kan kamar VVIP. Jadi tempatnya nyaman dan tidak usah khawatir dengan saya. Lebih baik kamu istirahat sekarang sudah cukup malam," jawab Arion
"Baik Pak. Maafkan saya jika sudah lancang berbicara dengan Pak Arion. Jangan tidur terlalu malam juga Pak Arion. Permisi," lanjut Erina sembari bangkit dari duduknya masuk ke dalam kamar inap sang adik
Arion menganggukan kepala membalas ucapan Erina. Arion menatap punggung kecil Erina sebelum menghilang di balik pintu penghubung balkon dan kamar inap adik Erina.
"Aku minta maaf Rin sudah membawa kamu ke dalam masalah aku. Aku minta maaf yang sebesar-besarnya Rin," gumam Arion penuh dengan penyesalan
***
Arion mengerjapkan mata ketika mendengar ponselnya yang berada di atas meja terus berdering tanpa henti sejak beberapa menit yang lalu. Arion melihat ke sekeliling kamar di mana Erina tampak tertidur dengan pulas. Aeion mengambil ponsel lalu melihat ID pemanggil yang tertera di layar ponsel.
Nara?
Arion mengernyitkan dahi ketika melihat nama Nara tertera di layar ponsel. 'Kenapa Nara telepon pagi sekali begini? Ada apa?' tanya Adion dalam hatinya
Arion menerima panggilan dari kakaknya setelah menggulirkan tombol berwarna hijau dalam ponselnya.
"Assalamu'alaikum.." Aeion menyapa Nara dengan mengucapkan salam
"Wa'alaikumsalam.. Kamu di mana?" balas Nara dengan bertanya kepada sang adik
"Kakak tidak perlu tahu Arion ada di mana sekarang. Kakak disuruh Pak Naren kan?" jawab Arion datar
"Ri.. Kakak serius nanya. Kamu di mana? Kakak tidak disuruh papa atau siapapun Arion," sambung Nara
"Ada apa kak? Arion masih mengantuk kak," seru Arion
"Papa dan mama akan pisah Arion," tukas Nara
Duarrrr..
Arion tersentak mendengar apa yang baru saja diucapkan sang kakak tentang papa dan mamanya. Arion tidak percaya jika papa dan mamanya akan berpisah. Arion lantas meminta kakaknya menceritakan apa yang sebenarnya tengah terjadi setelah kepergian Arion dari rumah. Nara menceritakan apa yang terjadi di rumah setelah Arion meninggalkan rumah.
Arion mengepalkan tangannya yang terbebas buku-buku jari tampak memutuh. Rahang yang mengeras menandakan jika Arion tengah madah kepada papanya saat ini.
"Mama dan kamu di mana sekarang?" tanya Arion menahan amarah
"Di rumah kakek dan nenek Damar," jawab Nara
"Aku ke sana sekarang," tukas Arion lalu menutup sambungan telepon tanpa menunggu balasan dari sang kakak.
Arion meletakan kembali ponsel di atas meja lalu melangkahkan kaki menuju ke kamar mandi untuk membasuh wajah. Erina yang telah bangun dari tidurnya semenjak Arion menerima panggilan telepon dari Nara memilih tetap memejamkan mata itu kini menautkan kedua alis ketika melihat Arion tampak kesal dari nada suaranya. Erina memutuskan untuk bangun dari tidur lalu mengecup kening sang adik yang masih terlelap dalam tidurnya. Erina merapikan selimut yang menutupi tubuh Maya.
Ceklek..
Arion membuka pintu kamar mandi dengan sedikit kasar sehingga Erina yang tengah menuang air putih ke dalam gelas tersentak ketika mendengar suara pintu terbuka.
"Sorry Rin.. Aku kira kamu belum bangun," ucap Arion merasa bersalah kepada Erina.
"Tidak apa-apa Pak," balas Erina
"Saya pergi dulu Rin. Nanti saya ke sini lagi. Saya nitip koper saya iya Rin," sambung Arion setelah merapikan diri
"Iya Pak. Hati-hati Pak," jawab Erina
Arion menjawab ucapan Erina dengan menganggukan kepala lalu Arion pergi meninggalkan kamar inap Maya menuju tempat parkir mobil yang berada di basemen rumah sakit.
Arion mengendari mobil dengan kecepatan tinggi menuju ke rumah kakek dan nenek Damar. Walaupun tengah dilanda emosi yang memuncak setelah mendengar apa yang diceritakan kakak kepada Arion, namun Arion masih dalam tingkat kewarasan yang normal untuk tetap berhati-hati dalam berkendara. Jangan sampai emosi menghancurkan konsentrasi Arion dalam berkendara yang akan berujung dengan kecelakaan lalu lintas makalah sehat Arion tetap digunakan walau n tengah dalam kondisi yang tidak baik.