Pak Jonatan menganggukan kepala membalas ucapan papa Naren, "Baik pak Maren dan bu Nara. Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih atas undangannya kepada keluarga pak Naren dan bu Nara. Disini kami ingin melamar Nara untuk menjadi istri anak saya Derren. Seperti apa yang telah saya bahas dengan pak Naren beberapa waktu lalu tentang perjodohan Nara dan Derren," jawab Pak Jonatan yang sangat mengejutkan bagi Nara
Duarrrr..
Apa yang baru saja diucapkan pak Jonatan mengejutkan Arion dan Nara. Arion menatap kakak kembarnya dengan tatapan sulit diartikan. Apalagi Arion melihat Kayra yang tampak tercengang dengan semua yang baru saja mereka tangkap dalam indera pendengaran Nara dan Arion.
Perjodohan?
Pernikahan?
'Oh Tuhan.. Apa arti semua ini? Apa tujuan papa dan mama merencanakan perjodohannya tanpa berbicara terlebih dahulu dengan Nara? Kenapa appa dan mamanya seperti ini?' Perang batin Nara dengan segala pemikirannya saat ini
Karin menatap sang putri dengan tatapan penuh arti. Karin berharap Nara menerima perjodohan mereka. Ya. Naren dan Karin belum membicarakan masalah perjodohan Nara dengan anak mereka terutama Nara Dikarenakan Nara yang terlalu sibuk dengan pekerjaan dan kegiatan amalnya sehingga setiap Nara pulang ke rumah Nara hanya akan makan malam lalu beristirahat di kamar. Jalan hidup yang dipilih anak mereka memang berbeda. Naren dan Karin tidak pernah melarang anaknya dalam memilih jalan hidup mereka. Namun jalan jodoh sepertinya mereka harus memilih untuk anak-anak mereka. Terlebih Naren dan Karin pernah berjanji kepada keluarga Jonatan untuk menjodohkan anak mereka suatu saat nanti.
"Bagaimana Nara?" tanya Naren
Arion menatap papanya dengan tatapan tajam dan penuh peringatan. Sungguh.. Arion tidak pernah menyangka jika papanya akan melakukan hal ini kepada kakak kembarnya. Menjodohkan Nara dengan pria yang sama sekali belum dikenal Nara. Pria asing bagi Nara dan Arion. Naren yang mengerti dengan tatapan Arion mengulas senyum kearah Arion namun Arion mengacuhkan senyuman papanya. Perasaan kecewa lebih mendominasi dalam diri Arion saat ini.
Nara menghela nafas kasar berusaha menenangkan diri sebelum memberikan jawaban kepada orang tuanya juga pak Jonatan. Nara menatap orang tuanya lalu pak Jonatan dan terakhir menatap pria yang akan menjadi suaminya nanti jika Nara menyetujui perjodohan ini. Seorang pria tampan dengan wajah dingin dan datar seperti sang adik. Rahang yang tegas, hidung mancung dan tinggi proporsional itu dapat menggambarkan kepribadian lelakinyang akan menjadi suaminya nanti.
Penampilan visual yang menjadi idaman setiap kaum hawa ini bukan apa yang Nara inginkan. Namun Nara tetaplah Nara yang selalu menurut dengan semua ucapan atau perintah orang tuanya semenjak kecil.
Bismillah..
"Nara akan menerima perjodohan ini demi papa dan mama," ucap Nara dengan pembawaannya yang selalu terlihat tenang
Jeder..
Ucapan Nara mengejutkan Arion yang duduk di samping kakaknya. Arion benar-benar tidak percaya jika Nara akan menerima perjodohan ini tanpa berpikir dengan matang terlebih dahulu.
"Kak.." Arion menggenggam tangan Nara meyakinkan dirinya jika ucapan Nara itu salah. Arion berharap salah mendengar ucapan Nara
Nara mengukir senyuman hangat ke Arion dan membalas tangan Arion yang menggenggam tangannya, "Kakak nggak apa-apa De. Kakak ikhlas menerima perjodohan ini demi papa dan mama," balas Nara dengan suara lembutnya
Arion mengesah pelan dengan ucapan sang kakak. Arion emnatao tajam kembali ayahnya yang tengah tersenyum bahagia dengan ucapan Naren. Arion tidak bisa melakukan apapun jika ini telah menjadi keputusan Nara.
Tanggal pernikahan Nara langsung ditetapkan oleh kedua orang tua mereka. Arion semakin antipati dengan papa dan mama yang sangat terlalu saat ini.
Tok..
Tok..
Tok..
Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian mereka dari pembahasan rencana pernikahan Nara dan putra pak Jonatan.
"Masuk," titah Naren dari dalam ruangan VIP
"Assalamu'alaikum." Erina mengucapkan salam saat telah berada di ruangan VIP sembari membungkukan tubuhnya
"Wa'alaikumsalam," balas mereka kompak
"Mohon maaf bapak ibu saya mengganggu. Saya hanya ingin mengantarkan hidangan pesanan bapak ibu sesuai instruksi atasan saya jika hidangan ini diantarkan saat ini juga," sambung Erina sopan
"Iya.. Tidak apa-apa. Silahkan disajikan mba," jawab Karin
"Baik bu. Terima kasih. Permisi," tukas Erina berjalan menuju meja untuk menyajikan hidangan yang telah dipesan pelanggan cafe tempatnya bekerja
Arion maupun Erina belum menyadari kehadiran mereka satu sama lain. Arion yang tengah fokus pada ponsel di tangannya menghiraukan siapa saja yang berada di dalam ruangan imitu. Terlebih Arion merasa kecewa dengan sikap papanya sehingga apapun yang berada di dalam ruangan itu Arion menghiraukan nya. Sedangkan Erina fokus menyajikan hidangan di atas meja dan tidak melihat Arion. Posisi duduk Arion yang sedikit terhalang Nara juga merupakan salah satu faktor yang membuat Erina tidak menyadari keberadaan Arion di sana.
Erina menata piring, sendok, gelas dan garpu di depan mereka satu demi satu tanpa ada yang terlewatkan dengan sopan dan ramah. Mereka merasa puas dengan pelayanan Eeian yang baik dan ramah kepada pengunjung atau pelanggan cafe cahaya.
Ya. Naren dan Karin tidak asing lagi dengan cafe cahaya. Naren bertemu dengan Karin kembali tanpa sengaja di cafe cahaya bebrapa puluh tahun yang lalu walaupun pertemuan mereka tidak semanis seperti apa yang diharapkan oleh mereka. Cafe Cahya memiliki sejuta kenangan bagi Naren dan Karin di masa lalu sehingga mereka cukup mengenal beberapa karyawan yang masih bekerja walaupun usia meekea tidak muda lagi. Bahkan Naren dan Karin mengenal pemilik cafe cahaya yang sekarang telah berpindah tangan ke anak pemilik cafe.
"Maaf.. Permisi pak," ucap Erina saat hendak memberikan piring dan gelas ke Arion yang masih fokus pada ponselnya
Arion mengalihkan tatapannya dari ponsel ditangannya lalu menoleh ke sumber suara yang dirasakan cukup familiar di telinga Arion. Arion tercengang saat melihat Erina kini berada di sampingnya tengah memegang piring di tangannya.
"Erina," ucap Arion pelan namun masih bisa didengar mereka yang berada di sekitar Arion
"P-pak Arion." Nayra terbata mengucapkan nama atasannya di kantor
Arion dan Erina saling menatap dengan tatapan sulit diartikan. Arion dan Erina merasa terkejut dengan kehadiran masing-masing. Tampaknya Arion melupakan jika Erina bekerja disini. Atau mungkin Arion belum mengetahui jika Erina bekerja di cafe ini.
Interaksi Arion dan Erina mendapat perhatian dari mereka yang berada di dalam ruangan VIP, terutama papa Naren dan Karin yang masih menatap kearah Arion dan Erina.
"Kalian saling mengenal?" tanya papa Naren
Ucapan papa Naren sontak membuyarkan lamunan mereka dan seketika mereka mengalihkan pandangan kearah lain. Perasaan canggung menyelimuti mereka saat ini. Mama Karin tersenyum melihat interaksi antara Arion dan Erina. Terutama saat melihat sikap Arion yang menatap Erina dengan tatapan penuh arti. Mama Karin tidak pernah melihat tatapan Arion yang seperti ini kepada kaum hawa. Arion akan bersiapp dingin dan datar kepada kaum hawa semenjak di tinggal pergi sangat kekasih hati Kirana untukmu selamanya.
"Kalian saling mengenal?"