Chereads / Unwanted Coercion / Chapter 18 - BAB 18

Chapter 18 - BAB 18

Sementara itu Imelda di rumah Melly sedang belajar bersama. Imelda tidak cerita apa-apa kepada sahabatnya tentang rumah tangganya. Ia hanya butuh teman untuk memilih rasa kesalnya dengan belajar bersama Melly. Melly pun tidak curiga dengan Imelda yang tiba-tiba datang. Imelda belajar, makan, dan sekaligus tidur siang di rumah Melly. Tanpa Imelda tahu, Ricandra di rumah khawatir, marah, dan menunggu kepulangannya.

"Imelda sudah sore loh. Kamu nggak pulang? Bukannya ngusir tapi aku takut kamu di marahi." Ucap Melly pada Imelda khawatir.

"Nanti ya Mel. Sudah lama aku nggak main ke rumah kamu. Aku masih kangen nich..." Jawab Imelda bohong. Sebenarnya ia tidak ingin pulang dan tidak ingin bertemu Ricandra. Ia merasa menjadi wanita paling bodoh yang bisa dipermainkan laki-laki dewasa seperti Ricandra.

Jam 7 malam Imelda baru keluar dari rumah Melly. Sebelum pulang Imelda mampir dulu ke apotek membeli pil KB. Ia takut sewaktu-waktu Ricandra melakukannya dan ia tidak mau hamil. Ia masih ingin menyelesaikan sekolahnya dan melanjutkan kuliah. Ricandra pun melihat setiap pergerakan Imelda.

"Ngapain di berhenti di apotek? Apa dia membeli obat untukku?" Gumam Ricandra.

Setelah Imelda mendapatkan obatnya dengan dalih membelikan ibunya, Imelda pun pulang ke rumah Ricandra. Rumah itu gelap seperti tidak berpenghuni.

"Apa Mas Ricandra pergi?" Guman Imelda. Tapi saat ia masuk ke garasi mobil Ricandra ada di sana. Ia pun berpikir kalau Ricandra sudah tidur sekarang karena sudah jam 8 malam. Imelda masuk ke dalam rumah mengendap-endap hendak masuk ke kamarnya. Saat melewati ruang tengah tiba-tiba ia mendengar suara Ricandra di bayangan. Imelda pun menghentikan langkahnya, menggigit bibir bawahnya dan memejamkan mata.

"Dari mana kamu?" Tanya Ricandra dingin. Lalu lampu lampu.

"Mmm dari rumah teman Mas." Jawab Imelda takut. Ricandra pun mendekatinya.

"Kamu tahu sekarang jam berapa? Suamimu sedang sakit di rumah. Kamu malah kelayapan nggak jelas. Sudah keluar nggak izin, malam hari baru pulang. Apa setiap hari kamu seperti ini hah?" Ucap Ricandra dengan marah. Imelda mendengarkannya masih dengan mata terpejam. Ia sangat takut. Ini pertama kalinya Ricandra marah.

"Asal kamu tahu, aku tidak menyentuhmu karena aku tidak ingin mengganggu pertanyaanmu. Tapi kalau kamu seperti ini. Ayo masuk kamar!" Ucapkan Ricandra sambil menarik tangan Imelda ke kamar Imelda lalu melepaskannya di atas ranjang.

"Mas Ricandra mau apa?" Tanya Imelda ketakutan dan panik saat melihat Ricandra melepas kaosnya. Setelah itu Ricandra naik ke atas tubuh Imelda.

"Layani suamimu malam ini sayang..." Bisik Ricandra di telinga Imelda. Imelda membelalakkan matanya. Jantungnya berdebar-debar. Spontan ia mendorong tubuh Ricandra berharap bisa kabur. Tapi tenaga Ricandra lebih kuat darinya. Ricandra membuka paksa jaket dan kaos yang dipakai Imelda. Lalu membuka pengait bra Imelda dan membuangnya ke lantai. Imelda untuk menutupi payudaranya yang tidak terbungkus apa-apa. Ia mulai menangis. Ia benar-ketakutan.

"Mas...jangan...aku mohon..." Ucap Imelda memohon sambil menangis. Ricandra tidak menjawabnya. Ia mencekal kedua tangan Imelda di kedua sisi kepalanya lalu menciumi serta meletakkan bibir, leher, dan dada sehingga meninggalkan tanda merah di beberapa tempat. Imelda menangis dan pasrah tidak bisa melawan. Setelah itu Ricandra melepaskan tangan Imelda, turun dari tubuhnya, mengambil kaosnya dan keluar dari kamar Imelda dan membanting pintunya. Imelda segera mengambil kesempatan di saat-saat berikutnya untuk menutupi tubuhnya.

Tengah malam saat Imelda sudah bangun lelap, Ricandra kembali ke kamar Imelda. Ia membuka pintu kamar Imelda dan menemukan Imelda masih belum memakai pakaiannya hanya untuk menutupi tubuhnya dengan selimut. Ia menghampiri Imelda lalu membuka selimut itu pelan-pelan. Ia membuka tutup salep di tangan lalu mengoleskannya di bagian tubuh Imelda yang akibat ulahnya.

"Aku tidak bermaksud menyakitimu. Hanya saja aku ingin memberimu pelajaran agar tidak terlambat lagi. Kamu tidak tahu pulangnya setelah aku menunggumu pulang. Kamu tidak akan pergi tanpa pamit. Aku sudah berjanji tidak akan menyentuhmu ujian. Selamat malam." Gumam Ricandra setelah menutup tubuh Imelda dengan selimut lalu mengecup keningnya dan pergi ke luar kembali ke kamarnya.

Ke esokan paginya Imelda membuka matanya . Ia membuka selimutnya dan melihat bekas merah di tubuhnya sedikit memudar dan tidak sakit lagi. Ia segera bangun dan pergi ke kamar mandi untuk mandi. Setelah berganti pakaian keluar kamar dan melihat Ricandra sudah siap berangkat kerja sedang menyeruput kopinya di meja makan dengan beberapa makanan di meja makan. Ia sudah memesan makanan dari luar sebelum Imelda bangun. Imelda mendekatinya dan duduk di samping Ricandra.

"Apa sudah baikan?" Tanya Ricandra dengan penuh perhatian.

"Hmmm terima kasih sudah mengobatiku semalam." Jawab Imelda lirih. Saat Ricandra mengobatinya tadi malam sebenarnya Imelda terbangun karena merasa perih. Tapi ia pura-pura tidur. Tentu saja Imelda mendengar semua ucapan Ricandra tadi malam. Ia sadar memang ia yang salah sehingga membuat Ricandra marah. Seandainya Ricandra adalah bapaknya mungkin hukumannya akan lebih parah dari ini.

"Makanlah! Aku sudah memesan makanan. Jadi kamu tidak perlu masak." Ucap Ricandra lalu melihat kopinya.

"Mas... apakah Roselialinda kekasihmu?" Tanya Imelda pelan dan membocorkan Ricandra.

"Iya. Kamu tahu darimana?" Tanya Ricandra balik sambil membocorkan Imelda juga.

"Kemarin dia melakukan video call ke ponselmu. Tapi kamu tidur." Jawab Imelda. Ricandra pun segera mengecek ponselnya yang ada di meja tersedia.

"Jadi kamu pergi gara-gara ini? Kamu cemburu?" Tanya Ricandra menyelidik.

"Tidak. Aku kecewa. Kita sudah menikah. Tapi Mas Ricandra masih menjalin hubungan dengan wanita lain. Apa setelah Mas Ricandra bosan denganku lalu Mas Ricandra akan menikah dengan dia?" Tanya Imelda dengan antusias.

"Bagaimana lagi? Istriku tidak bisa melayaniku. Aku juga butuh seseorang untuk memuaskan nafsuku. Aku laki-laki dewasa yang normal." Jawab Ricandra memancin Imelda.

"Jadi Mas Ricandra sudah pernah tidur dengannya?" Tanya Imelda tak percaya.

"Aku tanya dulu. Emang kamu bisa melakukan tugasmu sebagai istri?" Tanya Ricandra menyindir.

"Tentu saja. Aku memasak, membersihkan rumah, bahkan menemanimu tidur." Jawab Tan bersemangat.

"Lalu yang tadi malam apa? kamu menolakku?" Tanya Ricandra.

"Itu... karena Mas Ricandra menakutiku. Pagi harinya aku sudah menawarkan diriku." Jawab Imelda tidak mau kalah.

"Kalau begitu ulangi lagi sekarang!" Tanya Ricandra dengan tenang.

"Tidak mau!" Jawab Imelda.

"Kalau begitu cepat bereskan barang-barangmu! Aku antar pulang ke rumahmu." Perintah Ricandra dengan santai.

"Maksud Mas Ricandra apa? Mau nyeraiin aku? Lalu menikah dengannya?" Tanya Imelda panik. Masa' iya di usianya yang masih sekolah ia sudah berstatus janda. Imelda benar-benar ngeri membayangkannya.

"Hahaha. Kamu berpikir terlalu jauh. Aku mau ke luar negri. Tidak mungkin aku ninggalin kamu disini sendiri. Bawa semua buku yang perlu dipelajari. Belajarlah dengan baik di sana." Ucap Ricandra sambil mengelus puncak kepala Imelda.

"Hmmmm" Balas Imelda sambil mengunyah makanannya.

Setelah sarapan Imelda mengepak bukunya dan beberapa pakaiannya serta kebutuhan lainnya di dalam kamarnya. Ricandra menunggunya duduk di tepi ranjang sambil membalas email yang masuk melalui ponselnya.

Setelah semua beres, Ricandra membawa barang bawaan Imelda ke dalam mobilnya. Lalu melajukan mobilnya ke rumah Pak Ramdy. Sesampainya di rumah Pak Ramdy, Ricandra membawakan barang Imelda masuk ke dalam kamarnya. Imelda pun mengikutinya. "Mas... berapa lama kamu pergi?" Tanya Imelda ingin tahu.

"Kurang lebih semingguan. Nich uang belanjamu." Balas Ricandra sambil menunggu barang Imelda lalu mengeluarkan uang dari sakunya sebanyak 2 juta rupiah. Ia sudah mempersiapkan ini sebelumnya.