Chereads / Unwanted Coercion / Chapter 23 - BAB 23

Chapter 23 - BAB 23

Pulang dari rumah sakit, Ricandra langsung ke perusahaan. Imelda pun terpaksa ikut karena kalau Ricandra mengantar Imelda pulang dulu butuh waktu 2 jam untuk pulang pergi. Imelda berjalan mengikuti di belakang Ricandra. Semua mata melihat dan bertanya-tanya saat melihat Imelda berjalan di belakang Ricandra. Ricandra tak menghiraukannya. Imelda pun berjalan sambil menunduk hingga sampai di dalam ruangan Ricandra.

Setelah masuk ke ruangannya Ricandra duduk di kursinya dan menyalakan laptop. Imelda duduk di sofa sambil memainkan ponselnya. Tidak berapa lama Lia sekretaris Ricandra masuk mengantarkan kopi dan camilan.

"Buatkan segelas susu untuknya juga." Perintah Ricandra pada Lia.

"Baik Pak." Jawab Lia pada Ricandra lalu memandang Imelda yang sedang duduk di sofa.

20 menit kemudian Lia masuk lagi ke dalam ruangan Ricandra membawakan segelas susu untuk Imelda dan menaruhnya di meja Ricandra, setelah itu keluar dan menutup pintu kembali.

"Minum susumu!" Perintah Ricandra pada Imelda.

"Aku masih kenyang Mas. Nanti saja." Jawab Imelda.

"Sini!" Panggil Ricandra sambil melambaikan tangannya. Imelda pun berdiri dan mendekat ke arah Ricandra. Ricandra menarik tangan Imelda dan mendudukkan Imelda di pangkuannya.

"Mas Ricandra mau apa?" Tanya Imelda seraya mengernyitkan dahinya.

"Minum susu." Jawab Ricandra lalu menaikkan kaos Imelda hingga di atas dada dan mengeluarkan payudara Imelda dari dalam bra nya.

"Mas! Ini di kantor. Kalo ada yang lihat gimana?" Ucap Imelda sambil menurunkan kaosnya lagi tapi di cegah oleh tangan Ricandra. Ricandra pun segera melumat puncak gunung kembar Imelda.

"Aaaaahhh" desah Imelda menahan geli. Ia pun mengarahkan rambutnya ke belakang dan mengalungkan kedua tangannya di leher Ricandra. Ricandra tersenyum senang melihat Imelda yang kooperatif. Ricandra melahap kedua gunung kembar Imelda secara bergantian hingga ujungnya menegang.

Tidak berapa lama tiba-tiba Romaldy masuk ke dalam ruangan Ricandra tanpa permisi seperti biasanya dan melihat Ricandra sedang menyecap pucuk payudara Imelda dengan mesranya. Ia pun tersenyum canggung.

"Lain kali kunci pintunya dulu bro." Ucap Romaldy lalu keluar dan menutup pintu kembali. Ricandra dari tadi terlalu fokus dengan mainannya sehingga tidak menyadari kehadiran Romaldy. Ia segera mendongak dan menurunkan kembali kaos Imelda. Imelda sendiri juga panik dan malu ketika mendengar suara Romaldy. Ia segera turun dari pangkuan Ricandra dan membenahi pakaiannya.

"Tu kan di lihat orang. Ini sangat memalukan." Ujar Imelda pada Ricandra dengan kesal. Ricandra mengambil remot di mejanya lalu menekan tombol untuk mengunci pintu ruangannya.

"Sudah terlanjur. Ayo lanjutkan!" Ucap Ricandra pada Imelda lalu mengajak Imelda bercinta di sofa ruangannya. Imelda menurut saja karena ia juga sudah terlanjur basah. Bercinta tidak semenakutkan yang ia bayangkan. Semakin sering ia melakukannya rasa sakit waktu awal bercinta pun sudah tidak terasa. Ia menginginkan dan menikmatinya juga. Ia sudah tidak memikirkan akan hamil atau tidak. Ia sudah tidak perduli karena Ricandra dan ibunya melarangnya untuk menunda kehamilan serta melihat mertuanya yang sakitnya sudah semakin parah. Imelda akhirnya memutuskan untuk hamil dan melahirkan di usianya yang masih muda. Kalau situasi memungkinkan untuk kuliah, ia akan kuliah. Kalau pun tidak, ia akan menunda kuliahnya hingga anaknya nanti lahir. Ia sudah menikah, jadi ia tidak bisa memutuskan semuanya sendiri. Ia harus minta persetujuan Ricandra suaminya.

Setelah puas Ricandra segera mengajak Imelda mandi bersama di kamar mandi di dalam ruangannya.

Sore hari Ricandra dan Imelda keluar dari ruangan kantor dengan rambut basah karena tidak ada pengering rambut di ruangannya. Romaldy melihatnya hanya geleng-geleng kepala karena hanya dia yang tahu apa yang terjadi di dalam ruangan itu. Lia tercengang dan bertanya-tanya apa yang sudah terjadi? Apakah susu tadi tumpah sehingga mengharuskan mereka mandi. Semua karyawan melihat ke arah Ricandra dan Imelda mulai dari lantai atas hingga lantai dasar. Ricandra tidak menghiraukannya. Sedangkan Imelda merasa sangat malu sehingga ia tidak mau ikut ke kantor Ricandra lagi nantinya.

Setelah mengeluarkan mobilnya dari parkiran perusahaan Ricandra melajukan mobilnya ke mall. Ia ingat kalau belum membelikan Imelda cincin kawin. Ia pun berniat membelikan Imelda cincin.

"Mau ngapain Mas?" Tanya Imelda saat mobil Ricandra memasuki parkiran mall.

"Mau beli sesuatu." Jawab Ricandra lalu membuka pintu mobil dan keluar.

"Nonton yuk Mas." Ajak Imelda saat memasuki mall sambil menggandeng lengan Ricandra.

"Boleh..." Jawab Ricandra setelah melihat jam tangannya. Imelda senang mendengarnya.

Ricandra mengajak Imelda naik ke lantai 3 dimana toko perhiasan berada. Ia masuk ke dalam toko lalu duduk di sofa dan Imelda mengikutinya. Pelayan toko menghampirinya.

"Ada yang bisa kami bantu Pak?" Tanya pelayan toko.

"Keluarkan cincin kawin terbaik toko ini!" Perintah Ricandra pada pelayan itu.

"Baik Pak." Jawab pelayan itu lalu pergi.

"Kamu mau beli cincin Mas?" Tanya Imelda tak percaya.

"Iya. Kita kan belum punya cincin kawin? Pernikahan kita mendadak waktu itu." Jawab Ricandra.

Tidak berapa lama 2 pelayan toko keluar dengan membawa 5 pasang cincin kawin yang paling bagus dan paling mahal di toko itu.

"Pilihlah sesuai seleramu!" Perintah Ricandra pada Imelda.

"Aku tidak bisa Mas. Aku tidak suka perhiasan." Jawab Imelda jujur. Ia masih pelajar jadi belum punya jiwa emak-emak yang suka perhiasan dan uang.

"Hmmm... Bungkus saja yang paling mahal!" Perintah Ricandra pada pelayan toko itu.

"Baik. Silahkan melakukan pembayaran ke kasir Pak..." Ucap pelayan toko itu.

"Panggilkan menejermu sekarang!" Perintah Ricandra pada pelayan toko itu. Pelayan toko itu pun merasa takut dan masuk memanggil menejernya.

Tidak berapa lama menejer toko perhiasan itu keluar dan kaget saat melihat Ricandra.

"Pak Ricandra? Ada apa Pak Ricandra tiba-tiba datang kesini? Maaf jika kami kurang dalam pelayanan menyambut Pak Ricandra." ucap menejer itu sedikit takut.

"Bungkus perhiasan tadi secepatnya!" Perintah Ricandra pada menejer itu.

"Baik Pak. Tunggu sebentar." Ucap menejer itu pada Ricandra.

"Hei cepat bungkus perhiasan itu dan bawa kesini!" Ucap menejer itu pada pelayan tokonya.

"Tapi bapak ini belum melakukan pembayaran Pak." Jawab pelayan toko itu.

"Kamu tahu siapa dia? Dia pemilik toko ini." Ucap menejer itu. Pelayan itu pun membelalakkan matanya terkejut. Selama ini tidak ada yang tahu wajah asli pemilik toko perhiasan itu termasuk pelayan tokonya. Karena Ricandra orangnya sangat low profile.

"Maafkan Aku Pak. Maafkan Aku. Aku benar-benar tidak tahu." Ucap pelayan toko itu. Ia segera membungkus cincin kawin itu dan menyerahkannya pada Ricandra.

"Berikan pada istriku!" Perintah Ricandra pada pelayan itu. Pelayan itu pun memberikan perhiasan itu pada Imelda dan Imelda menerimanya dengan canggung.

"Pak Ricandra akan menikah?" Tanya menejer itu.

"Aku sudah menikah. Hanya saja belum membeli cincinnya." Jawab Ricandra dengan tenang.

"Selamat atas pernikahan Pak Ricandra. Aku belum mendengar beritanya Pak. Bahkan pestanya pun Aku tidak tahu." Ucap menejer itu sambil mengulurkan tangannya pada Ricandra memberi selamat.

"Terima kasih. Kami memang belum mengadakan pesta karena papa masih sakit. Sudah senja Aku pamit dulu Pak." Pamit Ricandra pada menejer toko.

Setelah keluar dari toko perhiasan Imelda menyeret Ricandra ke bioskop di lantai 4. Ricandra menurut saja di seret Imelda. Karena sekarang malam minggu bioskop sangat ramai pengunjung. Sehingga mereka mendapatkan kursi paling belakang. Imelda memilih film ber genre romantis berjudul "MERINDING BULU ROMAKU."

Imelda dan Ricandra masuk dan duduk di dalam bioskop bangku paling belakang pojok. Ricandra sangat lelah, mengantuk dan bosan. Ia pun mencolek bahu Imelda. Imelda menoleh ke arah Ricandra dan Ricandra mencium serta melumat bibir Imelda. Imelda membelalakkan matanya karena terkejut. Bisa-bisanya Ricandra menciumnya di tempat umum seperti ini. Untungnya posisi duduk mereka di pojok belakang jadi tidak ada yang melihat mereka.