Chereads / Unwanted Coercion / Chapter 24 - BAB 24

Chapter 24 - BAB 24

Pulang dari mall Imelda tertidur di dalam mobil. Lagi-lagi Ricandra menggendongnya ke dalam kamar lantai bawah. Setelah membaringkan Imelda di ranjang dan menyelimutinya Ricandra ke kamarnya di lantai atas lalu mandi. Setelah itu ia kembali ke kamar lantai bawah dan tidur sambil memeluk Imelda.

Ke esokan paginya seperti biasa Imelda bangun pagi untuk memasak. Ini sudah kedua kalinya Imelda tertidur di mobil dan ketika bangun ia sudah berada di kamar. Ia melihat Ricandra yang sedang tidur di sampingnya dengan sangat nyenyak. Imelda menatap wajah tampan Ricandra lalu tersenyum.

"Terima kasih..." Ucap Imelda lalu mengecup kilas bibir Ricandra. Setelah itu ia menguncir rambutnya dan keluar kamar menuju dapur.

Setelah selesai memasak Imelda ke kamar lantai atas untuk mandi karena semua barang-barang dan pakaiannya sudah di pindahkan di kamar atas.

Saat Imelda melepas pakaiannya, ia melihat noda darah di celana dalamnya. Haidnya telah datang. Ia segera mandi dan keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk sebelum Ricandra bangun dan naik ke kamar atas. Ia mencari sisa stok pembalutnya. Ia membuka almari dan laci serta membuka lipatan baju-bajunya tapi tidak menemukan 1 pun.

Tiba-tiba Ricandra membuka pintu kamar dan masuk ke dalam kamar. Ia melihat Imelda hanya menggunakan handuk di tubuhnya. Ricandra tersenyum nakal. Pikiran mesumnya mulai aktif. Imelda panik saat melihat Ricandra mendekatinya dan memeluk pinggangnya.

"Mas tolong aku." Pinta Imelda.

"Apa?" Tanya Ricandra sambil mencium bahu Imelda yang terbuka.

"Tolong belikan pembalut. Aku sedang datang bulan." Ucap Imelda pada Ricandra.

"Apa? Kamu datang bulan?" Tanya Ricandra terkejut.

"Iya. Ayo Mas tolong belikan..." Rengek Imelda.

"Nggak mau. Itu memalukan." Tolak Ricandra sambil duduk di tepi ranjang.

"Ayolah suamiku sayang..." Rayu Imelda sambil duduk di pangkuan Ricandra dan bergelayut di lehernya. Ricandra memikirkannya. Kalaupun Imelda membeli sendiri itu tambah tidak mungkin.

"Baiklah. Aku mandi dulu." Balas Ricandra mengalah.

"Terima kasih sayang. Muach..." Ucap Imelda lalu mencium pipi Ricandra dengan semangat.

Setelah mandi Ricandra ke swalayan terdekat menggunakan motornya. Di dalam swalayan ia bingung membeli pembalut yang merk apa. Ia lupa tidak menanyakannya pada Imelda. Ia pun memegang pembalut satu persatu dan menekannya. Ia memilih pembalut yang paling lembut. Karena ia berpikir itu yang paling nyaman. Ricandra membeli 10 bungkus besar pembalut. Ia tidak mau Imelda kehabisan stok lagi dan menyuruhnya membeli lagi.

Sesampainya di depan kasir, semua mata melihat ke arah Ricandra. Mereka melihat ketampanan Ricandra dan yang lebih menonjol adalah keranjang belanjaan Ricandra yang berisi 10 bungkus besar pembalut. Ricandra benar-benar geram menahan malu.

Sesampainya dirumah Ricandra memberikan kresek belanjaan berisi pembalut pada Imelda. Imelda ingin tertawa tapi ia menahannya. Bisa-bisanya Ricandra membelikan pembalut sebanyak itu. Setelah memakai pembalutnya Imelda menghampiri Ricandra di meja makan lalu sarapan bersama.

"Terima kasih Mas..." Ucap Imelda pada Ricandra.

"Hmmm. Mulai besok aku akan memakai pembantu di rumah ini. Supaya ada yang membantu memenuhi keperluanmu. Aku tidak mau membeli barang itu lagi." Ucap Ricandra pada Imelda di sela-sela makannya.

"Iya Mas..." Balas Imelda sambil tersenyum.

Seperti biasa setelah makan Imelda mencuci piring. Karena ini hari minggu Ricandra menghabiskan waktunya untuk berolahraga di lantai atas ruangan samping kamarnya. Setelah mencuci piring Imelda bersantai sambil menonton televisi.

Karena tidak ada acara yang menarik Imelda ke kamarnya di lantai atas dan membaringkan tubuhnya di ranjang. Ia mulai merasakan nyeri haid di perutnya. Ia berbaring miring sambil memegangi perutnya. Keringat dingin membasahi dahinya.

Setelah berolahraga Ricandra merasa haus dan hendak turun mengambil air minum di dapur. Saat melewati kamarnya yang pintunya terbuka ia melihat Imelda sedang berbaring di ranjang dan hendak menyuruhnya untuk mengambilkan minum di dapur. Tapi saat Ricandra mendekat, ia melihat wajah Imelda pucat dan berkeringat.

"Kamu kenapa?" Tanya Ricandra pada Imelda.

"Sakit perut." Jawab Imelda singkat.

"Kamu salah makan? Sudah minum obat?" Tanya Ricandra khawatir.

"Ini nyeri haid Mas..." Jawab Imelda sambil meringis menahan sakit. Ricandra pun ikut naik ke ranjang berbaring di belakang Imelda dan memasukkan tangannya ke dalam kaos Imelda lalu mengelus perutnya.

"Gimana rasanya?" Tanya Ricandra sambil mengelus perut Imelda.

"Geli." Jawab Imelda.

"Maksudku sakitnya. Berkurang nggak?" Tanya Ricandra memperjelas.

"Ya... lumayan Mas." Jawab Imelda sambil tersenyum.

Ricandra pun memposisikan tubuh Imelda telentang. Sambil mengelus perut Imelda, Ricandra mencium dan melumat bibir Imelda. Imelda pun membalas ciuman Ricandra tak mau kalah.

Sore hari Imelda bangun dari tidurnya dan tidak menemukan Ricandra di sampingnya. Ia pun bangun dan turun menuju dapur karena merasa haus dan lapar. Ia melihat Ricandra sedang makan di meja makan. Imelda mendekat dan duduk di samping Ricandra.

"Makanlah." Ucap Ricandra sambil menyodorkan makanan yang ia pesan di depannya. Imelda membukanya dan memakannya.

"Aku sudah menghubungi yayasan asistent rumah tangga. Besok mereka akan mengirimkan seorang pembantu kerumah." Ucap Ricandra pada Imelda.

"Lalu tugasku apa kalau sudah ada pembantu?" Tanya Imelda.

"Melayaniku di ranjang." Jawab Ricandra spontan.

"Uhuk uhuk uhuk" Imelda tersedak mendengar jawaban Ricandra. Ricandra menyerahkan segelas air di depannya pada Imelda.

"Hahaha. Sebentar lagi kamu akan kuliah. Kegiatan mu akan lebih sibuk dari pada waktu sekolah di SMA. Jadi fokuslah belajar. Tidak usah mengurusi urusan rumah tangga." Tambah Ricandra.

"Iya Mas." Balas Imelda.

Malam hari Imelda sudah berbaring di ranjang. Ia sudah berganti piyama dan bersiap untuk tidur. Ricandra masuk ke dalam kamar membawa cincin yang mereka beli kemarin. Ia duduk di tepi ranjang dan memasang cincin itu di jari Imelda.

"Jangan sampai hilang." Ucap Ricandra pada Imelda.

"Ini mahal Mas. Mending di simpan aja." Balas Imelda menyarankan.

"Nggak. Kamu mau pura-pura belum menikah? Pokoknya pakai terus jangan pernah di lepas." Ujar Ricandra bersikukuh. Setelah itu ia merebahkan tubuhnya di ranjang dan memeluk Imelda. Ia meraba dada Imelda dan merasakan kalau Imelda memakai bra.

"Tumben tidur pakai bra? Biasanya di lepas" Tanya Ricandra heran.

"Biasanya aku tidur sendiri. Sekarang aku tidur dengan orang lain. Jadi aku memakainya." Jawab Imelda.

"Aku bukan orang lain. Aku suamimu sekarang. Ayo lepas." Ujar Ricandra memerintah sambil membuka kancing piyama Imelda satu persatu. Setelah itu melepas pengait bra Imelda dan membuang bra itu ke lantai.

Ricandra suka dengan payudara Imelda yang tidak terlalu besar dan masih kencang. Tanpa aba-aba Ricandra mendaratkan bibirnya di puncak payudara Imelda dan menjilatinya. Imelda membiarkan Ricandra memainkan payudaranya karena memang rasanya geli-geli enak. Lagian tidak akan terjadi apa-apa karena Imelda sedang datang bulan.

Ke esokan harinya saat Ricandra sudah berangkat bekerja, pembantu kiriman dari yayasan asisten rumah tangga datang. Imelda mempersilahkan pembantu itu masuk dan menunjukkan kamar di samping dapur seperti yang di perintahkan Ricandra tadi pagi sebelum berangkat bekerja.

"Mbak namanya siapa? Saya Imelda." Ucap Imelda pada pembantu barunya.

"Saya Stella Mbak." Jawab Stella.

"Oh iya Mbak Stella istirahat dulu aja kalo gitu." Ucap Imelda lalu pergi meninggalkan Stella di kamarnya. Stella mengira Imelda adalah anak dari pemilik rumah karena ia melihat Imelda masih muda dan terlihat masih anak sekolahan.

"Iya Mbak. Terima kasih." Balas Stella lalu menutup pintu kamarnya.

"Yes. Akhirnya bisa kerja di rumah orang kaya lagi." Gumam Stella sambil merebahkan tubuhnya di ranjang dan tersenyum misterius.

Sore hari Ricandra pulang dari bekerja dan langsung menaiki tangga tanpa memperhatikan Stella yang sedang memperhatikannya dari dapur.

'Hmmmm ada orang ganteng dan kaya di rumah ini. Aku harus bisa mendapatkan perhatiannya.' Batin Stella bersemangat. Ia masih belum tahu kalau Ricandra dan Imelda adalah pasangan suami istri.