Setelah mandi bersama, Ricandra membaringkan Imelda yang masih terbalut handuk di sofa. Sedangkan dia berganti pakaian lalu mengganti seprei ranjangnya yang kotor akibat dari perbuatannya semalam.
"Mau makan apa?" Tanya Ricandra sambil memegang ponselnya hendak memesan makanan.
"Soto daging. Aku sangat sangat lapar dan lelah." Jawab Imelda.
"Oke." Balas Ricandra lalu memesan makanan melalui aplikasi G-food di ponselnya.
"Antar aku ke kamar bawah Mas. Aku mau ganti baju." Pinta Imelda merasa risih karena hanya memakai handuk saja.
"Tidak usah. Setelah makan ayo kita lanjutkan beberapa ronde lagi." Balas Ricandra sambil tersenyum nakal. Imelda melotot kaget.
Ricandra pun membuka pintu kamarnya lalu keluar dan turun ke kamar Imelda yang di bawah. Ia mengambil semua pakaian dan barang-barang Imelda lalu membawanya ke kamarnya di lantai atas.
"Sekarang ini kamar kita. Mulai sekarang kamu tidur disini bersamaku." Ucap Ricandra pada Imelda. Imelda sudah bisa membayangkan jika ia tidur disini bersama Ricandra setiap hari Ricandra akan menjamahnya dengan bebas sesuka hatinya. Cepat atau lambat ia pasti akan hamil anaknya Ricandra kalau Ricandra menidurinya setiap hari.
Tidak berapa lama bel rumah berbunyi. Ricandra segera turun untuk membuka pintu ruang tamu menerima makanan yang ia pesan melalui G-food tadi. Sedangkan Imelda segera berganti baju setelah Ricandra keluar dari kamar. Lalu keluar kamar dan menuruni tangga pelan-pelan karena merasa perih, aneh, dan tidak nyaman pada bagian pangkal pahanya.
Imelda menyiapkan piring, susu dan kopi di meja makan untuk sarapan mereka. Ia memanasi kembali kuah soto yang mulai dingin di atas kompor. Ricandra menunggunya di meja makan.
"Mas Ricandra nggak kerja?" Tanya Imelda sambil menaruh piring nasi di depan Ricandra.
"Enggak. Biar nanti Romaldy kesini mengantar berkas." Jawab Ricandra sambil menyeruput kopinya.
Setelah sarapan Imelda kembali ke kamar Ricandra membereskan barang-barangnya yang di pindahkan Ricandra dari kamarnya yang di bawa. Ricandra memangku laptopnya di sofa membuka dan membalas email dari sekretarisnya.
Imelda memasukkan pakaiannya ke dalam almari Ricandra. Menata bedaknya di meja dan juga buku-bukunya. Saat sebuah buku terbalik, sebuah benda jatuh dari dalam buku itu dan terlempar ke dekat kaki Ricandra. Ricandra pun mengambilnya.
"Apa ini?" Tanya Ricandra dengan tegas saat mengambil pil KB yang pernah di beli Imelda waktu itu.
"Itu... itu hanya vitamin. Ya vitamin..." Jawab Imelda bohong.
"Kamu kira aku bodoh? Sampai-sampai pil KB kamu bilang vitamin?" Ucap Ricandra dengan marah lalu berdiri di depan Imelda.
"Maafin aku Mas... aku tidak bermaksud membodohimu. Hanya ..."
"Sudah berapa lama kamu meminumnya?" Tanya Ricandra memotong kata-kata Imelda.
"Belum sama sekali." Jawab Imelda jujur.
"Kenapa kamu membeli ini Hah?" Tanya Ricandra geram dengan kelakuan Imelda yang tidak berdiskusi dulu dengannya. Tiba-tiba menggunakan KB tanpa persetujuannya. Ricandra pun membuka pil itu lalu membuangnya ke tempat sampah.
"Aku takut hamil Mas. Aku belum siap punya anak." Balas Imelda hampir menangis.
"Kamu harus hamil. Kamu tidak boleh KB. Dalam waktu 3 bulan kalau kamu tidak hamil juga aku akan membawamu periksa ke rumah sakit." Ujar Ricandra lalu mengambil laptopnya membawanya keluar kamar meninggalkan Imelda sendirian di kamarnya.
Ricandra masuk ke ruang kerjanya dan mengunci pintunya. Ia sangat geram dengan kelakuan istri kecilnya itu. Di sentuh nggak mau, hamil nggak mau juga. Lalu buat apa menikah? Ricandra sudah terlanjur menikahinya jadi Ricandra harus melaksanakan hak dan kewajiban tugasnya sebagai suami. Ia tidak mungkin menceraikan Imelda dan menikah dengan wanita lain. Jadi ia menyentuh Imelda dengan paksa dan akan menghamilinya juga. Tidak berapa lama bel rumah berbunyi Ricandra dan Imelda keluar ruangan bersamaan.
"Aku saja. Jangan keluar kamar!" ucap Ricandra pada Imelda. Imelda pun mengangguk mengerti karena memang leher dan dadanya penuh dengan .
Ricandra membuka pintu ruang tamu dan tampaklah Romaldy sedang berdiri disana. Ricandra mengajaknya masuk ke dalam ruang kerjanya. Romaldy celingak celinguk berharap bisa melihat Imelda di rumah Ricandra.
"Ricandra aku haus. Apa tamu mu ini tidak di kasih minum?" Tanya Romaldy pada Ricandra.
"Sebentar aku ambilkan." Jawab Ricandra lalu keluar ruang kerja dan turun ke dapur mengambilkan air putih untuk Romaldy.
"Kemana Imelda? Kenapa kamu sendiri yang mengambil minum?" Tanya Romaldy ingin tahu.
"Dia sakit." Jawab Ricandra singkat.
"Sakit apa? Aku harus menjenguknya." Tanya Romaldy penasaran.
"Hey nggak usah sok perhatian sama istriku. Dia tidak apa-apa. Hanya butuh istirahat saja." Jawab Ricandra mulai geram dengan kelakuan Romaldy yang mengejar-ngejar istrinya.
"Mana buktinya kalo kalian sudah menikah?" Tanya Romaldy masih tidak percaya. Ricandra pun duduk di kursi kerjanya, membuka laci di mejanya dan mengambil surat nikahnya lalu memberikannya pada Romaldy.
"Ini asli?" Tanya Romaldy meragukan keaslian surat nikah Ricandra di tangannya.
"Yaiyalah. Ngapain juga aku bikin surat nikah palsu." Jawab Ricandra sewot.
"Gimana bisa kamu nikah sama anak SMA?" Tanya Romaldy ingin tahu.
"Dipaksa nikah sama papa. Imelda itu anak temannya papa." Jawab Ricandra sambil membaca dokumennya.
"Beruntung banget kamu Ricandra dapat daun muda. Udah anu belum?" Tanya Romaldy makin penasaran.
"Sudah. Rasanya muantab banget Rom." Jawab Ricandra bikin Romaldy iri.
"Yaelah tega bener kamu Ricandra. Imelda masih sekolah gitu kamu tidurin juga." Balas Romaldy.
"Kan dia istriku. Terserah aku mau ngapain dia." Jawab Ricandra enteng.
Romaldy pun kecewa dengan kenyataan bahwa kini Imelda memang istrinya Ricandra. Tadinya ia berharap banget bisa dapetin Imelda yang katanya sepupu Ricandra. Setelah mendapatkan tanda tangan Ricandra, Romaldy kembali ke perusahaan.
Setelah kepergian Romaldy, Ricandra kembali ke kamarnya dan melihat Imelda tengah tidur siang. Ia berbaring di samping Imelda dan memeluknya lalu menciumi pipi dan lehernya. Imelda pun terbangun karena di ganggu Ricandra.
"Maaf untuk yang tadi malam." Ucap Ricandra di telinga Imelda. Imelda pun mengangguk mengerti. Tidak seharusnya ia menolak Ricandra yang sudah jelas menjadi suaminya.
Tangan Ricandra mulai nakal masuk ke dalam kaos Imelda dan memainkan gunung kembarnya. Imelda masih merasa ngantuk sehingga ia memejamkan matanya hendak melanjutkan tidurnya. Karena tidak ada perlawanan dari Imelda, Ricandra pun melanjutkan aksinya. Tangannya menelusup ke dalam bra Imelda dan memainkan pucuk payudara Imelda. Imelda merasa geli tapi ia lebih memilih cuek, melawan pun percuma.
Ricandra semakin gemas. Ia memeluk Imelda seperti guling. Menciumi wajah dan leher Imelda. Tangannya menelusup ke dalam celana dalam Imelda. Ricandra merasakan kalau Imelda ternyata sudah basah. Akhirnya Ricandra menyetubuhi Imelda lagi seperti tadi malam. Imelda sudah tidak melawan lagi meskipun masih ada sedikit rasa perih. Ia ikhlas melayani suaminya lagian ia sudah tidak perawan lagi.
Ke esokan pagi nya tubuh Imelda terasa remuk sakit semua. Ricandra benar-benar tiada puasnya. Siang dan malam ia menunggangi Imelda. Entah karena sudah 28 tahun belum tersalurkan atau ia lagi menikmati masa-masa pengantin barunya. Imelda sudah tidak punya tenaga lagi untuk bangun.
"Selamat pagi istriku..." Ucap Ricandra saat membuka matanyanya di pagi hari sambil mencium bibir Imelda yang berada di bawah kungkungannya.
"Hmmm... Lepaskan aku Mas." Ucap Imelda karena ia hendak ke pergi kamar mandi. Ricandra pun melepaskan pelukannya pada Imelda. Imelda bangun dan berjalan ke kamar mandi terseok-seok dengan malas. Ricandra melihatnya dan tersenyum.
Setelah mandi Imelda memasak untuk sarapan seperti biasa. Setelah makanan siap di meja makan Ricandra turun dengan pakaian kerjanya.
"Hari ini aku mau menjenguk papa. Apa kamu mau ikut?" Tanya Ricandra pada Imelda setelah duduk di meja makan.
"Iya Mas. Di rumah aku kesepian." Jawab Imelda sambil duduk di samping Ricandra. Setelah ujian Imelda tidak pergi ke sekolah lagi.
Sesampainya di rumah sakit seperti biasa Ricandra dan Imelda langsung masuk ke ruangan Pak Bams. Pak Bams tampak semakin kurus dan pucat.
"Gimana keadaan Papa?" Tanya Ricandra pada papanya.
"Seperti yang kamu lihat Ricandra papa semakin merasa lemah. Papa senang akhirnya kamu bisa menerima Imelda menjadi istrimu." Jawab Pak Bams sambil tersenyum bahagia. Pasalnya saat Ricandra masuk tadi ia menggandeng tangan Imelda tanpa beban.
"Ricandra yang seharusnya berterima kasih sama papa karena sudah menikahkan Ricandra sama Imelda. Dia istri yang baik, ya... meskipun usianya masih sangat muda." Balas Ricandra sambil tersenyum.
"Kamu sakit Imelda?" Tanya Bu Sofely pada Imelda karena terlihat lemas.
"Enggak Ma..." Jawab Imelda sambil tersenyum.
"Tapi kamu kelihatan lesuh dan sayu. Mama antar periksa ke UGD ya?" Saran Bu Sofely.
"Nggak usah Ma. Dia hanya kecapekan saja." Sahut Ricandra yang mendengar percakapan mereka.
"Kecapekan apa? Memangnya Imelda habis ngapain? Bukannya ujian sudah selesai?" Tanya Bu Sofely penasaran.
"Mmm... anu ma..." Jawab Ricandra bingung mau bilang apa sambil menggosok tengkuknya yang tidak gatal. Imelda diam saja tidak tahu harus berkata apa.
"Anu apa? Jangan-jangan... ya ampun papa... Sebentar lagi kita bakal punya cucu." Ucap Bu Sofely kegirangan. Pak Bams pun ikut tersenyum bahagia. Ricandra yang melihat orang tuanya bahagia jadi bersemangat untuk membuat Imelda hamil secepatnya. Imelda yang melihat kebahagiaan kedua mertuanya jadi tidak enak yang mau menunda kehamilannya.