Chereads / Unwanted Coercion / Chapter 19 - BAB 19

Chapter 19 - BAB 19

"Banyak banget Mas?" Tanya Imelda sekaligus senang.

"Karena kamu istriku. Aku pergi dulu. Jaga dirimu baik-baik." Pamit Ricandra sambil mendekat ke arah Imelda lalu berbalik arah.

"Mas..." Panggil Imelda. Ricandra pun membalik ketika sudah di ambang pintu. Imelda menabraknya lalu memeluknya dengan erat. "Segeralah kembali. Aku menunggumu..." Ucap Imelda. Dadanya terasa sesak. Air matanya menetes. Ricandra pun membalas pelukan Imelda lalu mencium keningnya. Imelda menengadahkan kepalanya. Ricandra menghapus air mata Imelda dengan ibu jarinya.

"Jangan menangis. Akan aku usahakan segera kembali. Jangan lupa Roselia lagi. Aku sudah tidak mencintainya." Ucap Ricandra. Imelda pun menganggukkan kepalanya. Ricandra memegang dagu Imelda lalu mencium suka dengan lembut. Imelda memperhatikan menikmati ciuman Ricandra yang tidak menuntut seperti biasanya. Ricandra melepaskan ciumannya saat merasakan Imelda sudah kehabisan napas.

"Aku pergi dulu. Sampai jumpa." Pamit Ricandra sambil tersenyum lalu keluar dari kamar Imelda. Imelda mengikutinya hingga halaman rumah dan menyaksikan kepergian Ricandra hingga mobilnya tidak terlihat lagi.

Hati Imelda merasa sedih. Ia sudah terbiasa dengan kehadiran Ricandra di setiap waktunya. Tiba-tiba Ricandra harus pergi dalam waktu yang cukup lama. Bahkan Ricandra baru saja pergi 5 menit lalu Imelda sudah merasa rindu. Tidak berapa lama Bu Romelis datang dari pasar.

"Lo Imelda, kamu pulang? Ada apa?" Tanya Bu Romelis heran melihat Imelda di rumahnya dengan mata sembab.

"Mas Ricandra mau ke luar negri Bu. Jadi Imelda di suruh menginap di sini." Jawab Imelda jujur ​​hampir mewek.

"Kenapa kamu menangis?" Tanya Bu Romelis penasaran karena jarang sekali bahkan hampir tidak pernah melihat anaknya menangis kecuali waktu bayi.

"Imelda sayang sama Mas Ricandra Bu. Hiks hiks." Balas Imelda lalu menangis.

"Sabar... Baru di tinggal pergi gitu aja udah nangis. Hahaha." Ucap Bu Romelis menertawakan Imelda. Imelda pun jadi cemberut.

Sementara itu Ricandra mengemudikan mobilnya ke bandara sambil menelepon Romaldy untuk menangani urusan perusahaan selama ia pergi ke luar negeri. Ia akan menemui Roselia dan kejutan dengan kedatangannya yang tiba-tiba tanpa pemberitahuan sebelumnya. Ia sudah tidak sabar untuk segera maju terkait dengan Roselia. Ia tidak ingin ada salah paham lagi dengan Imelda. Sekarang ia mengagumi Imelda entah itu karena seringnya berinteraksi atau karena Imelda sudah menjadi istrinya. Baginya Imelda sangat lucu, selalu membuat hati senang meskipun kadang juga menyebalkan karena tidak patuh terhadapnya.

Sore hari Pak Ramdy pulang dari bekerja. Ia melihat Imelda di rumahny. Tentu banyak tanda tanya di otaknya.

"Kenapa kamu pulang?" Tanya Pak Ramdy ingin tahu.

"Mas Ricandra ke luar negri Pak. Jadi Imelda di suruh menginap di rumah." Jawab Imelda.

"Oh ya sudah kirain Bapak kamu bertengkar sama Ricandra." Balas Pak Ramdy.

'Kenapa sich tiap pulang di kirain berantem mulu sama Mas Ricandra.' Batin Imelda. Imelda pun akhirnya masuk ke kamarnya untuk belajar karena 2 hari lagi ujian akhir akan di mulai.

Sesampainya di Singapura, Ricandra naik taksi dan langsung menuju hotel tempat Roselia menginap yang di beritahukan oleh mata-matanya. Ia menunggu di lobby hotel sambil membaca koran menunggu Roselia pulang pemotretan.

Satu jam kemudian Roselia datang bersama dengan laki-laki yang merangkul pinggangnya tanpa malu-malu seperti pasangan kekasih lalu masuk ke dalam lift. Ricandra masih memperhatikannya dari jauh. Tidak berapa lama Ricandra berdiri dan masuk ke lift berikutnya.

Ia sudah tahu nomor kamar Roselia. Setelah Roselia masuk ke kamarnya, tidak berapa lama Ricandra memencet bel nya. Roselia pun membukanya. Ia mengira yang datang adalah pelayan. Saat pintunya terbuka Roselia kaget bukan main.

"Sayang?" Seru Roselia terkejut.

"Kejutan... " Ucap Ricandra sambil tersenyum.

"Ke... kenapa nggak kasih kabar dulu?" Tanya Roselia gugup.

"Namanya juga kejutan. Apa aku nggak boleh masuk? Kenapa kita ngobrol di depan pintu?" Tanya Ricandra.

"Mmm tentu saja. Tapi..." Ucap Roselia menggantung. Ia bingung harus memberikan alasan apa.

"Siapa sayang?" Terdengar suara laki-laki dari dalam kamar Roselia. Ricandra pun mendengarnya.

"Ada orang di kamarmu? Siapa?" Tanya Ricandra pura-pura tidak tahu sambil celingak celinguk ke dalam kamar Roselia. Roselia pun semakin panik. Ia tidak ada persiapan apapun. Ia tidak pernah menyangka kalau Ricandra akan menyusulnya ke Singapura. Tidak berapa lama laki-laki itu pun muncul di belakang Roselia hanya menggunakan boxer saja.

"Siapa dia? Kenapa dia ada di kamarmu? Kalian tidur bersama?" Tanya Ricandra menyelidik.

"Mmmm..." Roselia tidak bisa menjawabnya. Ia bingung.

"Aku kekasihnya. Kamu siapa?" Jawab laki-laki itu. Roselia hanya bisa memejamkan matanya dan menggigit bibirnya mendengar pengakuan laki-laki itu.

"Bukan siapa-siapa. Hanya orang luar yang tidak penting." Balas Ricandra sambil menatap Roselia.

"Mulai sekarang jangan pernah temui aku lagi. Ki-ta pu-tus!" Ucap Ricandra pada Roselia lalu pergi meninggalkan pasangan itu.

"Ricandra... tunggu!" Panggil Roselia hendak mengejar Ricandra tapi tangannya di tarik laki-laki itu.

Ricandra pun segera masuk ke dalam lift dan turun ke lantai dasar. Ia menuju ke resepsionis untuk memesan kamar. Ia merasa sangat lelah. Ia belum istirahat sejak mengantar Imelda pulang tadi pagi.

Setelah mendapatkan kartu kamar, Ricandra segera menuju kamarnya. Ia mandi air hangat dan berendam sebentar. Setelah itu memesan makanan hotel via telpon. Sambil menunggu makanan datang Ricandra berbaring di ranjangnya dan akhirnya tertidur karena terlalu lelah.

Satu jam kemudian pelayan hotel memencet bel pintu kamarnya untuk mengantar makanan. Ricandra pun terbangun dan membuka pintu serta membiarkan pelayan itu masuk menaruh makanan di meja.

Setelah pelayan itu keluar Ricandra menyantap makanannya. Ia jadi teringat Imelda. Biasanya mereka selalu makan bersama. Kini ia tengah makan sendirian. Ia hendak menelpon istrinya itu tapi Ricandra tahu biasanya jam segini Imelda sedang belajar. Sehingga Ricandra mengurungkan niatnya itu takut mengganggu belajar Imelda.

Ke esokan harinya seperti biasa Imelda bangun pagi membantu ibunya memasak di dapur. Sambil memasak memulai pembicaraan.

"Imelda, di rumah Ricandra kamu ngapain aja?" Tanya ibunya sambil menggoreng ikan. "Masak, sekolah, belajar, ya sama aja Bu kayak di rumah ini. Cuma kalau bersih-bersih Mas Ricandra manggil pembantunya mama 2 hari sekali." Jawab Imelda sambil motongi sayuran. "Kamu juga tidur sama Ricandra?" Tanya ibunya ingin tahu. "I-iya Bu." Jawab Imelda ragu. Ibunya sudah mulai bertanya kemana-mana. Imelda bingung menjawabnya.

"Jangan pakai KB ya Imelda. Kata orang kalau belum pernah punya anak nggak boleh pakai KB. Nanti jadi mandul." ujar Bu Romelis. Ia tidak mau kalau Imelda jadi mandul dan tidak bisa memberikan keturunan pada Ricandra yang berakhir Ricandra harus menikah lagi dengan wanita lain.

"Tapi Imelda masih sekolah Bu. Kalo Imelda hamil gimana? Bisa-bisa Imelda keluar dari sekolah. Imelda juga masih belum siap kalo punya anak. Imelda mau kuliah." Jawab Imelda. "Bentar lagi kamu lulus. Kuliah kan boleh kalo hamil? Imelda... Kasihan Pak Bams. Biarkan dia melihat cucunya sebelum meninggal. Sakitnya sudah semakin parah." Saran Bu Romelis. "Iya Bu..." Jawab Imelda pasrah.

Setelah selesai memasak, Imelda dan seluruh keluarganya sarapan bersama-sama. Lalu Pak Ramdy berangkat bekerja dan Johan berangkat ke sekolah. Karena tidak ada kegiatan lagi Imelda belajar lagi untuk mengisi waktu senggangnya.

Setelah bangun pagi dan sarapan Ricandra segera bersiap-siap untuk terbang ke Malaysia mengurusi bisnisnya. Saat cek out di lobby, Roselia melihatnya. Ia pun mendekati Ricandra.

"Sayang..." Panggil Roselia pada Ricandra. Ricandra pun membalik-balik dan melihat sosok Roselia disana.

"Apa? Di antara kita sudah tidak ada apa-apa lagi. Dan asal kamu tahu, aku sudah menikah. Jadi jangan mencariku lagi." Ucap Ricandra pada Roselia.

"Kapan? Tidak mungkin. Kamu pasti bohong kan?" Tanya Roselia tidak percaya.

"Aku pergi dulu." Balas Ricandra lalu pergi meninggalkan Roselia yang masih tidak percaya.

Keluar dari hotel Ricandra segera naik taksi ke bandara karena ia sudah memesan tiket penerbangan pagi.