2 hari kemudian
Kini tiba saatnya Imelda menghadapi ujian. Ia sudah sangat siap karena setiap harinya ia belajar dengan sungguh-sungguh tanpa gangguan dari Ricandra. Saat tiba di sekolah bel masih belum berbunyi. Imelda pun membaur dengan sahabat-sahabatnya.
"Lama nggak ketemu jadi kangen nich. . ." Ucap Imelda pada sahabat-sahabatnya.
"Eh kirain udah lupa ma kita-kita secara udah ada yang nemenin." sindir Vina.
"Apa an sich ..." Balas Imelda malu. Yang lainnya pun tertawa.
Tidak berapa lama bel tanda masuk berbunyi. Semua siswa masuk ke dalam kelasnya masing-masing. Imelda mengerjakan soal dengan sungguh-sungguh. Ia berharap bisa mendapatkan nilai yang memuaskan agar orang tuanya bangga. Ia juga berharap bisa melanjutkan kuliah tanpa halangan apapun misalnya hamil. Setelah Ricandra pulang nanti Imelda ingin mendiskusikan ini dengannya. Imelda masih ingat dengan kata-kata Ricandra yang akan menyentuhnya setelah ujian akhir selesai. Yang artinya waktu itu sebentar lagi akan datang. Imelda tidak menantikannya tapi waktu terus berjalan.
Sudah 4 hari Ricandra pergi ke luar negri tanpa ada kabar. Ia juga tidak menghubungi Imelda sama sekali. Untungnya Imelda tinggal bersama keluarganya jadi ia tidak kesepian.
Pulang sekolah rumah Imelda sepi. Semua orang sedang tidak ada di rumah. Imelda pun masuk ke kamarnya berganti pakaian lalu berbaring di ranjangnya dan bernyanyi.
Aku selalu bersabar
Menantikan dirimu
Karena aku sayang padamu
Dengan kesungguhanku
Aku rela bersabar
Menantikan dirimu
Karena hanya dirimu, sayang
Yang selalu kurindu
Walau kadang hati bertanya
Mungkinkah kau dan aku
Namun bunga cinta di dada
Telah bersemi dan tumbuh
Kasih jangan buat hatiku
Patah jadi dua
Ujian hari terakhir akhirnya berjalan dengan lancar. Imelda merasa puas dengan hasil belajarnya yang tidak sia-sia. Kini ia merasa lega akhirnya ia akan segera lulus SMA. Tapi sekarang yang membuatnya takut adalah kedatangan Ricandra. Ia takut Ricandra akan menepati janjinya. Beberapa hari yang lalu memang ia mengharapkan Ricandra segera kembali. Tapi sekarang ia berharap Ricandra di luar negri lebih lama lagi.
"Imelda..." Sapa Aditya saat bertemu di parkiran.
"Iya Dit, ada apa?" Tanya Imelda.
"Jalan yuk? Kan ujian sudah berakhir?" Ajak Aditya. Ia masih ingin mengejar Imelda karena ia memang belum tahu kalau Imelda sudah menikah.
"Maaf Dit nggak bisa. Keluargaku sudah menunggu di rumah." Tolak Imelda beralasan. Ia tidak mau memberikan harapan palsu pada Aditya.
"Kamu kenapa? Setiap aku ajak jalan selalu menolak? Kamu tahu kan aku menyukaimu sejak lama Imelda. Tapi aku terus bersabar karena bapak kamu nggak ngijinin kamu pacaran. Sebentar lagi kita lulus Imelda. Apa salahnya kalau kita semakin dekat?" Ujar Aditya sedikit emosional.
"Maaf Dit. Mending kamu lupain aku. Lagian aku nggak ada perasaan apa-apa sama kamu. Aku hanya menganggap mu teman." Balas Imelda lalu melajukan motornya ke luar gerbang sekolah.
Dulu memang Imelda sempat ada perasaan dengan Aditya karena berulang kali Aditya menyatakan perasaannya pada Imelda. Tapi Imelda tidak bisa menerimanya karena larangan orang tuanya. Namun setelah ia dinikahkan paksa dengan Ricandra, Imelda membuang semua perasaannya terhadap Aditya. Ia berusaha menerima Ricandra sebagai suaminya. Meskipun kadang-kadang Ricandra itu baik. Dan kadang-kadang menakutkan.
Sesampainya di rumah seperti biasa Imelda berganti pakaian. Setelah itu menonton televisi di ruang tengah karena sudah selesai ujian jadi ia tidak perlu belajar lagi.
Ia menyalakan televisi secara acak dan tiba-tiba Imelda melihat berita kecelakaan pesawat dari luar negri menuju Indonesia. Ia menjadi teringat Ricandra. Ia segera ke kamarnya mengambil ponsel dan menghubungi Ricandra. Berharap Ricandra tidak menjadi korban dalam pesawat itu. Tapi sayangnya ponsel Ricandra tidak bisa di hubungi. Imelda semakin cemas. Di rumahnya sepi tidak ada orang. Imelda bingung harus ngapain.
"Ibu kemana sich? Kok belum pulang juga?" Gumam Imelda. Yang Imelda tahu Ricandra pergi ke luar negri tapi ia tidak tahu luar negri yang mana karena Ricandra tidak memberi tahu nya dan juga tidak mengabarinya sama sekali.
"Mas Ricandra... Hiks hiks" Imelda menangis di kamarnya.
"Apa?" Tiba-tiba terdengar suara Ricandra di ambang pintu. Imelda pun melongok ke arah pintu dan melihat sosok Ricandra disana. Imelda mengucek matanya. Ia kira ia sedang berhalusinasi.
"Kenapa?" tanya Ricandra heran melihat tingkah Imelda. Ia pun mendekat dan duduk di tepi ranjang. Imelda menyentuh pipi Ricandra untuk membuktikan bahwa Ricandra yang di hadapannya adalah nyata. Ia pun langsung memeluk Ricandra sambil menangis.
"Mas... Aku khawatir. hiks hiks." Ucap Imelda menangis sambil memeluk Ricandra.
"Aku sudah di sini. Ayo pulang!" Ucap Ricandra mengajak Imelda pulang ke rumahnya.
"Di rumah nggak ada orang. Aku belum pamit." Ucap Imelda.
"Ibu ada di depan." Ucap Ricandra dengan tenang. Imelda pun melepas pelukannya lalu keluar mencari ibunya.
"Bu... Imelda mau pulang sama Mas Ricandra." Ucap Imelda pada ibunya.
"Iya pulanglah. Kalian sudah lama nggak ketemu. Pasti kangen." Ucap ibunya pada Imelda. Imelda pun tersenyum.
Setelah Imelda mengepak barang-barang miliknya, ia pun kembali pulang bersama Ricandra.
Sesampainya di rumah Imelda menurunkan barang-barangnya dari mobil lalu membawanya masuk ke dalam kamarnya. Ia memasukkan pakaiannya ke dalam almari. Sedangkan Ricandra berbaring di ranjang Imelda sambil memainkan ponselnya mengecek pasar saham.
"Mas Ricandra mau makan?" Tanya Imelda setelah membereskan barang-barangnya.
"Delivery order saja. Kamu mau makan apa?" Tanya Ricandra sambil membuka aplikasi G-food.
"Terserah Mas Ricandra aja." Jawab Imelda sambil menutup almarinya. Lalu duduk di tepi ranjang.
"Kenapa nggak pernah ngabari Mas?" Tanya Imelda pada Ricandra. Ricandra pun menaruh ponselnya setelah memesan makanan lalu menarik Imelda ke dalam pelukannya.
"Aku tidak mau mengganggu belajarmu. Bagaimana ujiannya? Lancar?" Tanya Ricandra lalu mengecup bibir Imelda kilas. Imelda pun mengangguk. Wajahnya bersemu merah.
"Iya semuanya lancar. Mas... aku mau kuliah." Ucap Imelda mengutarakan keinginannya.
"Iya boleh. Tapi jangan jauh-jauh. Di sekitar sini saja. Tidak boleh ke luar kota." Jawab Ricandra tegas.
"Teman-temanku ada yang ke Jogja dan Bandung Mas." Balas Imelda.
"Mereka masih lajang. Kamu sudah menikah. Siapa yang menemani suamimu kalau kamu pergi?" Ucap Ricandra. Imelda pun berpikir dan membenarkan kata-kata Ricandra.
"Mas apa kamu menginginkan anak?" Tanya Imelda sambil memandang Ricandra.
"Tentu saja. Semua pernikahan pasti bertujuan memiliki keturunan. Percuma kalau banyak harta tapi tidak punya anak." Jawab Ricandra.
"Tapi aku masih ingin kuliah Mas. Bisakah di tunda sampai aku lulus kuliah dulu?" Tanya Imelda berharap Ricandra menyetujuinya.
"Nggak bisa. Umurku sudah 28 tahun. Jangan menundanya lagi." Jawab Ricandra lalu mencium bibir Imelda. Imelda membelalakkan matanya karena terkejut.