"Mmm... Mmm..." Imelda berontak sambil memukul dada Ricandra.
"Apa?" Tanya Ricandra setelah melepas ciumannya.
"Umurku masih 18 tahun. Masih terlalu muda untuk punya anak Mas." Jawab Imelda.
"Sudah resiko kamu menikah dengan pria dewasa." Balas Ricandra lalu mencium bibir Imelda kembali. Kali ini Ricandra melumatnya dan memasukkan lidahnya ke mulut Imelda. Tentu saja Imelda terkejut. Ricandra naik ke atas tubuh Imelda.
"Mas..." Ucap Imelda seraya mencegah Ricandra melepas kaosnya.
"Kenapa?" Tanya Ricandra.
"Aku takut..." Jawab Imelda sambil memandang Ricandra.
"Aku akan melakukannya dengan pelan-pelan sayang..." Balas Ricandra sambil tersenyum.
Ricandra pun kembali mencium bibir Imelda. Tangannya menyelinap ke dalam kaos Imelda lalu menaikkannya ke atas dan bermain di dada Imelda.
Imelda memejamkan matanya merasakan serangan yang diberikan Ricandra. Ricandra menurunkan ciumannya di leher dan tulang selangka Imelda. Ia mencium dan menghisap di sana sehingga meninggalkan beberapa tanda merah. Imelda menutup mulut dengan tangannya supaya tidak mengeluarkan suara desahan.
"Lepaskan saja tidak apa-apa." Ucap Ricandra sambil menarik tangan Imelda dari mulutnya.
"Aaaahhh..." Desah Imelda tertahan. Ia merasa geli, malu dan aneh karena ini pertama kalinya ia di sentuh laki-laki.
Ricandra pun semakin bersemangat ketika mendengar desahan Imelda. Ia melepas kemejanya dan membuangnya ke sembarang arah. Ia juga melepas kaos Imelda. Imelda merasa merinding karena tidak memakai pakaian di hadapan Ricandra di tambah lagi tangan Ricandra menggerayanginya ke mana-mana.
Ketika Ricandra hendak melepas rok Imelda, tiba-tiba bel rumah berbunyi. Ricandra pun memakai kembali kemejanya dan menyelimuti Imelda dengan selimut.
Ricandra keluar membuka pintu ruang tamu dan tampaklah anggota G-food dengan makanan di tangannya. Ricandra pun menerimanya dan menaruhnya di meja makan. Ia kembali ke kamar Imelda.
"Ayo makan dulu." Ajak Ricandra lalu mengambil kaos Imelda dan memakaikannya. Imelda pun menuruti apapun yang di lakukan Ricandra.
Imelda mengambil piring lalu memindahkan makanan yang di beli Ricandra tadi ke dalam piring. Ricandra memperhatikan setiap gerakan dan tubuh Imelda. Tubuh Imelda tinggi sekitar 165 cm. Berat badannya sekitar 48 kg an. Ricandra menjadi tidak tega untuk melakukan itu pada Imelda karena Imelda memang masih kecil dan polos. Beda dengan dirinya yang 10 tahun lebih tua dari Imelda. Cara berpikir pun pasti berbeda. Sebagai pria dewasa di otak Ricandra hanyalah sex dan bekerja. Sedangkan di otak Imelda yang masih di usia sekolah tentu saja yang di pikirkan hanyalah belajar dan belajar. Ia tidak ingin memaksakan keinginannya pada Imelda. Tapi Imelda istrinya. Pada siapa lagi dia melampiaskan nafsunya kalau bukan pada Imelda.
Ricandra terus memandangi Imelda. Imelda merasa tidak nyaman karena di pandangi terus sama Ricandra.
"Kenapa Mas Ricandra ngelihatin aku terus?" Tanya Imelda sambil menutupi dadanya dengan tangan.
"Hahaha. Kenapa di tutupi? Aku sudah melihat semuanya." Jawab Ricandra sambil tersenyum.
"Aku malu dan risih. Jangan melihatku terus." Balas Imelda malu-malu.
"Kamu harus terbiasa. Aku kan suami mu." Ucap Ricandra.
Setelah makan seperti biasa Imelda mengambilkan Ricandra air minum lalu mencuci piring bekas mereka makan.
"Ayo naik ke atas!" Ajak Ricandra setelah melihat Imelda selesai mencuci piring.
"Ngapain?" Tanya Imelda panik.
"Sudah ikut saja." Ajak Ricandra menarik tangan Imelda mengajaknya ke kamar atas.
Imelda dan Ricandra masuk ke dalam kamar dan Ricandra mengunci pintunya. Imelda semakin takut melihat Ricandra mengunci pintunya. Ricandra mendekati Imelda dan memegang ujung pakaiannya.
"Mas Ricandra mau apa?" Tanya Imelda panik.
"Tentu saja melanjutkan yang tadi belum terselesaikan." Jawab Ricandra santai.
Jantung Imelda berdebar-debar. Ricandra tersenyum misterius saat melihat Imelda yang ketakutan. Ricandra melepas kaos dan celananya. Kini Ricandra hanya memakai boxer di tubuhnya.
"Mas... aku nggak siap untuk ini." Ucap Imelda pada Ricandra memasang wajah melas memohon.
"Aku hanya ingin mengajakmu mandi bersama. Ayo lepas semua pakaianmu." Perintah Ricandra pada Imelda. Karena Imelda tidak segera melepas pakaiannya, Ricandra pun membantu melepas pakaian Imelda. Imelda melihat junior Ricandra menonjol dari balik boxernya.
"Mas jangan..." Ucap Imelda malu. Ricandra pun segera mengangkat tubuh Imelda ke kamar mandi dan menurunkannya di bathup lalu menyalakan air. Setelah itu Ricandra ikut masuk ke dalam bathup juga.
"Gosok punggungku!" Perintah Ricandra pada Imelda. Imelda pun menggosok punggung Ricandra dan juga menyabunnya. Setelah itu Ricandra berbalik menghadap Imelda.
"Sabun yang depan juga sekalian!" Perintah Ricandra sambil tersenyum. Imelda pun memegang dada dan perut Ricandra dengan malu-malu.
'Keras banget. Jadi ngeri yang mau di gituin.' Batin Imelda sambil menyabun tubuh Ricandra.
"Berbaliklah aku akan bantu menggosok punggungmu!" Perintah Ricandra tiba-tiba.
"Nggak usah Mas. Aku bisa sendiri. Mas Ricandra keluar aja ya!" Tolak Imelda mengusir Ricandra.
"Ayo cepat berbalik!" Perintah Ricandra. Imelda pun berbalik menuruti kata-kata Ricandra. Saat Imelda berbalik Ricandra memeluk Imelda dari belakang dan me-remas kedua gunung kembarnya.
"Mas! Kamu mau apa?" Pekik Imelda kaget. Ricandra pun tersenyum nakal.
Ricandra menyabun seluruh tubuh Imelda hingga ke ujung kakinya termasuk paha dan pangkal paha Imelda. Imelda merasa geli dan malu.
"Ayo berdiri dan bilas tubuhmu!" Ajak Ricandra sambil berdiri. Imelda menutup matanya karena si adek junior Ricandra berdiri tegak dari tadi.
"Mas Ricandra duluan aja!" Balas Imelda. Tanpa aba-aba Ricandra pun mengangkat tubuh Imelda dari bathup dan menurunkannya di bawah shower. Ricandra menyalakan kran. Air shower pun membasahi tubuh mereka berdua.
****
Pagi hari Imelda membuka matanya dan melihat ia masih berada di dalam kamar Ricandra. Rambutnya berantakan. Wajahnya sembab karena menangis tiada henti hingga ia tertidur kelelahan. Badannya penuh dengan tanda merah karena ulah Ricandra semalam. Ia pun membuka selimut yang menutupi tubuhnya dan tampaklah tubuhnya yang masih telanjang bulat.
Imelda merasakan sakit dan perih di area pangkal pahanya. Semalam setelah mandi bersama, Ricandra benar-benar merenggut keperawanannya dengan buasnya sampai-sampai Imelda tidak bisa kabur karena pintu kamarnya di kunci. Memang Ricandra bermain dengan pelan dan lembut, tapi ia melakukannya dengan paksa karena Imelda selalu menolaknya. Ricandra sudah menahan keinginannya untuk menikmati tubuh Imelda sejak lama, hingga akhirnya pertahanan kesabaran Ricandra runtuh juga. Ia laki-laki normal yang memiliki nafsu dan tentu saja harus di salurkan. Di tambah lagi Ricandra rajin berolahraga sehingga staminanya sangat kuat. Ia melakukannya berkali-kali semalam hingga Imelda tidak kuat lagi.
"Apa masih sakit?" Tanya Ricandra saat melihat Imelda sudah bangun di sampingnya.
"Hmmm" Gumam Imelda masih memegang selimut di dadanya.
"Sini biar aku lihat." Ucap Ricandra sambil menarik tangan Imelda.
"Jangan... Aaah" Tolak Imelda seraya menahan perih di tubuh bagian bawahnya. Ricandra pun segera menyingkap selimut Imelda dan membuka kakinya. Ia melihat sisa cairannya bercampur darah masih ada di sana.
"Ayo ke rumah sakit!" Ajak Ricandra karena nggak tega melihat Imelda kesakitan. Tapi ia juga senang akhirnya mendapatkan milik Imelda yang berharga. Sehingga Ricandra tidak bisa menghentikan keinginannya tadi malam hingga nafsunya terpuaskan.
"Nggak mau. Ini memalukan." Tolak Imelda. Ia pun mencoba turun dari ranjang hendak ke kamar mandi tapi ia merasa pangkal pahanya sangat perih.
"Aaaaahhh!" Pekik Imelda lalu duduk kembali di tepi ranjang. Ricandra pun menggendongnya dan membawanya masuk ke dalam kamar mandi serta memandikannya.