"Mas... Mas Ricandra..." Panggil Imelda sambil mengetuk pintu. Tapi tidak ada sahutan dari dalam. Ia pun penasaran dengan isi dari kamar itu. Ia membukanya dan tampaklah almari kaca yang semuanya berisi buku-buku tebal.
"Hmmm sepertinya ruang perpustakaan eh salah ruang kerja mungkin?" Gumam Imelda memprediksi. Ia pun menutup kembali pintu itu.
"Kalau ngetuk pintu satu-satu dan nunggu jawaban Mas Ricandra yang belum tentu udah bangun aku bisa telat nich. Oke langsung buka aja kalo gitu!" Ujar Imelda. Ia pun membuka pintu kedua isinya kamar kosong lalu menutup kembali pintu itu. Setelah itu ia langsung membuka pintu kamar ke 3 dan tampaklah Ricandra sedang berdiri di depan almari sedang memilih baju dan bertelanjang bulat.
"AAAAA....." Teriak Imelda lalu menutup pintu kembali. Ricandra juga kaget karena pintu kamarnya tiba-tiba terbuka dan tampak Imelda di sana.
"Hei... kamu nggak bisa ngetuk dulu apa?" Tanya Ricandra dari dalam kamar.
"Aku buru-buru Mas. Mana kunci motornya?" Jawab Imelda dari balik pintu. Ricandra pun membuka pintu kamarnya setelah membelitkan handuk di pinggangnya.
"Nich!" Ucap Ricandra sambil memberikan kunci motor kepada Imelda.
"STNK?" Tanya Imelda lagi sambil menyodorkan telapak tangannya pada Ricandra.
"Masuk!" Ajak Ricandra. Imelda pun ikut masuk ke kamar Ricandra. Ternyata kamar Ricandra lebih besar dari kamar yang Imelda tempati. Ricandra mengambil dompetnya dan mengeluarkan STNK lalu memberikannya pada Imelda.
"Mmmmm uang saku?" Pinta Imelda sambil menyodorkan telapak tangannya.
"Berapa biasanya?" Tanya Ricandra.
"20 ribu." Jawab Imelda. Ricandra pun mengeluarkan uang 50rb. Imelda menerimanya dengan senang hati karena uang sakunya naik.
"Untuk 2 hari." Ucap Ricandra.
"Makasih Mas..." Ujar Imelda lalu berbalik hendak pergi.
"Hei salim dulu!" Ucap Ricandra sambil mengulurkan tangannya. Imelda pun berbalik dan mencium punggung tangan Ricandra lalu bergegas turun dan melajukan motornya pergi ke sekolah.
Setelah memakai pakaiannya, Ricandra menuruni tangga dan duduk di meja makan. Ia membuka tudung saji dan melihat gurame asam manis. Segera ia mengambil nasi dan lauk lalu menyantapnya dengan lahap.
"Mmmmmm enak juga..." Gumam Ricandra.
Setelah sarapan ia segera mengemudikan mobilnya ke perusahaan.
Di perusahaan Romaldy sudah menunggu Ricandra di ruangannya.
"Ada apa? Tumben pagi-pagi kamu sudah di ruanganku?" Tanya Ricandra pada Romaldy.
"Mmmm sepupumu nggak kesini lagi Ricandra?" Tanya Romaldy ingin tahu.
"Kenapa?" Tanya Ricandra sambil menyalakan laptopnya.
"Dia cantik. Umur berapa sich?" Tanya Romaldy penasaran.
"18. Eh jangan bilang kamu suka dia?" Tanya Ricandra curiga.
"Sepertinya begitu Ricandra. Hehe" Jawab Romaldy mesem-mesem.
"Nggak boleh! Dia masih sekolah!" cegah Ricandra.
"Nggakpapa. Bakalan aku tunggu Ricandra..." Balas Romaldy tetap ngotot.
"Pokoknya nggak boleh!" Ujar Ricandra menghalangi keinginan Romaldy.
"Terserah! Pokoknya aku harus dapetin dia!" Ucap Romaldy bersikukuh.
"Awas kamu kalau macam-macam sama Imelda Rom!" Ancam Ricandra. Romaldy hanya tersenyum misterius lalu pergi dari ruangan Ricandra.
Siang ini Roselia menelpon Ricandra mengatakan kalau ia telah menanda tangani kontrak untuk modelling di luar negri tepatnya Singapura. Lusa ia akan berangkat. Nanti sore ia ingin bertemu untuk yang terakhir sebelum berangkat. Ricandra pun menyetujuinya.
"Imelda nanti gimana di rumah sendirian?" Gumam Ricandra memikirkan Imelda yang selalu merasa takut di rumahnya sendirian. Ia pun melihat jam tangannya dan menunjukkan jam 14.15. Itu artinya Imelda sudah pulang sekolah. Ia pun menelpon Imelda.
Ricandra : "Kamu dimana?"
Imelda : "Di sekolah sedang kerja kelompok. Ada apa Mas?"
Ricandra : "Hari ini aku pulang telat. Kamu nggakpapa kan di rumah sendirian?"
Imelda : "Iya nggakpapa. Aku belajar kelompok dulu ya Mas. Assalamu'alaikum"
Ricandra : "Wa'alaikum salam"
Setelah menutup telponnya dengan Imelda, Ricandra segera keluar kantornya dan melajukan mobilnya ke mall dimana ia dan Roselia janjian. Saat ia memasuki area parkiran, Roselia sudah menunggu di sana.
"Hai sayang..." sapa Rosaa saat melihat Ricandra keluar dari mobilnya.
"Ayo masuk!" Ajak Ricandra sambil memeluk bahu Roselia.
Seperti biasa mereka nonton di bioskop saat berkencan. Setelah itu Ricandra mengikuti Roselia berbelanja keperluan yang akan ia bawa ke Singapura.
Saat melewati food court Ricandra merasa seperti melihat Imelda sedang duduk dengan seorang laki-laki. Ricandra pun mengajak Roselia masuk ke food court juga untuk memastikan apakah itu benar Imelda.
'Siapa laki-laki itu? Apa pacarnya?' Batin Ricandra menerka-nerka.
"Mau pesan apa sayang?" Tanya Roselia membuyarkan pikiran Ricandra.
"Kopi seperti biasa." Jawab Ricandra. Setelah itu Roselia pergi memesan makanan dan minuman. Ricandra menyaksikan Imelda tertawa lepas dengan laki-laki itu. Saat bersama Ricandra, Imelda belum pernah tertawa lepas seperti itu. Ricandra tidak bisa mendengar pembicaraan mereka karena jarak mereka yang terlalu jauh dan suasana mall yang berisik.
Tidak berapa lama Imelda dan laki-laki itu berdiri lalu pergi meninggalkan food court. Kebetulan pesanan yang di pesan Roselia datang.
"Berapa lama kamu di Singapura?" Tanya Ricandra sambil menunggu kopinya agak dingin.
"Sekitar tiga bulanan. Kamu jangan nackal ya saat aku tinggal?" Jawab Roselia sambil mencubit hidung Ricandra. Ricandra hanya tertawa. Nyatanya sekarang dia malah sudah menikah dengan wanita lain.
Setelah menikmati makanan dan minumannya Roselia melanjutkan belanjanya dan Ricandra mengikutinya. Tidak terasa hari sudah malam. Ricandra pun melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 7 malam. Akhirnya Ricandra mengajak Roselia pulang.
Sesampainya di rumah, Ricandra memasukkan mobilnya ke garasi dan melihat motornya sudah terparkir disana. Itu tandanya Imelda sudah pulang ke rumah. Saat Ricandra memasuki rumah, suasana rumah sangat sepi. Ricandra mengira Imelda sudah tidur. Ia pun naik ke atas menuju kamarnya. Setelah mandi dan ganti baju Ricandra turun membuat kopi di dapur.
Tidak berapa lama Imelda pulang di antar Aditya. Saat memasuki rumah Imelda melihat mobil Ricandra sudah terparkir di garasi. Imelda pun masuk ke dalam rumah tanpa menimbulkan suara. Ia mengendap-endap seperti maling. Saat ia akan membuka pintu kamarnya ia mendengar suara dari dapur yang membuat jantungnya berdebar-debar hebat.
"Dari mana?" Tanya Ricandra saat melihat Imelda mengendap-endap masuk ke dalam rumah. Imelda pun berbalik dan melihat Ricandra sedang menikmati kopi di meja makan.
"Jalan sama temen Mas..." Jawab Imelda jujur. Lalu ia membuka pintu kamarnya, masuk dan menutupnya kembali sebelum Ricandra bertanya lebih lanjut.
Setelah masuk ke kamarnya Imelda mengambil handuk lalu masuk ke kamar mandi karena dari tadi ia belum mandi. Ia berendam air hangat di dalam bathup.
"Segarnya. . . ." Gumam Imelda.
Setelah mandi seperti biasa Imelda keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk yang di lilitkan di dadanya. Saking asyiknya ngeringin rambut pakai handuk lain ia nggak menyadari Ricandra sudah berbaring di ranjangnya sejak tadi.
"Kamu mandi apa tidur? Lama banget di kamar mandi?" Ujar Ricandra tiba-tiba membuat Imelda kaget.
"Kenapa Mas Ricandra di sini? Keluar aku mau ganti baju!" Ucap Imelda mengusir Ricandra dari kamarnya.
"Jelasin dulu tadi kamu habis dari mana?" Tanya Ricandra sambil melihat pucuk payudara Imelda yang membayang di balik handuknya karena handuk Imelda memang tipis.
"Besok saja Mas... Aku capek. Ayo keluar dari kamarku!" Usir Imelda.
"Kamu pacaran? Bukannya aku sudah bilang kamu nggak boleh pacaran!" Ujar Ricandra masih berbaring di ranjang Imelda.
"Enggak. Aku nggak pernah pacaran. Bapak nggak ngijinin." Jawab Imelda sambil mengambil piyama di almari.
"Lalu yang antar kamu tadi siapa?" Tanya Ricandra ingin tahu.