Chereads / Unwanted Coercion / Chapter 14 - BAB 14

Chapter 14 - BAB 14

'Ni motor kecepatan berapa sich? Lama banget nyampenya. Panas banget lagi tadi lupa nggak bawa jaket.' Batin Imelda kesal.

"Dit, cepetin dikit dong. Panas nich!" Ujar Imelda pada Aditya. Aditya pun menambah kecepatan motornya alias ngebut. Imelda kaget dan berpegangan erat pada pinggang Aditya. Aditya semakin senang Imelda menempel pada tubuhnya.

"Dit, pelan-pelan dong! Jangan ngebut gini!" Ujar Imelda sedikit berteriak di telinga Aditya sambil memukuli bahu Aditya.

"Katanya tadi minta di cepetin Imelda?" Tanya Aditya pura-pura bodoh.

"Tapi nggak ngebut gini juga kale?" Jawab Imelda. Aditya pun menurunkan kecepatan motornya.

Setelah sampai di rumah, Imelda segera turun dari motor Aditya dan mengucapkan terima kasih lalu membuka gerbang dan masuk.

"Eh nggak di suruh mampir nich?" Tanya Aditya berharap Imelda ngebolehin masuk dan ngobrol lebih lama.

"Nggak. Di rumah nggak ada orang Dit." Jawab Imelda.

"Emang kamu tinggal disini sama siapa?" Tanya Aditya penasaran.

"Sepupuku." Jawab Imelda.

"Berdua aja? Nggak takut di apa -apa in?" Tanya Aditya khawatir.

Tin tin tin suara klakson mobil Ricandra yang baru datang menghentikan obrolan mereka. Aditya pun menggeser motornya supaya mobil Ricandra bisa lewat. Sedangkan Imelda membuka pintu pagar lebar-lebar. Setelah memarkirkan mobilnya di halaman rumah, Ricandra keluar dari mobilnya dan melihat Imelda sedang ngobrol dengan laki-laki yang waktu itu.

"Kalau sudah selesai segera masuk!" Perintah Ricandra pada Imelda lalu masuk ke dalam rumah.

"Udah dulu ya Dit. Aku masuk dulu." Ucap Imelda mengusir Aditya secara halus. Aditya pun segera melajukan motornya pergi dari rumah Ricandra.

Ketika Imelda masuk ke dalam rumah Ricandra sudah menunggunya di ruang keluarga. Imelda pura-pura tidak melihatnya dan pergi menuju kamarnya. Sebelum Imelda sempat membuka pintu kamarnya Ricandra mengeluarkan suaranya.

"Siapa dia?" Tanya Ricandra ingin tahu.

"Temanku Mas..." Jawab Imelda sambil memegang gagang pintu tanpa menoleh ke arah Ricandra.

"Jangan jalan sama dia lagi!" Perintah Ricandra.

"Kenapa?" Tanya Imelda berbalik menghadap Ricandra.

"Aku tidak suka. Sepertinya dia menyukaimu." Ucap Ricandra jujur.

"Nggak bisa Mas. Aku harus alasan apa sama dia? Aku sudah mengatakan kamu sepupuku dan aku nggak mungkin bilang kalau aku sudah menikah." Balas Imelda masih berdiri di depan pintu kamarnya.

"Apa kamu menyukainya?" Tanya Ricandra curiga.

"Dia baik. Aku tidak ada alasan untuk menjauhinya. Aku mau ganti baju dulu Mas." Ujar Imelda menyudahi perdebatan mereka lalu masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya.

Setelah berganti pakaian Imelda keluar dari kamarnya dan tidak menemukan sosok Ricandra. Ia pun menunggu Ricandra di ruang tengah hampir setengah jam. Karena kesal akhirnya Imelda menyusul Ricandra di kamar lantai atas. Sesampainya di depan pintu Imelda mengetuk pintu itu.

"Mas... Mas Ricandra..." Panggil Imelda. Namun tidak ada jawaban. Ia mengulanginya sekali lagi tapi hasilnya nihil. Imelda pun membuka pintu itu dan kamar itu kosong. Ketika Imelda hendak keluar kamar dan menutup pintunya terdengar suara Ricandra dari dalam kamar. Imelda pun menoleh ke arah sumber suara.

"Ada apa?" Tanya Ricandra yang baru saja keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk yang di lilitkan di pinggangnya. Imelda yang melihatnya merasa malu. Ia berbalik membelakangi Ricandra.

"Aku tunggu di bawah Mas..." Ucap Imelda lalu menutup pintu dan turun menunggu Ricandra di ruang tengah. Tidak berapa lama Ricandra turun dan duduk di samping Imelda.

"Berangkat sekarang?" Tanya Imelda sambil berdiri.

"Tunggu!" Ucap Ricandra sambil menarik tangan Imelda. Imelda pun duduk kembali.

"Ada apa lagi?" Tanya Imelda kesal.

"Setelah mendapat surat nikah nanti, kamu akan menjadi istriku yang sesungguhnya. Aku sudah berjanji untuk tidak akan menceraikanmu. Jadi jagalah sikapmu. Jangan dekat-dekat dengan pria lain!" Ujar Ricandra serius.

"Iya aku tahu. Dia hanya temanku sekolah Mas. Tadi dia yang nawarin mau antar aku pulang. Dan ini pertama kalinya aku boncengan sama dia dari sekolah." Ucap Imelda jujur.

"Oke. Aku percaya padamu. Ayo berangkat!" Balas Ricandra lalu berdiri dan berjalan keluar rumah dimana mobilnya berada. Imelda mengikuti di belakangnya.

Di dalam mobil Imelda memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia sekarang seorang istri dari om-om umur 28 tahun. Apakah Ricandra juga akan meminta haknya sebagai seorang suami? Imelda yang memikirkannya jadi takut sendiri. Pacaran dan berciuman saja ia belum pernah. Malah sekarang tiba-tiba ia sudah menikah.

"Mas. Mmmmm. . ." Ujar Imelda mengurungkan kata-katanya.

"Apa?" Tanya Ricandra sambil fokus mengemudi.

"Lupakan! Nggak jadi." Ucap Imelda. Ricandra pun menepikan mobilnya di bahu jalan.

"Bicara!" Ucap Ricandra penasaran sambil memandang Imelda.

"Mmmm apa Mas Ricandra juga akan meminta itu?" Tanya Imelda takut dan malu. Dadanya berdebar-debar saat mengatakannya.

"Itu apa?" Tanya Ricandra pura-pura bodoh. Tentu saja ia mengerti apa yang di maksud Imelda.

"Mmmmm seperti yang dilakukan suami istri pada umumnya." Jawab Imelda bertele-tele.

"Tentu saja. Aku laki-laki normal yang punya nafsu. Kalau tidak melakukan pada istrinya lalu sama siapa?" Ucap Ricandra sungguh-sungguh.

"Tapi aku masih sekolah Mas. Aku takut... " Jawab Imelda takut dan hampir menangis.

"Tenang saja. Aku tidak akan melakukannya sekarang. Tapi ketika aku mengingikannya jangan pernah menolaknya!" Balas Ricandra lalu menyalakan mobilnya lagi dan melajukannya ke jalan raya menuju KUA.

Setelah menandatangani berkas dan mendapatkan buku nikah, Ricandra dan Imelda menjenguk Pak Bams di rumah sakit.

Ricandra menunjukkan buku nikahnya pada Pak Bams. Pak Bams merasa lega dan bahagia akhirnya anaknya menikah juga. Apalagi dengan wanita pilihannya. Ia sangat tidak rela Ricandra menikah dengan Roselia karena Pak Bams merasa Roselia bukan wanita baik-baik. Apalagi ia seorang model yang tubuhnya di pamerkan disana sini. Dan Pak Bams juga yakin kalau Roselia juga sering tidur dengan laki-laki lain untuk memanjat ketenarannya.

Sore hari Ricandra dan Imelda sudah sampai di rumah setelah menjenguk Pak Bams di rumah sakit. Setelah turun dari mobil Imelda segera masuk ke kamarnya dan kali ini ia mengunci pintunya. Ia takut sewaktu-waktu Ricandra masuk ke kamarnya seperti beberapa hari ini. Ia segera mandi lalu belajar untuk ujian besok.

Di kamarnya Ricandra sedang berbaring di ranjangnya sambil memikirkan cara bagaimana memutuskan Roselia. Sudah lama perasaan Ricandra tarhadap Roselia memudar karena kurangnya komunikasi. Dan tadi siang sebelum mandi ia juga mendapatkan informasi dari mata-mata yang ia kirim untuk mengawasi Roselia di luar negri. Roselia di sana tidak hanya bekerja tetapi juga berkencan dengan model laki-laki yang akhir-akhir ini namanya sangat tenar. Bahkan mereka menginap di kamar yang sama.

"Dasar wanita murahan!" Umpat Ricandra sambil meninju bantalnya.

Ricandra pun keluar kamar menuruni tangga lalu ke dapur menyeduh kopi instan sendiri. Ia tahu Imelda sedang belajar sehingga ia tidak mengganggunya.

Sudah jam 7 malam Imelda belum keluar juga dari kamarnya. Seharusnya ia sudah memasak dan menyiapkan makan malam untuk mereka. Ricandra pun ke kamar Imelda dan membuka pintunya tapi pintunya tidak bisa di buka karena di kunci dari dalam.

"Tumben di kunci?" Gumam Ricandra. Ia pun mengetuk pintu kamar Imelda. Tidak berapa lama Imelda keluar.

"Kenapa di kunci?" Tanya Ricandra ingin tahu.

"Mmmm aku tidak sengaja menguncinya Mas. Ada apa?" Tanya Imelda tanpa dosa.

"Kamu nggak masak? Aku lapar." Ucap Ricandra sambil mengelus perutnya.

"Okey. Aku akan masak sekarang." Balas Imelda lalu pergi ke dapur.