Chereads / Unwanted Coercion / Chapter 8 - BAB 8

Chapter 8 - BAB 8

Setelah sampai di rumah, Imelda segera memasukkan belanjaannya ke dalam kulkas lalu membereskan barang-barangnya yang ia bawa dari rumah ke kamarnya. Setelah semua beres Imelda membaringkan tubuhnya di ranjang dan akhirnya tertidur.

Siang hari Ricandra merasa lapar. Ia ke kamar Imelda yang pintunya terbuka lebar. Berharap Imelda akan memasak untuk makan siang tapi sayangnya saat sampai di kamar Imelda ia melihat Imelda sedang tidur. Ia tahu Imelda lelah karena itu ia tidak membangunkannya.

Ia pun keluar kamar Imelda dan menutup pintu kamarnya. Ia ke garasi dan mengeluarkan motornya lalu membeli makan di warung dekat rumahnya.

"Somay nya 2 porsi Pak." Ucap Ricandra pada penjual somay.

"Pake pare nggak Mas?" Tanya penjual somay.

"Nggak usah Pak. Sambelnya di pisah ya." Jawab Ricandra.

Di rumah Imelda bangun dari tidurnya dan terkejut ternyata sudah jam 3 sore. Ia pun keluar kamarnya dan melihat Ricandra masuk ke dalam rumah dengan membawa kresek di tangannya.

"Ayo makan!" Ajak Ricandra sambil berjalan ke dapur. Imelda pun mengikutinya dan mengambil 2 piring lalu menuang somay di atas piring dan membawanya ke meja makan.

"Mas Ricandra umur berapa sich?" Tanya Imelda ingin tahu sambil memakan somay nya.

"28." Jawab Ricandra jujur.

"Idih.... tua amat Mas" Ujar Imelda nyinyir.

"Nggak lah. Kamu aja yang terlalu muda." Balas Ricandra.

"Umur segitu kok belum nikah? Nggak punya pacar?" Tanya Imelda penasaran.

"Punya. Tapi belum di restui papa." Jawab Ricandra apa adanya.

"Ooooh. Terus kalo kita udah cerai mas mau nikah sama dia?" Tanya Imelda lagi.

"Nggak tahu. Papa nggak suka sama pacarku. Lagian sekarang aku juga sudah menikah sama kamu. Kamu denger sendiri kan kemarin papa nggak bolehin kita cerai?" Ujar Ricandra mengingat kata-kata papanya kemarin.

"Ya... aku mendengarnya. Jadi?" Tanya Imelda.

"Nggak tahu. Nggak usah bahas itu lagi. Jalani saja semuanya. Kamu tahu kan kesehatan papa semakin memburuk akhir-akhir ini. Aku nggak mau mengecewakannya." Ucap Ricandra khawatir dengan papanya.

"Iya aku tahu Mas..." Balas Imelda paham dengan perasaan Ricandra. Imelda sudah menganggap Pak Bams seperti bapaknya sendiri. Pak Bams orang baik dan sering membantu keluarganya. Imelda tidak akan melupakan kebaikan Pak Bams.

"Oh iya pembantuku tidak kembali lagi karena ibunya sakit, jadi dia ingin merawatnya di kampung. Kamu nggakpapa kan tiap hari masak untuk kita? masalah bersih-bersih nanti aku panggil pembantunya mama saja biar kesini 2 hari sekali." Ujar Ricandra lalu memasukkan somay suapan terakhir ke mulutnya.

"Okey. Terserah Mas Ricandra aja. Oh iya Mas... mmmm.... Imelda boleh pacaran nggak?" Tanya Imelda hati-hati.

"Nggak boleh!" Jawab Ricandra singkat.

"Mas Ricandra curang! Mas kan punya pacar? Kenapa aku nggak boleh?" Tanya Imelda sedikit menaikkan nada suaranya.

"Aku suamimu sekarang! Pak Ramdy nitipin kamu ke aku. Jadi sekarang kamu tanggung jawabku. Kalo ada apa-apa sama kamu, Pak Ramdy akan nyalahin aku Imelda!" Balas Ricandra nggak kalah tinggi. Imelda merasa di bentak. Hatinya sakit. tiba-tiba matanya berkaca-kaca.

Imelda berusaha keras agar airmatanya tidak jatuh. Setelah menghabiskan makanannya, ia mencuci piring lalu masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya. Ia mengambil handuk lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Di dalam kamar mandi Imelda mengguyur tubuhnya sambil menangis.

"Udah umur 18 tahun masih aja nggak boleh pacaran. Bapak sama Mas Ricandra sama aja! " Gumam Imelda.

Selesai mandi Imelda membelit handuk di dadanya dan keluar dari dalam kamar mandi. Ia menyisir rambutnya lalu menguncirnya ke atas. Karena terlalu lama menangis rasa kantuk pun datang. Ia merebahkan dirinya di ranjang dan akhirnya tertidur.

Ricandra tidak tahu dan tidak mengerti kalau Imelda menangis karena bentakannya. Setelah makan tadi ia kembali ke kamarnya di lantai atas lalu mandi. Setelah mandi ia menyalakan laptop di kamarnya lalu melihat file-file pekerjaanya. Karena terlalu fokus Ricandra tidak menyadari kalau sekarang sudah jam 7 malam. Karena tadi hanya makan somay sekarang Ricandra mulai merasa lapar lagi. Ia segera keluar kamarnya dan turun berharap Imelda sudah memasak seperti biasanya. Namun ia tidak menemukan Imelda di dapur. Di meja makan pun tidak ada makanan sama sekali. Kini ia menghampiri kamar Imelda.

"Imelda... Imelda... kamu nggak masak?" Tanya Ricandra sambil mengetuk pintu kamar Imelda. Namun tidak ada sahutan dari Imelda. Ricandra pun membuka pintu kamar Imelda yang ternyata tidak di kunci. Ricandra masuk dan melihat Imelda tidur di ranjang hanya menggunakan handuk yang membelit di dadanya dan hampir melorot.

"Ini pingsan apa tidur sich?" Gumam Ricandra. Ia pun mengguncang tubuh Imelda.

"Imelda... Imelda..." Panggil Ricandra.

"Mmmmmm...." Gumam Imelda dan menggeliat lalu membuka matanya.

"Kenapa kamu nggak pake baju?" Tanya Ricandra penasaran. Imelda pun melihat tubuhnya dan melihat ia hanya memakai handuk yang hampir melorot.

"AAAAA.... KELUAR!" Teriak Imelda lalu berdiri mendorong Ricandra keluar kamarnya.

"Imelda aku lapar. Kamu nggak masak?" Tanya Ricandra saat di dorong Imelda.

"Sebentar aku ganti baju dulu." jawab Imelda sambil mendorong Ricandra.

"Aku tunggu di meja makan ya?" Ucap Ricandra.

"Iya!" Balas Imelda.

Tidak berapa lama Imelda keluar dan menuju dapur. Ketika akan membuka kulkas Ricandra mencegahnya.

"Mata kamu kenapa?" Tanya Ricandra yang melihat mata Imelda bengkak.

"Nggak kenapa-napa." Jawab Imelda singkat lalu memalingkan wajahnya dari Ricandra.

"Kamu nangis? Kenapa?" Tanya Ricandra sambil memegang dagu Imelda dan mengarahkan wajah Imelda ke arahnya. Imelda pun menepis tangan Ricandra dan akan beranjak pergi namun tangannya di pegang Ricandra.

"Kenapa? Kamu nggak betah di sini?" Tanya Ricandra lagi. Imelda tidak menjawabnya. Tiba-tiba tubuhnya bergetar. Ia menangis lagi. Ricandra pun memeluk tubuhnya.

"Jangan menangis. Kalo nggak mau cerita ya sudah. Nggakpapa. Nggak usah masak. Aku keluar dulu beli nasi goreng ya..." Ujar Ricandra sambil melepas pelukannya dan menuju kamarnya mengambil jaket dan kunci motor.

"Ikut..." ucap Imelda saat Ricandra akan pergi. Ia takut di rumah sendirian.

"Ambil jaketmu!" Perintah Ricandra sambil mengeluarkan motornya. Imelda pun bergegas ke kamarnya mengambil jaket dan memakainya lalu keluar ke arah Ricandra. Ricandra memasang helm di kepala Imelda. Setelah itu Ricandra membonceng Imelda ke arah jalan raya mencari tukang nasi goreng di pinggir jalan. Setelah memarkirkan motornya Ricandra memesan 2 bungkus nasi goreng.

Pagi hari Imelda bangun lebih pagi dari biasanya karena mulai sekarang ia harus memasak di rumah Ricandra. Selesai memasak ia kembali ke kamarnya dan mandi. Setelah memakai seragamnya Imelda keluar dari kamarnya dan sarapan sendiri karena Ricandra belum bangun.

Ketika Imelda akan mengeluarkan motor dari garasi ia baru ingat kalau kunci motornya di bawa Ricandra dan ia juga belum mendapat uang saku. Ia pun menaiki tangga dan menuju kamar Ricandra tapi ia bingung kamar Ricandra yang mana karena di atas ada 4 pintu kamar dan ini pertama kalinya ia naik ke atas. Ia pun mengetuk pintu pertama.