Chereads / Pernikahan Paksa : Pengantin Pengganti / Chapter 12 - 012 Perasaan Sepihak

Chapter 12 - 012 Perasaan Sepihak

Felix berulang kali penasaran terhadap apa yang Nicholas tunjukkan padanya. Selembar surat perjanjian pernikahan yang semestinya menjadi rahasia antara Nicholas dan istrinya. Felix ternyata menjadi orang penting bagi Nicholas untuk mengetahui rahasia tersembunyi dalam pernikahan ke-dua sahabatnya.

"Jadi, dia menyetujui persyaratan menikah selama 5 tahun yang kamu ajukan tanpa perasaan?"

Felix ikut hadir pada acara pernikahan Nicholas dan Savvana. Dia sudah sangat terkejut mengetahui calon pengantinnya berubah pada hari pernikahan. Namun, melihat jauh perkembangan pernikahan sahabatnya dan wanita asing, Felix merasa sangat khawatir.

Apalagi setelah Felix tahu bagaimana kepribadian Nicholas. Bagaimana malang nasib Savvana, penggantin pengganti Nicholas yang bernasib sial karena menikahi laki-laki dingin macam Nicholas.

"Aku yakin dia punya alasan kuat kenapa dia menyetujui permintaan konyolmu," ucap Felix berlanjut tanpa ada niat untuk menghentikan asumsinya yang masih panjang.

"Menikah denganmu saja sudah merupakan sesuatu yang sulit dia atasi. Tapi, kemudian setelah kamu menulis jelas dalam surat perjanjian ini bahwa kamu akan memberikan kebebasan penuh untuknya melakukan apapun yang dia inginkan selama pernikahan dan setelah pernikahan, selama hal itu berhasil mendapat izin darimu. Ditambah lagi, kamu membiayai seluruh hidupnya selama kalian masih bersama dan tidak bersama."

Felix mengusap sejenak dagunya.

"Aku sadar, imbalan atas pernikahan ini sangat menggiyurkan. Selama dia menuruti permintaanmu untuk tetap memerankan statusnya sebagai istri dengan baik dan tanpa bantahan. Diimbangi dengan janjimu untuk tidak akan melewati batas. Seperti mencuri kesempatan dalam kesempitan di malam pertama kalian."

Felix melirik Nicholas penuh arti.

"Jadi, kamu sudah menidurinya dan masih tak menyimpan perasaan apapun pada wanita lugu ini?"

Felix terus bertanya-tanya, sebetulnya kriteria wanita macam apa yang Nicholas harapkan? Kenapa tidak ada satupun wanita hebat yang bisa meluluhkan hatinya. Termasuk, mendiang istri pertamanya, Mirabelle.

Wanita itu cantik. Seksi. Dan menggoda. Jadi, kenapa wanita semenarik itu gagal meluluhkan seluruh hati Nicholas? Wanita yang bagaikan kutub utara dan kutub selatan dengan mendiang istri pertamanya pun hanya sanggup menggoda kejantanan Nicholas.

Felix kembali mengawasi situasi baru Nicholas dari sudut pandangnya.

"Dia adalah wanita unik yang tak mengharapkan perasaanmu. Tapi, uangmu. Dia adalah wanita yang jujur. Namun cukup aneh melihatmu tidak mencari tahu isi pikirannya dan mengetahui lebih jauh alasannya mempertahankan pernikahan kalian."

Nicholas duduk di kursi kerjanya tanpa membuka dokumen. Dia terbiasa meladeni perkataan Felix yang sering bertandang ke kantornya untuk sekedar menghabis waktu luangnya yang lebih banyak tersedia daripada sibuk bekerja, sebagai wakil direktur di firma hukum milik ayahnya.

"Aku tak menemukan adanya masalah dalam surat perjanjian kalian. Dia pun tidak mengajukan persyaratan tambahan seperti yang boleh dia ajukan jika dia paham betul bagaimana caranya bernegosiasi atau bertransaksi."

Nicholas mengingat kembali apa pekerjaan sederhana Savvana.

"Dia hanya bekerja sebagai customer service. Jadi, kepintaran apa yang kamu harapkan darinya? Jika masalah hukum pasti belum dia pahami dengan benar. Maka, mungkin. Dia hanya sekedar memperhitungkan keuntungan dan kerugian singkat yang dia temukan dalam perjanjian ini."

Felix tertawa mengejek Nicholas.

"Tapi, ada denganmu? Kamu tak biasanya bersikap seroyal ini pada seorang wanita? Apa ini adalah bentuk rasa bersalahmu yang sudah merebut paksa malam pertama kalian dengan kasar dan membabi buta?"

Felix telah mengenal Nicholas sejak mereka masih di sekolah menengah. Felix tahu bagaimana lemah Nicholas terhadap orang lemah dan lugu, macam Savvana. Istri keduanya yang jauh dari bayangannya tentang Arianna dan istri masa depannya yang akhirnya muncul setelah melewati beberapa masalah pelik.

Felix bahkan masih bisa membayangkan bagaimana kacau situasi Nicholas jika pernikahannya sampai batal dan gagal akibat insiden memalukan tersebut. Belum lagi tuntutan dari keluarga besarnya yang memusingkan kepala hingga entah sampai kapan akan teratasi dengan baik akibat pernikahan sungguhan mereka.

Felix kemudian mendekatkan dirinya untuk menyelami isi pikiran terdalam Nicholas lebih jauh. Duduk di atas meja kerja Nicholas. Dan menyingkirkan seluruh prakarya serius yang sedang Nicholas gambar dan fokuskan sebelum sahabat terdekatnya tiba.

"Apa dia berbeda dari kebanyakan wanita yang kamu temui akhir-akhir ini? Seberapa menarik dia di atas ranjang dengan tampilan polos? Apakah gaya permainannya manis dan sulit dilupakan? Atau, apakah diam-diam dia bermain buas dan punya libido lebih besar darimu?"

Nicholas melemparkan tatapan jijiknya pada Felix. Dia mendorong Felix sedikit menjauh. Nicholas mulai pusing mengikuti jalan pikiran kotor Felix.

"Jangan bicara hal menggelikan, Felix! Lalu, tutup mulut bejatmu yang butuh disekolahkan kembali!"

Felix lebih memilih untuk tertawa, alih-alih marah atau tersinggung pada kata-kata Nicholas.

"Aku menemukan kesimpulannya. Dia pandai bertahan di atas ranjang. Dan berhasil membuatmu lupa diri. Lalu, menjadi jinak."

Nicholas lagi-lagi harus menahan keinginan terbesarnya untuk mencekik leher Felix dan menendang bokongnya.

"Bisa tidak kamu bicara lebih rasional dan tidak menjijikkan?!"

Felix mengangkat kedua tangannya sebelum dilaporkan atas tuduhan pelecehan.

"Aku menyerah dan mengaku salah. Aku tidak akan mengungkit urusan intim kalian. Tapi, benarkah kamu akan mempertahankan wanita ini selama 5 tahun? Aku percaya ini bukan waktu yang sebentar. Lalu, istri pertamamu, Mirabelle. Dia bahkan tak bisa bertahan selama 2 tahun."

Mood Nicholas selalu berubah jika seseorang mengungkit kematian tak wajar Mirabelle.

"Kali ini aku akan menjaga dan melepaskannya dengan baik."

Felix yang memahami baik bagaimana perasaan kacau Nicholas kali ini, menyentuh pundaknya demi memberi ketegaran pada Nicholas.

"Lakukan apa yang kamu bisa. Dan jangan sampai kalah."

Seorang karyawati masuk ke dalam ruang kerja Nicholas. Sudah mengetuk pintu dan bermaksud menyerahkan laporannya pada sang bos. Dia justru menemukan pemandangan yang janggal. Melihat Felix duduk di atas meja dan saling berhadapan dengan Nicholas.

Kedekatanya mereka juga tak bisa dibilang wajar karena Felix terlihat sedang hampir mencium wajah Nicholas. Ketika satu tangannya menyentuh erat pundak sang bos yang hanya diam ketika dia sedang diperlakukan bagaikan seorang kekasih.

Sang karyawati yang terlanjur salah paham bersemu merah dan menunduk.

"Saya minta maaf, Tuan Nicholas. Saya tidak tahu ada Tuan Felix di ruangan Anda. Lalu sedang melakukan sesuatu. Saya datang hanya untuk menyerahkan laporan."

Nicholas yang belum sadar sedang disalahpahami, menjulurkan tangannya.

"Berikan laporan itu padaku. Lalu, pergi."

Felix memperhatikan gelagat aneh sang karyawati. Paham dengan cepat tentang apa yang membuatnya tak nyaman. Felix seketika melayangkan senyum tipisnya pada Nicholas yang masih saja tidak peka dan memahami situasi aneh apa yang mereka sebabkan selama beberapa tahun ini tanpa ada penangkalnya.

Felix mengucapkan sebuah kalimat yang membingungkan Nicholas ketika sang karyawati telah pergi.

"Jangan terlalu menunjukkan perasaan sepihakmu padaku, Nick. Lalu, pamerkan istrimu di depan seluruh karyawanmu juga."

Seorang wanita berparas cantik. Memiliki kaki jenjang. Wajah tirus. Dan mengenakan dress super ketat yang kurang pantas dipakai ketika sedang berada dalam kantor. Wanita manis dan berambut sebahu itu dengan percaya diri masuk dalam ruangan Nicholas tanpa mengetuk pintu. Lalu, langsung saja memeluk sang pemilik ruangan.

Felix hanya melihat dengan tatapan datar lalu mengulas senyum lebar di balik topeng ramahnya. Sementara Nicholas menyambut datar kedatangan wanita berparas bagai dewi. Namun licik bagaikan maleficient, tanpa sisi baiknya di versi terbaru-nya.

"Patmala,"

Senyum manis tersungging rapi di wajah wanita itu ketika namanya disebut.

***