Chereads / Pernikahan Paksa : Pengantin Pengganti / Chapter 18 - 018 Silsilah Keluarga

Chapter 18 - 018 Silsilah Keluarga

"Urutan tertua dalam keluarga kami saat ini adalah nenek. Beliau punya dua orang putra dan satu orang putri. Putra pertamanya, yaitu ayah kami. Bernama Bashir. Dia sudah lama meninggal. Namun meninggalkan kisah panjang sekaligus rumit dalam silsilah keluarga kami bersama kedua istri dan adik laki-lakinya, Chaden, yang saat ini telah menjadi ayah tiriku."

Kalimat awal saja sudah membuat kepala Savvana kelimpungan menampungnya. Namun, dia belum berani melakukan interupsi. Lufat dengan sifatnya yang memang baik, memperlambat pola bicaranya dalam menjelaskan.

"Ayah kami, Bashir, memiliki dua orang istri. Bisa dikatakan bahwa ibuku adalah istri pertamanya. Sedangkan ibu Nicholas adalah istri keduanya."

Nicholas terus menyimak bagaimana reaksi Savvana terhadap berita kusut keluarga mereka. Savvana belum menunjukkan ekspresi lain, selain bingung.

"Aku dan Kak Alex adalah anak ayah dari istri pertamanya. Sedangkan Nick adalah anak diluar nikahnya bersama Elsa. Sebelum mereka memutuskan untuk menikah secara diam-diam agar Nick bisa memiliki akta lahir yang jelas."

Nicholas sama sekali tak pernah melarang Lufat untuk bicara apa adanya. Kenyataan bahwa ibunya adalah wanita simpanan dan perusak rumah tangga orang. Cepat atau lambat kenyataan itu akan sampai ke telinga Savvana hari ini. Maka, ada baiknya bila Savvana mempersiapkan hati mulai dari sekarang agar tidak tumbang ketika mendengarnya secara langsung dari mulut yang lebih pedas.

Lufat melirik Nicholas. Dia bukan dengan maksud jahat atau kejam ingin membeberkan bagaimana Nicholas bisa lahir. Dan kenapa dia begitu membenci alasan kelahirannya. Lufat pun sebetulnya sangat tidak nyaman jika harus mengungkit luka lama yang sesungguhnya sudah mulai terobati seiring berjalannya waktu.

Namun, tetap saja. Jika Savvana bersedia untuk terjun sebagai bagian dari keluarga mereka. Informasi kelam ini perlu dia peroleh secara cuma-cuma agar tidak menimbulkan kesalahpahaman. Atau fantasi manis semata tentang kehidupan pernikahan mereka yang masih sangat awam perihal kehidupan pribadi masing-masing keluarga pasangan.

Terutama, keluarga sang suami yang telah Savvana nikahi.

Nicholas memberi kode pada Lufat untuk membeberkan lebih banyak sesuai kemauannya. Lufat merasa jauh lebih baik saat dia dapat bicara dalam kondisi yang begitu transparan. Ada Nicholas di dekatnya. Dia sudah mendapatkan izin. Maka, saudara tirinya ini tak akan salah paham atas niat baik Lufat.

Savvana terlihat menantikan kelanjutan cerita Lufat yang hampir membuatnya mabuk dan kemudian kesulitan bernapas setelah terlampau tegang.

Lufat memberi jeda homur sedikit pada Savvana agar wanita kelimpungan itu merasa lebih baik.

"Lady, harap tenang dan tarik napas pajang dalam-dalam. Ini bukan cerita kehidupan rumah tanggamu. Jadi jangan terlalu menganggap serius masalah lampau ini."

Lufat mengurangi point penting tentang bagaimana masalah itu terkadang masih berlanjut hingga sekarang. Namun, yang penting untuk sementara ini. Lufat harus bisa membuat Savvana paham tentang siapa saja yang akan dia hadapi di masa depan.

"Aku dan Nicho hanya terpaut tujuh bulan. Seperti yang mungkin bisa kamu bayangkan. Kelahiran Nicho menjadi aib terbesar dalam keluarga kami. Setelah semua perselingkuhan mereka terbongkar tepat di usia kandungan 3 bulan ibuku yang sedang mengandungku saat itu."

Nicholas sering bertanya-tanya. Mengapa Lufat begitu berbeda dengan anggota keluarganya yang lain. Dia begitu acuh tentang masalah keluarga dan lebih suka jika memisahkan diri dari mereka demi perdamaian dan mengikuti hati kecilnya.

Kehadiran Lufat sebagai pendukung setia Nicholas pun, sebetulnya sudah lebih dari cukup untuk membuat Nicholas menjadi sekuat ini. Meski Nicholas tidak pernah menyampaikan ketulusan hatinya pada Lufat secara langsung.

"Kedengarannya mungkin seperti drama. Namun beginilah awal kericuhan keluarga kami. Ibuku, Lestia, yang tidak terima suaminya berselingkuh membuat keributan dimana-mana. Lalu akhirnya meminta perceraian. Dan menikah kembali dengan adik kandung ayahku, Chaden, demi balas dendamnya pada sang mantan suami."

Savvana terperangah. Dia tanpa sadar membuka lebih lebar mulutnya dan mengernyit. Dia lebih percaya jika semua yang Lufat ceritakan adalah bagian dari sebuah drama atau bualan semata.

Namun, sayang. Lufat dengan tegas sekali lagi mengatakan kejujuran.

"Ini bukan drama atau omong kosong tak berarti, Vana. Keluarga kami memang begini adanya. Lalu, setelah ibuku menikah lagi dengan ayah Chaden, ayahku sekaligus pamanku. Dia melahirkan seorang putri yang sangat cantik bernama Cherril. Adik termanisku yang tak boleh sampai lecet, meski diletakkan sebagai pajangan!"

Savvana lagi-lagi harus meladeni sikap enteng Lufat yang unik dengan tatapan takjub. Dia menceritakan adiknya dengan begitu baik, namun aneh.

Lufat pun sebetulnya adalah pencerita terbaik. Dia pandai meringkas sebuah story panjang. Dan membuatnya terkesan menarik saat dibutuhkan. Dan damai ketika dia ingin efek akhir yang dimunculkan tidak dilebih-lebihkan.

"Karena itu, dalam pertemuanmu hari ini. Kamu akan bertemu dengan mereka semua. Nenekku yang agung, Naeswari Handerson. Dia bagaikan iblis bermata runcing yang tidak suka jika generasi di bawahnya bersikap kurang ajar padanya. Meski itu untuk perihal masalah kecil."

"Lalu, ibu kandungku yang sensitif dan tak banyak bicara, Lestia. Dia akan memandangmu sebelah mata. Sama seperti dia memandang Nicho tak berharga di matanya. Dia memang lebih mudah menutup mulut tipisnya. Namun, ketika dia mulai bicara. Tolong anggaplah santai kata-kata seriusnya!"

"Lalu, terakhir. Kakak laki-lakiku, Alex, yang menyeramkan. Dia punya seribu macam cara membuat siapapun yang berada di sampingnya sulit berkutik meski dia tak melakukan apapun. Lalu, aku berharap, kamu tidak akan berhasil mencuri perhatian apapun darinya. Dia sangat menakutkan, Vana. Aku tak berbohong. Aku sebagai adiknya saja takut. Apalagi, orang lain. Karena, jujur. Dialah yang menerima dampak kedua paling besar setelah perselingkuhan ayah dan perceraian orang tua kami."

Sejujurnya, sudah ada segudang pertanyaan yang mengepul penuh dalam kepala Savvana. Dia ingin tahu hati dan pikiran Lufat terbuat dari apa. Mengapa dia bisa terlihat begitu normal dibandingkan tiga anggota keluarganya yang lain. Hingga sanggup menceritakan kehidupan kelam keluarganya seperti sedang menceritakan kisah orang lain.

Savvana pun mulai berpikir keras. Tentang bagaimana dia sebaiknya menghadapi keluarga dingin Nicholas tanpa menarik perhatian?

Lufat tentu akan paham jika Savvana menyimpan banyak uneg-uneg.

"Untuk sementara ini. Hanya itu bisa aku ceritakan. Karena itu adalah informasi paling dasar yang harus kamu ketahui saat berhadapan dengan mereka agar bisa selalu berhati-hati. Lalu, sekarang. Setelah mendengar semua cerita pendek itu. Apa kamu punya pertanyaan, manis?"

Savvana kebingungan memulai pertanyaannya dari mana. Dia beranggapan harus mengajukan pertanyaan yang cerdas dan mewakili kebimbangannya.

Nicholas tahu-tahu sudah berdiri di belakang Savvana dan meletakkan tangannya di atas pundak Savvana. Gerakan itu mengejutkan Savvana. Namun, dia tak berani bergerak untuk menghindarinya.

"Tidak perlu merasa terbebani. Karena aku akan ada di sampingmu dan mengawasimu."

Lufat menunjuk-nunjuk sikap protektif Nicholas dengan tatapan menggoda.

"Cie... Cie. Jadi kamu akan menjaganya? Wah, ini berita menarik. Padahal selama ini menjaga dirimu sendiri saja, sudah sulit."

Nicholas memicingkan matanya.

"Lufat, kamu tahu bagaimana aku. Aku adalah orang yang paling tidak suka mencari keributan. Namun, bila seseorang mencoba mengusik sesuatu yang aku jaga dengan baik. Aku pasti akan melawan dan membuatnya situasinya berbalik."

***