Chapter 21 - 021 Pingsan

"Libatkan orang yang terlibat saja. Jangan libatkan orang lain yang tak ada hubungannya dengan urusan kita. Incaran kalian adalah aku. Jadi bersikaplah benar selagi aku masih bersikap baik pada kalian."

Peringatan ini tentu selalu diabaikan. Berapa sering Nicholas pernah mengutarakannya.

Alex memperhatikan sikap serius Nicholas dan Savvana secara bergantian. Alex tahu Nicholas jarang memperlihat dengan sengaja betapa dia ingin melindungi seseorang. Namun bukan berarti dia tidak pernah bersikap begitu frontal atau buas untuk menjaga apa yang penting baginya secara terang-terangan.

Sikapnya terhadap mereka seolah menunjukkan bahwa dia tidak rela jika Savvana sampai terluka akibat ucapan mereka.

Suara pintu yang dipukul keras terdengar. Mengejutkan semua orang dan menghadirkan seorang tamu yang tidak diundang.

Rebbeca dan Nicholas sudah memasang wajah lelah mereka menghadapi siapa yang menerjang masuk dan berteriak-teriak seperti sang pemilik gedung.

"Apa! Apa yang terjadi di sini? Siapa yang mencoba mengusik priaku? Lalu siapa juga yang tidak punya malu untuk tidak menyambutku dengan baik!?"

Tatapan Patmala bertemu dengan seluruh anggota keluarga Handerson. Dia menyisir poni sampingnya yang panjang. Dia juga memperlihatkan ketidakpuasannya secara terang-terangan. Melangkah anggun dengan heels-nya yang mencapai 10 centimeter.

Patmala berdecak.

"Ah, sungguh sial! Aku bertemu dengan orang-orang menyebalkan yang tidak ingin kutemui!"

Lestia berteriak.

"Mala! Jaga sikapmu. Bagaimana pun juga kamu adalah bagian dari keluarga Handerson!"

Patmala mengulas senyum.

Dia mengangkat tangannya ke depan. Dia berharap tangan itu bisa menghentikan bibi-nya bicara keliru.

"Bibi! Bicaralah dengan lebih benar! Nama belakangku adalah Wingston. Aku anak dari sepupu paman Chaden dan iparnya. Jadi, darimana Bibi bisa menyebutku bagian dari keluarga Handerson? Lagipula, jika Bibi Durani bahkan hanya mengangkatku sebagai anak untuk memancingnya bisa memiliki keturunan dari Paman Nolan. Bibi seharusnya sudah tidak perlu menyebutku sebagai bagian dari Handerson. Setelah Bibi Durani telah memiliki sepasang anak kembar."

Patmala memasang wajah terharu di atas riasannya yang tebal.

"Hem. Aku sempat tak percaya dan terkejut. Mengetahui cara itu, ternyata ampuh. Namun sepuluh tahun bahkan sudah berlalu, Bibi. Aku telah mengasingkan diri keluar dari kartu keluarga ibu angkatku, Ibu Durani. Tapi, kenapa kalian masih saja menyebutku bagian dari keluarga rumit kalian?"

Nicholas diam-diam berusaha menyembunyikan Savvana dari perhatian Patmala yang sibuk bertikai dengan keluarga jauhnya.

Savvana sukses dibuat hadir kembali sebagai orang paling bodoh diantara semua orang yang hadir dan berdiri di dekatnya. Dia bahkan kesulitan mencerna ucapan Patmala yang tumpang tindih dan tidak jelas sebetulnya siapa dia, serta apa hubungannya dengan keluarga Nicholas.

Sebuah teriakan kencang mengejutkan semua orang. Dan membuat kesal beberapa orang yang masih belum terbiasa mendengar teriakan nyaring Patmala yang menusuk gendang telinga siapapun yang mendengarnya.

"Tidak!!!!"

Patmala memekik. Rebbeca merasa telinganya ditusuk jarum.

"Siapa wanita itu? Siapa wanita asing, pendek, dan lemah itu??! Kenapa dia bersembunyi di sampingmu? Kenapa juga kamu menempelkan tanganmu di pinggangnya?"

Mata lentik Patmala yang sudah dipasang eyelashes palsu tebal, membulat dan membesar. Dia syok melihat apa yang seharusnya tidak dia lihat. Dia juga keberatan melihat tangan Nicholas menyentuh nyaman sesuatu yang seharusnya dia jauhi.

Nicholas mengancam dengan kesungguhannya.

"Patma. Jaga ucapanmu. Dan kecilkan suaramu!"

Wajah Patmala berubah muram. Dia terluka. Dia merasa telah disakiti.

"Nicho!!! Kenapa kamu menggandeng wanita receh itu di sana? Kamu seharusnya menyambut kedatanganku. Tapi kenapa kamu justru berdiri bersebelahan dan merangkul mesra dia??"

Nicholas benar-benar bisa gila.

Dia tidak tahu kapan kedamaian akan diberikan kepadanya. Sosok kacau Patmala bahkan membuat situasinya bertambah runyam. Patmala mendekat. Nicholas berusaha melindungi Savvana dengan tubuhnya.

"Sini kamu! Kamu pasti wanita sok lugu yang menjebak Nicho untuk menikahimu, bukan? Dasar wanita jalang! Berani sekali kamu merebut priaku?! Aku bahkan sudah mengejarnya selama satu tahun penuh. Tapi selalu gagal dan berakhir menyedihkan! Namun, kamu! Hanya sekedar pengantin pengganti. Kamu sudah seenaknya mencuri mempelai priaku??"

Naeswari, Lestia, dan Alex menunjukkan kejenuhan mereka menghadapi tingkah brutal Patmala. Ketiganya saling melirik. Mereka kemudian paham isi pikiran masing-masing, tanpa perlu mengutarakannya.

Alex memberi kode pada beberapa pengawalnya untuk mengusir Patmala pergi.

Nicholas, Rebbeca dan Savvana terkejut melihat aksi para pengawal yang sudah menghadang Patmala dengan tegap dan tegas.

"Apa-apaan ini? Kakak ipar! Kalian bermaksud menahan dan mengusirku pergi?" Patmala diliputi kebencian besar.

Alex tak menunjukkan keraguannya.

"Patmala. Aku sudah terlalu banyak mentolerirmu. Kali ini kamu harus pergi dengan damai. Atau secara paksa."

Patmala memasang wajah kesal. Dia datang bukan untuk mendapatkan perlakuan semena-mena, lalu diusir.

"Kamu akan bersikap seperti ini padaku?" Patmala menjadi manusia langka yang berani menghadapi Alex secara langsung. Lurus. Tanpa berbelok. Dan menyalak.

Pertengkaran mereka masih terjadi di salah satu sisi ruangan. Sedangkan Naeswari dan Lestia masih saja menunjukkan kebencian mereka pada Nicholas dan Savvana secara sungguh-sungguh.

"Bujuk Lufat kembali ke keluarganya, tidak peduli bagaimana pun caranya. Buat dia membantu kakak aslinya dan bukan kakak palsunya!" Lestia pergi setelah menarik Chaden ikut bersama dengannya untuk mencari Cherril.

Naeswari sepertinya punya lebih banyak uneg-uneg pada Nicholas dan istrinya. Dia belum pergi sampai menuntaskan ucapan pastinya.

"Jangan coba-coba merusak pasar desain arsitektur yang kami bangun selama ini, Nicho. Jika kamu sampai menjadi rival. Aku tidak akan ragu menjatuhkanmu kembali. Bersama dengan istri dan keluarga mertuamu."

Naeswari menyusul putra kedua dan menantunya.

Patmala terkejut melihat satu persatu keluarga Handerson pergi. Dia awalnya masih berdebat hebat dengan Alex. Pria bagai iblis itu bahkan pergi tanpa mempedulikannya.

"Hei! Kenapa kalian pergi? Nenek Naeswari? Bibi Lestia? Dan Paman Chaden? Kalian akan membiarkanku mendekati keluarga haram kalian?"

Nicholas mendesah. Hingga kini dia masih belum terbiasa menghadapi sifat semena-mena Patmala.

Alex pun tak mau membuang-buang waktu berharganya untuk bicara dengan Patmala. Sebelum dia pergi meninggalkan ruangan, Alex melemparkan tatapan tertentu pada Nicholas.

"Hidup damaimu mungkin akan berakhir sekali lagi!"

Patmala mengejek-ejek sikap pengecut Alex yang pergi begitu saja setelah kalah adu mulut dengannya.

Tatapan mata Patmala berhenti pada Savvana. Dia menerjang ke arah Savvana dengan membabi buta. Lalu, menunjuk-nunjuk wajah Savvana.

"Kamu! Kemari kamu dan kita bicara!"

Nicholas buru-buru menghentikan sikap brutal Patmala. Memberi kode pada Rebbeca untuk benar-benar memanggil pengawal dan mengusir Patmala pergi secara paksa.

Nicholas mengabaikan Patmala yang meronta kencang dan minta dibebaskan. Nicholas berpaling pada Savvana. Dia pun mengecek kondisi kejiwaan Savvana yang telah diguncang hebat.

"Vana. Apa kamu baik-baik saja? Jantungmu sehat? Dan otakmu masih berfungsi dengan baik?"

Savvana masih saja bengong dan belum sadarkan diri. Dia terombang ambing antara dunia nyata dan sekedar halusinasi. Panggilan Nicholas bahkan baru bisa mengetuk alam bahwa sadarnya setelah beberapa pengulangan.

"Vana! Vana!"

Savvana seketika kembali ke bumi. Tanah yang dia pijak dan hampir membuatnya gila.

"Apa kamu terluka di suatu tempat? Lalu, apakah tingkat kesadaranmu masih menurun?"

Nicholas memperlihatkan tatapan sengitnya. Dia menurunkan paksa tangan Nicholas yang berusaha mencemaskannya.

"Apa maksud semua ini? Keluargamu kacau balau? Itu sebabnya kamu butuh seorang istri untuk menemanimu menerima setiap serangan yang mereka tembakan?"

Lufat telah kembali bersama Felix. Mereka sepertinya tak sengaja bertemu ketika Felix datang untuk membawakan surat perjanjian pernikahan mereka yang telah dilegalisir.

Savvana pingsan setelah melihat semua orang mengepungnya. Terjatuh tepat ke pangkuan Nicholas yang terkejut bukan main melihatnya langsung tumbang, segera, setelah seluruh kekacauan yang baru saja terjadi.

***